Kisah Startup Lokal Bikin Ojek Online Sendiri, Kini Terima 1.000 Transaksi per Hari
Merdeka.com - Ojek online saat ini sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat. Untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, kini sangat mudah pesan ojek lewat telepon genggam. Tak hanya, mengirim barang juga sangat mudah dengan ojek online beserta tarif yang jelas.
Di daerah Salatiga, Jawa Tengah kini hadir ojek online lokal yaitu Jeggboy & Girl. Pemilik usaha Jeggboy & Girl, Sri Sahono menjelaskan, usaha ini didirikan untuk untuk memberikan kemudahan masyarakat dalam berbelanja dan bepergian.
"Awalnya, 'Jeggboy & Girl' merupakan wujud dari keinginan saya membantu para pedagang di pasar tradisional yang kian tergerus modernisasi," katanya dikutip dari Antara, Sabtu (25/4).
-
Apa itu ojek? Mengutip dari Jurnal Ojek dari Masa ke Masa Kajian secara Manajemen Sumber Daya Manusia karya Neneng Fauziah, mengatakan bahwa istilah ‘ojek’ berasal dari kata ‘obyek’.
-
Apa yang dilakukan driver ojol? Driver ojol tersebut memberikan helm pribadinya kepada pengendara yang ditegur saat berhenti di lampu lalu lintas. Aksi perhatian driver ojol itupun langsung ramai mendapat beragam komentar dari warganet.
-
Kapan ojek pertama kali muncul? Ojek sendiri pada mulanya berkembang di pedesaan Jawa Tengah pada tahun 1969.
-
Siapa yang memanfaatkan ojek di Dusun Butuh? Tarif yang dikenakan pendaki untuk bisa naik ojek itu adalah Rp20.000 sekali jalan, untuk pulang pergi tarif totalnya Rp40.000.
-
Bagaimana ojek berkembang? Awal mula alat mengojek memang berupa sepeda. Dikutip dari tulisan W.J.S. Poerwadarminta di Kompas, 22 September 1979, ‘Ojek adalah sepeda yang ditaksikan’.
-
Kenapa ojek muncul? Ide ini muncul dari kondisi jalan desa yang rusak serta tak bisa dilalui oleh mobil sehingga, ditawarkan jasa transportasi lain berupa ojek sepeda.
Dia mengatakan ingin mengangkat pasar tradisional agar bisa bertahan dan tumbuh, mengingat kualitas produk pasar tidak kalah dengan pasar modern, bahkan harga jauh lebih rendah.
Menurut dia, usahanya membawa konsep ‘dibelanjain’, yang artinya siap membantu karyawan maupun ibu rumah tangga berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional maupun pasar modern.
Dalam satu hari, rata-rata ojek ‘Jeggboy & Girl’ menerima antara 900-1.000 transaksi, yang 60 persen merupakan pesanan belanja di pasar dan makanan siap saji, 15 persen layanan antarjemput penumpang, dan sisanya jasa pengantaran barang.
Ojek online tersebut memiliki 240 pengemudi yang 40 persennya wanita dan di bawah 35 tahun.
"Jam operasional mulai pukul 05.00 pagi hingga 24.00 malam dan tarif Rp2.250 per kilometer. Karena Salatiga merupakan kota kecil, rata-rata tarif satu kali layanan sebesar Rp10 ribu," ujarnya.
Sahono merupakan salah satu mitra binaan PT Pertamina (Persero). Dia mengikuti program pendanaan UMKM Pertamina pada 2021, mendapatkan pelatihan online serta bantuan perangkat penunjang kerja.
"Pinjaman modal yang saya dapatkan, separuhnya digunakan untuk membuat aplikasi jasa transportasi," ujarnya.
VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengapresiasi usaha Sri Sahono tersebut. Menurut dia, setiap UMKM harus memiliki pemikiran kreatif dalam memilih jenis usaha agar bisnisnya bisa berkembang dan berkelanjutan.
"Pertamina memberikan dukungan kepada UMKM hampir di semua sektor, termasuk sektor jasa yang dikelola Sri Sahono. Usaha ini sangat inspiratif, memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, dan memberikan peluang lapangan kerja," ujarnya.
Menurut dia, usaha ojek online itu juga mendorong pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender sesuai dengan SDGs Nomor 5, yakni memberi harapan baru terhadap hak kaum perempuan untuk mengambil keputusan dalam usaha yang ditekuni.
Lewat usaha tersebut perempuan Indonesia ikut berperan bersama suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga.
"Berkembangnya bisnis start up lokal di bawah binaan Pertamina, menjadi bukti nyata kontribusi perusahaan dalam memberikan kemudahan akses modal, pendampingan bagi usaha kecil menengah, sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat," kata Fadjar Djoko Santoso. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ojek sudah ada sejak tahun 1960-an di pedesaan dan merembet sampai ke perkotaan.
Baca SelengkapnyaPengemudi Ojol banjir sorotan usai bagikan 'oleh-oleh ke penumpang. Simak informasinya.
Baca SelengkapnyaMenjadi ibu pekerja bukan pilihan mudah bagi seorang perempuan.
Baca SelengkapnyaRibuan pengemudi ojol menyampaikan uneg-uneg mereka soal kebijakan yang diberlakukan oleh pihak aplikator.
Baca SelengkapnyaPengemudi ojol itu menceritakan pengalamannya saat mendapat orderan sebagai mata-mata.
Baca SelengkapnyaTren jumlah pendatang baru usai Lebaran atau arus balik adalah naik turun selama empat tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaBisnis pinggir jalan yang bisa raup omset puluhan juta sehari.
Baca SelengkapnyaDemo tersebut bakal dilaksanakan Istana Negara dan berapa kantor Ojol
Baca SelengkapnyaBerikut momen seorang wanita pesan ojek online tapi bawa motor sendiri.
Baca SelengkapnyaNasib kurang beruntung dialami seorang pengemudi ojek online (ojol) di Cimanggis, Depok.
Baca SelengkapnyaDriver ojol itu ditilang lantaran tidak membayar pajak kendaraan miliknya.
Baca SelengkapnyaGojek mendapatkan penghargaan sebagai aplikasi online favorit masyarakat.
Baca Selengkapnya