Netizen Sebut Adu Banteng KA Turangga Vs Baraya Mirip Tragedi Bintaro 1987
Lokasi insiden kecelakaan berada sekitar 800 meter sebelum sinyal masuk Stasiun Cicalengka.
Lokasi insiden kecelakaan berada sekitar 800 meter sebelum sinyal masuk Stasiun Cicalengka.
Netizen Sebut Adu Banteng KA Turangga Vs Baraya Mirip Tragedi Bintaro 1987
Netizen Sebut Adu Banteng KA Turangga Vs Baraya Mirip Tragedi Bintaro 1987
Masyarakat dikagetkan atas insiden Kecelakaan KA Turangga relasi Surabaya Gubeng-Bandung dengan KA Lokal Bandung Raya (Baraya) di antara Stasiun Haurpugur-Stasiun Cicalengka pada Jumat (5/1) pagi.
Namun, belum diketahui jumlah korban dalam peristiwa kecelakaan nahas tersebut.
Peristiwa Kecelakaan tersebut menuai respon yang beragam dari pengguna internet.
Bahkan, tak sedikit masyarakat yang menyebutkan kecelakaan KA Turangga dengan KA Lokal Baraya mirip tragedi Bintaro pada pada 1987 silam.
Pengguna internet menilai kemiripan kecelakaan KA Turangga vs KA Lokal Baraya dengan insiden tragedi Bintaro karena posisi kereta yang terlibat kecelakaan saling berhadapan atau adu banteng.
"Innalillahi. Shock banget mendengar KA Turangga mengalami PLH (Peristiwa Luar Biasa Hebat) dengan KA Lokal di petak Cicalengka - Haurpugur. Mengingatkan pada Tragedi Bintaro yang sudah puluhan tahun berlalu 😭," tulis pengguna platform (Twitter) dengan nama akun @ariffebriyanto.
Pengguna X lainnya, dengan akun @jimbluk menilai kemiripan kecelakaan KA Turangga relasi Surabaya Gubeng-Bandung dengan KA Lokal Baraya dengan tragedi Bintaro.
Katanya karena kereta bertabrakan dengan posisi saling berhadapan atau adu banteng.
"Innalillahi wa innailaihi rojiuun... adu banteng KA 🥲 terakhir kejadian adu banteng KA ini Tragedi Bintaro bukan? CMIIW," tulis pengguna tersebut.
Lantas Bagaimana Kronologis Tragedi Bintaro Terjadi?
Dalam catatan merdeka.com, kecelakaan tragedi Bintaro terjadi pada 19 Oktober 1997 silam. Insiden tersebut menjadi salah satu sejarah kelam dunia transportasi Tanah Air.
Dua kereta terlibat tabrakan dahsyat di perlintasan Bintaro.
KA 225 jurusan Rangkasbitung-Jakarta Kota dan Kereta Patas 220 Tanah Abang-Merak, hancur berkeping-keping.
Tercatat, sebanyak 156 orang tewas dan tak kurang dari 300 orang terluka, baik berat maupun ringan.
Pemandangan di lokasi kejadian kala itu sangat mengerikan.
Akibatnya, banyak mayat penumpang tergeletak. Banyak korban terjepit di antara puing lokomotif. Para petugas berjuang keras melakukan penyelamatan.
Hasil penyelidikan saat itu menyimpulkan. Tabrakan maut dua kereta karena alah paham dan kesalahpahaman.
Ada kelalaian komunikasi yang menyebabkan dua kereta bertabrakan atau tepatnya di KM17+252, di lintas Angke-Tanah Abang-Rangkasbitung-Merak.
Berdasarkan catatan Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), grafik perjalanan kereta api (Gapeka) mengatur, menyatakan KA 225 Lokal Rangkas (Rangkasbitung-Jakarta Kota) dijadwalkan tiba di Stasiun Sudimara pada pukul 06.40 WIB.
Kemudian KA tersebut dijadwalkan untuk bersilangan pada pukul 06.49.
Namun, KA 255 mengalami keterlambatan selama 5 menit.
Rencana persilangan antara KA 225 Lokal Rangkas dan KA 220 Patas Merak (Tanah Abang-Merak) yang seharusnya terjadi di Stasiun Sudimara juga mengalami perubahan karena jalur di stasiun dalam kondisi penuh. Sontak persilangan tidak dapat dilakukan di Stasiun Sudimara.
Imbasnya, proses pemberangkatan KA 220 Patas Merak dari Stasiun Kebayoran tanpa izin dan keputusan pemindahan lokasi persilangan KA 225 dilakukan tanpa pemberitahuan yang memadai semakin memperumit situasi.
Ketidakjelasan dalam komunikasi dan serangkaian kesalahan prosedur ini menyebabkan masinis KA 225 meyakini isyarat untuk langsiran adalah isyarat untuk pemberangkatan.
Akhirnya, terjadilah tabrakan mengerikan di KM17+252, yang menyebabkan kerusakan besar pada lokomotif dan kereta-kereta di belakangnya.
Selain itu, seratus lebih penumpang meninggal dunia.