Kadin: Industri Tidak Langsung Tumbuh, meski Harga Gas Turun
Merdeka.com - Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) menilai penurunan harga gas industri mulai 1 April tahun ini belum berdampak signifikan terhadap pertumbuhan industri dalam waktu dekat.
Achmad Widjaja, Wakil Komisi Tetap Industri Hulu dan Petrokimia Kadin Indonesia, mengatakan dampaknya (penurunan harga gas industri) tidak semudah itu kemudian industri langsung tumbuh, karena ada faktor kondisi ekonomi nasional dan global. Apalagi harga gas industri sebelumnya cukup tinggi dalam kurun waktu lama yang menyebabkan pertumbuhan industri mengalami pelambatan.
"Mungkin industri bisa terlihat pertumbuhannya akhir tahun nanti, jika benar jadi diturunkan pada April 2020. Namun, jika batal diturunkan, industri akan terus mengalami pelambatan," ujar Achmad Widjaja dalam keterangan persnya, kemarin.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
-
Kapan PMI manufaktur Indonesia mencapai puncaknya? Angka ini merupakan posisi tertinggi sejak Oktober 2021, atau dalam 29 bulan terakhir.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana Kemenko Perekonomian tingkatkan daya saing industri? 'Perjalanan transformasi industri untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produknya masih Panjang, sehingga sinergi yang sudah terjalin selama ini harus dilanjutkan dan diperkuat lagi,' jelas Menko Airlangga.
-
Kenapa pertumbuhan omzet Pegadaian di Bali lebih rendah dibanding di NTB dan NTT? Imbasnya adalah pada omzet PT Pegadaian di Bali yang tumbuhnya lebih rendah dibanding daerah NTB dan NTT. Sebab, penyerapan dana pegadaian di Bali, 60 persen hingga 70 persen adalah untuk modal produktif UMKM.
-
Kenapa kondisi ekonomi nasional dinilai sedang? Umumnya ekonomi nasional dinilai sedang, yakni sebesar 42,4 persen, akan tetapi lebih banyak yang menilai sangat buruk daripada yang sangat baik. Dengan persentase 3,5 persen sangat buruk. Lalu hanya 1,4 persen masyarakat yang menilai kondisi ekonomi nasional sangat baik.
Menurut mantan ketua umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (ASAKI), ketika kondisi ekonomi stabil, industri sebenarnya bisa tumbuh di level tujuh persen dari semula lima persen. Namun, dengan kondisi ekonomi saat ini, bisa bertahan di angka lima persen, sudah bagus.
Ada lima industri yang akan terdampak jika harga gas industri turun, yakni petrokimia, pupuk, keramik, kaca lembaran, dan baja.
Subsidi Industri
2017 Merdeka.com
Sementara itu, mantan wakil ketua komisi VI DPR RI, Inas N Zubir, berpendapat penurunan harga gas industri merupakan bentuk insentif pemerintah, sehingga industri dalam negeri dapat tumbuh dan bersaing baik di kawasan maupun global demi mendorong perekonomian nasional.
Kata dia, upaya menurunkan harga gas industri sebagaimana amanat Perpres No 40/2016 dilakukan melalui pengurangan atau penghilangan bagian negara dari hulu sebesar sekitar US$ 2,2 per MMBTU.
"Seperti disampaikan Presiden Jokowi dalam pengantar rapat terbatas pada 6 Januari lalu, dengan dua opsi tambahan yaitu penerapan DMO dan pelaksanaan impor gas," jelas dia.
Inas bercerita, kalau melihat ke belakang, tepatnya pada 2005 pemerintah pernah mencabut subsidi BBM untuk industri karena kemampuan APBN tidak lagi dapat menopang beban subsidi BBM.
Namun, jika pengurangan penerimaan negara dari hulu dilaksanakan demi memberikan insentif untuk industri, maka hal ini adalah bentuk lain dari subsidi untuk bahan bakar industri, karena pada akhirnya berdampak pada target penerimaan APBN dan keuangan negara.
Inas mempertanyakan apakah langkah tepat jika negara memberikan subsidi gas bumi untuk industri. Padahal ada kebijakan mirip seperti itu yang kemudian dicabut pemerintah, yaitu subsidi BBM industri pada 2005.
"Apakah pemerintah sudah putus asa sehingga sudah tidak dapat menemukan instrumen atau solusi lain yang dapat diberikan kepada industri agar dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan perekonomian nasional dibanding memilih untuk melakukan skema subsidi gas bumi untuk industri?" tanyanya.
Inas menyarankan, pemerintah melakukan evaluasi apakah memang keputusan yang diambil ini menuju ke jalan benar atau sebaliknya, menggerus keuangan negara saja, karena nilai tambah yang seharusnya diberikan industri tidak tercapai.
Di satu sisi, sesuai data per Januari 2020, harga BBM industri jenis HSD adalah Rp13.365 per liter atau setara US$ 27,2 per MMBTU. Jenis MFO Rp11.220 per liter, setara US$ 21,19 per MMBTU. Sementara harga gas bumi industri berkisar US$ 8,87 per MMBTU.
"Melihat profil tersebut, maka sejatinya harga gas bumi adalah 32 persen dari harga HSD dan 42 persen dari harga MFO dan jauh lebih kompetitif dibandingkan bahan bakar minyak," pungkas Inas.
(mdk/sya)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada pihak yang berusaha untuk menghalau terbitnya kebijakan yang akan memudahkan pelaku industri tertentu.
Baca SelengkapnyaMasuknya barang impor tekstil dan produk tekstil (TPT) menghambat pertumbuhan pasar dalam negeri.
Baca SelengkapnyaHKI berharap dengan adanya RPP ini, sektor industri di Indonesia dapat terus tumbuh dan berkembang dengan pesat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Insentif harga gas bumi tertentu (HGBT) untuk 7 sektor industri membuat penerimaan negara turut berkurang hingga Rp15,6 triliun.
Baca SelengkapnyaKinerja sektor manufaktur Indonesia justru mengalami penurunan di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diklaim tetap kuat.
Baca SelengkapnyaAkibat harga gas bumi murah atau harga gas bumi tertentu (HGBT) kepada tujuh sektor industri tellah berdampak pada berkurangnya penerimaan negara.
Baca SelengkapnyaPeningkatan permintaan yang signifikan ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan gas pipa dari ladang tua di wilayah Jawa Barat dan Sumatera.
Baca SelengkapnyaPHE hingga Juni 2023 mencatatkan produksi minyak sebesar 570 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2757 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Baca SelengkapnyaPertumbuhan industri pengolahan non-migas mencapai 4,64 persen pada triwulan I-2024, yang berkontribusi 72,39 persen terhadap nilai ekspor nasional.
Baca Selengkapnya