Kirim Bantuan Medis ke Gaza Lewat Jalur Udara, Raja Yordania, Abdullah II: Kami Akan Selalu Ada untuk Palestina
Rumah Sakit Sahara terus beroperasi dan melayani sekitar 1.200 orang setiap harinya, serta memberikan layanan secara gratis.
Rumah Sakit Sahara terus beroperasi dan melayani sekitar 1.200 orang setiap harinya, serta memberikan layanan secara gratis.
Kirim Bantuan Medis ke Gaza Lewat Jalur Udara, Raja Yordania, Abdullah II: Kami Akan Selalu Ada untuk Palestina
Raja Yordania Abdullah II: Kami Akan Selalu Ada untuk Palestina
Di tengah meningkatnya konflik antara Israel dan Hamas, Raja Yordania, King Abdullah II, melalui akun X (sebelumnya Twitter) mengumumkan telah menambah persediaan medis dan obat-obatan yang diterbangkan ke Rumah Sakit Sahara Yordania di Jalur Gaza.
Meskipun terjadi kekurangan material, Rumah Sakit Sahara terus beroperasi dan melayani sekitar 1.200 orang setiap harinya, serta memberikan layanan secara gratis.
Melalui unggahan tersebut, Raja Yordania menyampaikan rasa terima kasihnya kepada anggota TNI AU Yordania yang berhasil mengirimkan bantuan medis dari pesawat pada tengah malam.
“Syukurlah, anggota Angkatan Udara kita, pada tengah malam ini, dapat mengirimkan bantuan medis dan farmasi ke rumah sakit Yordania di Jalur Gaza,” kata Raja lewat akun X nya, @KingAbdullahII, dikutip Senin (6/11).
Dia juga menegaskan, Yordania akan tetap menjadi pendukung terdekat bagi saudara-saudara di Palestina.
“Ini adalah tugas kita untuk membantu saudara-saudari kita yang terluka dalam perang di Gaza. Kami akan selalu ada untuk saudara-saudara Palestina kami,” imbuhnya.
Bantuan Internasional Terus Dikirimkan
Dilansir dari laman BBN Network, beberapa negara dan organisasi terus mengirimkan bantuan berupa makanan dan pasokan medis untuk masyarakat Palestina di Gaza.
Selain bantuan medis dari Yordania, 78 pesawat kargo yang membawa perbekalan makanan dan kebutuhan medis lain juga telah diangkut ke Gaza melalui Bandara Internasional Al Arish.
Seruan untuk Gencatan Senjata
Konflik yang terjadi sejak 7 Oktober lalu ini telah menimbulkan banyak korban jiwa.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 9.400 warga Palestina telah terbunuh, termasuk 3.900 anak-anak dan 3.509 wanita, dan 24.173 lainnya terluka.
Meskipun kekerasan terus terjadi, upaya untuk meringankan krisis kemanusiaan mengalami hambatan karena terdapat perbedaan pendapat politik.
Sebanyak 120 negara telah menyerukan Israel untuk melakukan gencatan senjata.
Namun, Amerika Serikat justru beranggapan gencatan senjata akan membuat Hamas tetap bertahan dan memungkinkan mereka untuk melakukan serangan kembali.
Sebaliknya, AS menyarankan jeda kemanusiaan untuk melindungi warga sipil, mengizinkan bantuan masuk, dan memungkinkan Israel mencapai tujuannya mengalahkan Hamas.
Kesenjangan di antara negara-negara besar ini semakin memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza.