Kejar Target Ekonomi Digital, Indonesia Masih Butuh 9 Juta Ahli IT Hingga 2030
Pemerintah terus melakukan kerja sama dengan berbagai paltform teknologi asing
Pemerintah terus melakukan kerja sama dengan berbagai paltform teknologi asing
Kejar Target Ekonomi Digital, Indonesia Masih Butuh 9 Juta Ahli IT Hingga 2030
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM Kemenko Perekonomian, Rudy Salahuddin mengatakan, Indonesia masih kekurangan 9 juta digital talent hingga 2030 mendatang. Digital talent merupakan sumber daya manusia (SDM) dengan kemampuan menguasai teknologi digital.
"Kita masih memerlukan sekitar 9 juta digital talent sampai dengan tahun 2030," ujar Rudy dalam acara Media Briefing di Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Senin (4/12).
Artinya, Indonesia membutuhkan sebanyak 600 ribu ahli IT di setiap tahunnya. Khususnya di bidang IT spesialis cloud, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), dan lainnya.
"Artinya, bulan hanya mampu memahami teknologi yang biasa seperti programmer," ucapnya.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah terus melakukan kerja sama dengan berbagai paltform teknologi asing baik Apple Academic hingga Microsoft. Rudy mengatakan, berbagai langkah tersebut bertujuan untuk memastikan perkembangan ekonomi digital di Tanah Air dikuasai oleh SDM dalam negeri.
Merdeka.com
"Kita sudah banyak memenuhi kerjasama digital talent, Apple Academy mau tambah lagi di Bali. Kita juga kerja sama dengan perguruan tinggi asing seperti King's College London (KCL) mau buka di KEK Singashari, (Malang). Kita Kalau kita tidak penuhi SDM dengan teknologi tinggi di sini nanti yang memenuhi asing," pungkas Rudy.
Merdeka.com
Sebelumnya, Indonesia berpotensi menjadi episentrum pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara.
Seiring banjirnya investasi usaha rintisan teknologi sekaligus pasar terbesar, sehingga wilayah ini secara langsung memainkan peran signifikan bagi perekonomian dunia.
Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady menilai, Indonesia menguasai nyaris separuh populasi Asia Tenggara, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Hingga Maret 2023, Indonesia menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara yang masuk dalam 10 besar negara dengan usaha rintisan terbanyak. Total startup Indonesia, sebagaimana dilaporkan Startup Ranking, mencapai 2.502 perusahaan.
Dengan posisi faktual tersebut, Indonesia bisa memimpin Asia Tenggara memaksimalkan potensi ekonomi di era digital seperti sekarang. Pertumbuhan usaha rintisan di Indonesia pun masih cukup prospektif.
"Dalam sedekade ke depan, Indonesia masih menikmati bonus demografi dengan pertumbuhan kelas menengah yang solid dan pasar pengguna generasi milenial maupun generasi Z yang adaptif terhadap teknologi," kata John, Minggu (4/6).
Merdeka.com