Pembangunan Capai 38 Persen, Investasi Rp10 Triliun Segera Masuk ke IKN
Bambang menyebut Kementerian PUPR mencatat infrastruktur dan fasilitas yang dibangun menggunakan dana APBN mencapai sekitar 38 persen.
Proyek pembangunan IKN Nusantara di Sepaku, Penajam Paser Utara (PPU) Kalimantan Timur terus digeber.
Pembangunan Capai 38 Persen, Investasi Rp10 Triliun Segera Masuk ke IKN
Otorita Ibu Kota Negara (IKN) mencatat, progres pembangunan fisik mencapai 38 persen.
Selain itu dalam waktu dekat, swasta nasional segera merealisasikan investasi di ibu kota baru.
"Nanti kita lihat jumlahnya. Karena masih dihitung. Tidak kurang dari Rp 10 Triliun segera masuk dari swasta," kata Kepala Badan Otorita IKN Bambang Susantono kepada wartawan, di Sumbu Kebangsaan, IKN, Kamis (17/8).
Bambang menyebut progres fisik pembangunan IKN, berdasarkan laporan Kementerian PUPR, untuk infrastruktur dan fasilitas yang dibangun menggunakan dana APBN mencapai sekitar 38 persen.
"Tapi akan bertambah lagi. Semakin banyak, dan ada bagian barunya, akan terus kita monitor. Jadi bagian baru ini masuk, sama-sama yang sudah berjalan, kan sama-sama menurunkan (laporan) progres. Kkta pantau, monitor dari yang berjalan sejak tahun 2022," ujar Bambang.
Merdeka.com
Diketahui, pemerintah telah meluncurkan Visi Indonesia Emas 2045, yang menjadi gambaran ideal dan target tujuan yang harus dicapai Indonesia di usianya yang ke-100 tahun sejak kemerdekaan. Pada tahun 2045 nanti, Indonesia diproyeksikan menjadi negara maju dan sejahtera dengan menjadi kekuatan ekonomi terbesar keempat di dunia berdasarkan paritas daya beli (purchasing power parity/PPP). Hal ini didasari oleh potensi yang dimiliki indonesia untuk mewujudkan visi tersebut.Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan, Indonesia memiliki banyak potensi untuk bisa lepas dari jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income trap), dan menjadi negara maju.
"Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang tidak dimiliki negara lain seperti pasar domestik yang besar, potensi tenaga kerja produktif, dan memiliki populasi melek digital yang tinggi. Oleh karena itu, Indonesia harus mengoptimalkan segala peluang dan potensi yang ada," kata Arsjad di kesempatan yang sama.
Dalam hal sumber daya manusia (SDM), Indonesia akan menikmati bonus demografi pada 2030 ketika jumlah penduduk usia produktif diperkirakan mencapai 68,3% dari total populasi. Selain itu, Indonesia juga diuntungkan dengan sumber daya alam dan biodiversitas yang melimpah, termasuk cadangan nikel yang terbesar di dunia yakni sebanyak 21 juta ton dan sumber daya energi baru terbarukan (EBT) hingga 3.600 gigawatt.
"Beberapa faktor masih perlu dioptimalisasi antara lain untuk meningkatkan produktivitas SDM, dan menjamin penyebaran talenta ahli dan terampil yang merata di seluruh Indonesia. Di samping itu, digitalisasi juga masih perlu didorong dengan meningkatkan kesadaran dan literasi masyarakat demi mewujudkan dampak yang lebih besar," terang Arsjad.
Ditetangkan, meski dihadapkan beberapa tantangan, semangat untuk mengatasi biaya logistik yang tinggi dan memajukan UMKM untuk dapat naik kelas membawa harapan bagi pertumbuhan ekonomi. "Terdapat tekad kuat untuk menggeser fokus dari ekspor bahan baku menjadi produk bernilai tambah melalui hilirisasi industri, sambil mendorong usaha mikro untuk naik kelas, semua bertujuan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Arsjad.