Mendagari Tito Ungkap Penyebab Kekeringan yang Tewaskan 6 Orang di Papua
Enam orang meninggal dunia di Distrik Lambewi dan Distrik Agandume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Enam orang meninggal dunia di Distrik Lambewi dan Distrik Agandume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
Mendagari Tito Ungkap Penyebab Kekeringan yang Tewaskan 6 Orang di Papua
Mendagari Tito Ungkap Penyebab Kekeringan yang Tewaskan 6 Orang di Papua
Fenomena El Nino di Indonesia telah merenggut korban jiwa. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan enam orang warga meninggal dunia akibat bencana kekeringan yang melanda Distrik Lambewi dan Distrik Agandume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
"Di Kabupaten Puncak terjadi kekeringan, gagal panen dan 6 warga meninggal di sana," kata Tito dalam Penyerahan Insentif Fiskal Kategori Kinerja Pengendalian Inflasi di Daerah, Senin (31/7).
Atas kejadian tersebut, Tito langsung berkoordinasi dengan kepala daerah setempat untuk mengatasi masalah pasokan bahan makanan ke wilayah itu.
"Saya sudah koordinasi dengan Gubernur dan Bupati memang ada permasalahan supply,"
kata Tito.
Dua pekan sebelumnya, Tito dan Presiden Joko Widodo telah melakukan rapat terbatas (ratas) di Istana Negara.
Ratas tersebut membahas antisipasi dan kesiapan dalam menghadapi ancaman fenomena iklim El Nino. Presiden pun terlah memberikan tugas khusus kepada Tito untuk menjaga ketahanan pangan.
"Dua minggu lalu ada rapat terbatas dengan Bapak Presiden masalah dampak el nino, khususnya terhadap ketahanan pangan. Saya mendapat arahan langsung dari Presiden," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati memprediksi ancaman El Nino akan mengalami puncak pada Agustus-September. Puncak El Nino dikhawatirkan akan berdampak pada ketersediaan air atau kekeringan, juga produktivitas pangan. Untuk menghadapi fenomena El Nino tersebut, pemerintah telah berkoordinasi dan melakukan sejumlah langkah antisipasi sejak bulan Februari-April dan akan terus diperkuat.Dwikorita menjelaskan meskipun saat ini Indonesia sudah masuk musim kemarau, tetapi potensi terjadinya bencana hidrometeorologi atau banjir itu masih tetap ada.
"Karena wilayah Indonesia ini dipengaruhi oleh dua samudera dan juga topografinya yang bergunung-gunung di khatulistiwa, masih tetap ada kemungkinan satu wilayah mengalami kekeringan, tetangganya mengalami banjir atau bencana hidrometeorologi," kata Dwikorita.
Sebagai informasi, El Nino adalah fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
Intinya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum.
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Tira Santia