Mesir Pernah Diancam Amerika dan Eropa Akibat Tutup Jalur Penghubung Strategis Israel
Terusan yang berada di Mesir itu sempat menjadi 'pusat konflik' antara Amerika, Eropa, dengan Mesir.
Terusan yang berada di Mesir itu sempat menjadi 'pusat konflik' antara Amerika, Eropa, dengan Mesir.
Mesir Pernah Diancam Amerika dan Eropa Akibat Tutup Jalur Penghubung Strategis Israel
Akibat Tutup Jalur Penghubung Strategis Israel, Mesir Diancam Amerika dan Eropa
Sebagai negara berkekuatan besar (great power), Amerika dan negara-negara Eropa kerap mendominasi urusan jalur strategis ekonomi, termasuk Terusan Suez.
Terusan yang berada di Mesir itu sempat menjadi 'pusat konflik' antara Amerika, Eropa, dengan Mesir.
Mengutip laman History, usai perang dunia II, sekitar tahun 1951, pengelolaan Terusan Suez dikembalikan ke pemerintah Mesir.
Sebelumnya, kala itu, terusan dikelola oleh Amerika, Inggris dan Prancis.
Secara cepat, Presiden Mesir yang saat itu dijabat oleh Gamal Abdel Nasser dengan cepat menasionalisasi pengoperasian Terusan Suez.
Dia mengalihkan kepemilikan kepada Otoritas Terusan Suez, sebuah badan kuasi-pemerintah, pada bulan Juli 1956.
Mengetahui langkah yang dilakukan Nasser, Inggris maupun Amerika Serikat marah. Kemarahan dua negara itu memuncak saat pemerintah Mesir membuka hubungan dengan Uni Soviet pada saat itu.
Amerika kemudian mengancam Mesir dengan menarik dukungan finansial yang dijanjikan untuk rencana perbaikan Suez, termasuk pembangunan Bendungan Aswan.
Tak gentar dengan ancaman itu, pemerintah Mesir di bawah kepemimpinan Gamal Abdel Nasser justru menutup Selat Tiran.
Sebuah perairan yang menghubungkan Israel dengan Laut Merah, bagi semua kapal Israel.
Sebagai tanggapan, pada bulan Oktober 1956, pasukan dari Inggris, Prancis dan Israel mengancam akan menyerang Mesir, yang populer disebut krisis Suez.
Khawatir akan eskalasi konflik, Menteri Luar Negeri Kanada, Lester B. Pearson merekomendasikan pembentukan pasukan penjaga perdamaian PBB, yang pertama dari jenisnya.
Tujuannya untuk melindungi terusan tersebut dan memastikan akses bagi semua orang.
Terusan Suez kembali beroperasi meski dijaga dengan sejumlah pengamanan guna mencegah konflik kembali terjadi.
Tercatat, kanal ini dilintasi rata-rata 50 kapal yang membawa lebih dari 300 juta ton barang per tahun.
Pada tahun 2014, pemerintah Mesir mengawasi proyek perluasan senilai USD8 miliar yang memperlebar Suez dari 61 meter menjadi 312 meter dengan jarak 21 mil.
Proyek ini memakan waktu satu tahun untuk diselesaikan. Hasilnya, kanal tersebut dapat menampung kapal-kapal yang melewati kedua arah secara bersamaan.
Meskipun rutenya diperlebar, pada bulan Maret 2021, sebuah kapal kontainer besar yang berangkat dari China pernah terjebak di kanal dan menghalangi lebih dari 100 kapal di setiap ujung jalur pelayaran yang penting.
Insiden tersebut mengganggu perdagangan global selama hampir seminggu.