Kisah Haji Endang, Raup Jutaan Rupiah per Hari dari Jembatan di Karawang
Jembatan kayu yang dibangun berdampak besar bagi pergerakan ekonomi warga desa di Karawang.
Kisah Haji Endang, Raup Jutaan Rupiah per Hari dari Jembatan di Karawang
Modal ratusan juta yang digelontorkan Haji Endang Junaedi, untuk membangun jembatan kayu, berdampak besar bagi pergerakan ekonomi warga desa di Karawang, Jawa Barat.
Meski di awal, usulan Endang untuk membangun penyeberangan ditentang Pemerintah Kabupaten Karawang.
Dalam wawancara bersama SCTV, Endang bercerita, pertama kali dirinya membangun jembatan penghubung desa, setelah seorang tokoh masyarakat setempat menemuinya dan meminta bantuan Endang agar mau membangun akses penghubung antara desa satu dengan desa lainnya.
Sebab, desa tempat dia tinggal saat itu cukup terisolir.
-
Bagaimana Jembatan Kaca Berendeng membantu warga Tangerang? Terakhir, jembatan ini juga cukup membantu warga Tangerang untuk bertransportasi baik dari arah Tangerang barat maupun Tangerang timur.
-
Bagaimana orang terkaya di Indonesia mendapat kekayaan? Michael Hartono menduduki posisi teratas dalam daftar orang terkaya di Indonesia menurut Forbes Real Time Billionaires.
-
Siapa yang membangun Jembatan Kota Intan? Jembatan yang dibangun pada 1628 ini merupakan jembatan tertua di Indonesia dan merupakan bangunan yang didirikan pada masa pemerintahan VOC.
-
Siapa orang terkaya di Indonesia? Adapun Prajogo Pangestu seorang pengusaha yang masuk posisi pertama sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih sekitar 55,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp862,8 triliun (dalam kurs Rp 15.519 per USD).
Saat itu, tokoh masyarakat yang menemui Endang merekomendasikan pengadaan perahu penyeberangan. Endang bertanya anggaran yang sekiranya dibutuhkan untuk membuka akses tersebut. Tokoh tersebut menaksir biaya yang dibutuhkan sekitar Rp80 juta.
Endang menyanggupi permintaan tersebut. Beberapa hari kemudian, Endang dan tokoh masyarakat tersebut pergi ke kantor Pemkab Karawang untuk meminta pengadaan perahu penyeberangan yang akan menghubungkan desa satu dengan desa lainnya. Namun permintaan Endang ditolak.
Pihak Pemkab Karawang enggan ikut campur dengan proposal yang diajukan Endang.
Pemkab tidak ingin menanggung risiko jika terjadi sesuatu terhadap akses penyeberangan yang digerakan oleh Endang. Endang kemudian secara mandiri membangun perahu.
Dari taksiran awal pengadaan perahu sebesar Rp80 juta, nyatanya biaya tersebut tidak cukup. Endang meminjam uang kepada kerabatnya sebesar Rp200 juta.
Dari total uang yang berhasil dikumpulkan, Endang berhasil memiliki lebih dari 2 perahu kayu yang berfungsi menyeberangkan sepeda motor.
Hingga satu waktu, musibah menimpa Endang. Saat air sungai Citarum pasang, kapal perahu Endang terhantam sampah kayu besar. 23 unit sepeda motor yang berada di kapal tersebut jatuh ke sungai. Endang pun harus mengganti rugi.
Dari kejadian tersebut, Endang berpikir bahwa penyeberangan yang sebaiknya dibangun yaitu jembatan. Namun, modal yang dibutuhkan sangat besar. Dia kemudian memberanikan diri meminjam uang ratusan juta rupiah, ke bank milik negara.
Dari modal yang didapat, Endang membangun jembatan yang mana pada bawah jembatan tersebut merupakan susunan perahu-perahu milik Endang.
Sejak perahu kayu Endang beroperasi pertama kali di tahun 2010, hingga saat ini, perekonomian di desa setempat bergerak lebih baik. Dalam sehari, pendapatan Endang dari jembatan yang dia bangun mencapai Rp20 juta.
Endang menegaskan, bahwa pendapatan dari jembatan tersebut tidak dia nikmati seutuhnya. Sebagian besar penghasilan dari jembatan, dimanfaatkan juga oleh warga setempat yang bertugas menjaga keamanan para penyeberang.
Merdeka.com