Lobi Gita ke AS belum tentu tingkatkan eskpor sawit
Merdeka.com - Upaya Menteri Perdagangan Gita Wirjawan untuk melobi Amerika Serikat, Cili dan Kanada dalam forum pertemuan bilateral di acara Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) untuk memasukkan kelapa sawit dalam daftar produk dan jasa yang ramah lingkungan dinilai tidak akan membantu kinerja ekspor kelapa sawit.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengatakan langkah Mendag tidak akan banyak membantu kinerja perusahaan kelapa sawit pada pasar ekspor.
Pasalnya, kata dia, selama ini yang menjadi masalah bukanlah produk sawit Indonesia ramah lingkungan atau tidak. Namun permasalahan muncul pada persoalan nontarif yang dijumpai jika sawit Indonesia masuk di pasar Amerika Serikat.
-
Bagaimana kelapa sawit menjadi komoditas ekspor? Pada 1919, komoditas kelapa sawit telah diekspor melalui perkebunan yang berada di pesisir Timur Sumatra.
-
Siapa yang membawa kelapa sawit ke Indonesia? Tanaman ini dibawa oleh orang-orang Belanda ke Nusantara.
-
Kenapa kelapa sawit penting untuk perekonomian Indonesia? Kelapa sawit adalah salah satu komoditas yang penting untuk perekonomian Indonesia dan juga memiliki banyak kegunaan praktis dan kesehatan.
-
Kenapa Dharma Satya Nusantara ekspansi ke kelapa sawit? Pada tahun 1996 secara resmi perusahaan ini memulai ekspansi bisnis kelapa sawit hingga saat ini lahan perkebunan yang dikelola seluas 112.900 hektar, dengan luas area dewasa sebesar 104.400 hektar.
-
Dimana kelapa sawit digunakan sebagai bahan baku makanan? Selain minyak goreng, kelapa sawit juga dapat diolah menjadi berbagai produk makanan, seperti margarin, mentega, keju, susu, cokelat, selai, dan lain-lain.
-
Dimana PT Astra Agro Lestari Tbk menanam kelapa sawit? Luas lahan kebun sawit yang dikelola perusahaan ini mencapai 297.011 hektar yang tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
"Menurut saya upaya perjuangan produk sawit jadi green product hanya akan berpengaruh terhadap tarif, tarifnya jadi nol. Tapi untuk hambatan nontarif apa bisa dihilangkan?" ujar Joko saat dihubungi merdeka.com, Senin (22/4).
Menurut dia, selama ini pengusaha sawit masih terkendala politik dagang yang dimainkan oleh pihak Amerika Serikat untuk menahan produk impor masuk ke negaranya. Joko mengatakan, saat ini kebutuhan paling besar untuk produk kelapa sawit di AS adalah untuk biofuel.
Saat ini, AS menggunakan jagung sebagai produk dasar pembuatan bahan bakar tersebut. Namun, jika sawit berhasil masuk, industri jagung akan tergerus karena sawit impor akan lebih murah dibanding jagung hasil perkebunan AS.
"Masuk ke AS itu mahal, karena berkompetisi dengan minyak mereka," ujar dia.
Sebelumnya produk minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) asal Indonesia belum diakui oleh Negara Paman Sam sebagai produk ramah lingkungan. Environmental Protection Agency (EPA) dalam laporan pada 2011 menyebutkan bahwa industri CPO Indonesia menghasilkan emisi gas lebih dari 20 persen dan ini tidak sesuai dengan komitmen pengurangan emisi gas dunia.
Amerika pula aktor utama yang mendorong banyak negara tidak memasukkan komoditas CPO dalam daftar 54 produk yang mendapat prioritas pengurangan tarif masuk 5 persen di forum APEC. Alhasil produk sawit tidak kompetitif dibanding minyak nabati lainnya. (mdk/rin)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tantangan kedua, yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha.
Baca SelengkapnyaKinerja industri kelapa sawit di Indonesia tak sebaik dari tahun kemarin.
Baca SelengkapnyaEkspor komoditas sawit ke Uni Eropa menurun menjadi 4,9 ton di 2020. Kemudian penurunan ekspor sawit terus terjadi di tahun 2022 menjadi 4,1 juta ton.
Baca SelengkapnyaKebijakan ini dilakukan sebagai upaya untuk menjamin pasokan minyak goreng.
Baca SelengkapnyaDalam perdagangan minyak nabati, tidak semua exportir merupakan produsen minyak nabati.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian global memberikan pengaruh terhadap industri sawit di Indonesia.
Baca Selengkapnya"Ini juga menyangkut UMKM, karena mereka juga minta tekstil, kelapa sawit dan macam-macam untuk diekspor ke mereka," kata Luhut.
Baca SelengkapnyaAda beberapa negara yang tak setuju dengan berbagai kebijakan pemerintah Indonesia.
Baca SelengkapnyaMasalah utama di bidang migas yang dihadapi adalah produksi minyak yang saat ini masih sangat rendah.
Baca SelengkapnyaTPN Ganjar-Mahfud menilai perlu banyak keterlibatan pelaku industri dalam program hilirisasi
Baca SelengkapnyaMendag meminta dukungan serta do'a masyarakat agar dilancarkan dan bisa menang dalam gugatan ini.
Baca Selengkapnya