Pendapatan Industri Asuransi Jiwa Indonesia Tembus Rp62,23 Triliun di Kuartal 1-2019
Merdeka.com - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat bahwa pendapatan industri asuransi jiwa Indonesia di Kuartal I-2019 mencapai sebesar Rp62,23 triliun. Angka ini meningkat 19,7 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp51,97 triliun.
"Kinerja industri asuransi jiwa di Kuartal I-2019, mencatatkan total pendapatan yang meningkat sebesar 19,7 persen," kata Ketua Dewan Pengurus AAJI, Budi Tampubolon, melalui keterangan resminya, Kamis (20/6).
Budi mengatakan peningkatan pendapatan ini seiring dengan membaiknya kondisi pasar investasi Indonesia. Di mana hasil investasi menyokong pertumbuhan total pendapatan industri asuransi jiwa sepanjang kuartal pertama 2019 sebesar Rp13,41 triliun. "Perbaikan kinerja hasil investasi asuransi jiwa tersebut dipengaruhi oleh membaiknya kondisi pasar modal Indonesia yang ditandai dengan penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang kuartal pertama 2019," katanya.
-
Mengapa realisasi investasi tahun 2023 meningkat? 'Alhamdulillah, Januari sampai Desember 2023 sebesar Rp 1.418 triliun, tumbuh 17,5 persen secara tahunan dan 101,3 persen dari target investasi tahun 2023,' ujar Bahlil dalam konferensi pers kinerja investasi tahun 2023, di Gedung Kementerian Investasi/BKPM, Jakarta, Rabu (24/1/2024).
-
Mengapa laba Bank Mandiri naik di tahun 2023? Kunci kesuksesan Bank Mandiri ini tak lepas dari strategi bisnis yang konsisten untuk fokus pada pertumbuhan bisnis berbasis ekosistem serta didukung dengan strategi digitalisasi.
-
Apa realisasi investasi tahun 2023? Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan realisasi investasi sepanjang tahun 2023 mencapai Rp 1.418,9 triliun.
-
Bagaimana capaian realisasi investasi tahun 2023? Capaian tersebut, kata Bahlil, juga mencapai 129 persen dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebesar Rp 1.099 triliun.
-
Bagaimana Jasa Raharja meningkatkan pendapatannya di tahun 2022? Di sisi pendapatan, Jasa Raharja berhasil menorehkan kinerja positif dengan catatan pertumbuhan pendapatan sebesar 6,94 persen yakni Rp5,9 triliun pada tahun 2021, menjadi Rp6,4 triliun di tahun 2022.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
Di samping itu, pendapatan tersebut juga ditopang dari total klaim dan manfaat yang dibayarkan serta jumlah agen berlisensi di industri asuransi jiwa mengalami pertumbuhan. Adapun total klaim dan manfaat industri asuransi jiwa pada Kuartal I-2019 turut bertumbuh sebesar 0,01 persen menjadi Rp34,51 triliun dibandingkan pada Kuartal I-2018.
Sementara jumlah tenaga pemasar turut meningkat 0,4 persen, menjadi 595.192 orang di Kuartal I-2019, dan tercatat 90,3 persen dari jumlah tenaga pemasar tersebut berasal dari saluran keagenan.
Meski masing-masing mengalami pertumbuhan namun pendapatan premi mengalami perlambatan. Kondisi ini berbalik dengan pendapatan premi lanjutan yang meningkat sebesar 3,7 persen dari periode tahun lalu. "Total pendapatan premi melambat 11,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dimana perlambatan ini disebabkan oleh penurunan total Premi Bisnis Baru sebesar 19,2 persen," katanya.
Selain karena adanya penurunan pendapatan premi, total aset di kuartal pertama melambat 2,4 persen, yang salah satunya dipengaruhi oleh pemenuhan kewajiban pembayaran klaim. Namun, AAJI mencatat, selama Kuartal I-2017 sampai dengan Kuartal I-2019, total aset perusahaan asuransi jiwa masih mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 6,2 persen.
Sedangkan pembayaran klaim dan manfaat sepanjang Kuartal I-2019 sebesar Rp34,51 triliun. Adapun dari jumlah tersebut diberikan para nasabah dalam membayarkan klaim, baik klaim murni saat risiko terjadi, maupun penarikan dana sebagian, penebusan polis, anuitas, dan manfaat lainnya.
Berdasarkan data AAJI periode Kuartal I-2010 sampai dengan Kuartal I-2019 bahwa rata-rata pertumbuhan nilai klaim dan manfaat yang dibayarkan menunjukkan peningkatan sekitar 13,1 persen. Di mana dalam 10 tahun tersebut total klaim yang sudah dibayarkan sebesar Rp34,51 triliun atau rata-rata per tahun untuk klaim yang dibayarkan sebesar Rp20,81 triliun.
Ketua Bidang AAJI, Wiroyo Karsono mengungkapkan proporsi terbesar pembayaran klaim dan manfaat adalah klaim nilai tebus (surrender) yang mencapai 54,1 persen, atau melambat 10,2 persen menjadi Rp18,69 triliun di Kuartal I-2019 dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aset industri asuransi di Mei 2024 mencapai Rp1.120,57 triliun, angka ini naik 1,3 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaTren kenaikan nilai aset pada industri asuransi tidak hanya swasta, BPJS Kesehatan dan Tenaga Kerja juga mengalami kenaikan aset.
Baca SelengkapnyaKepemimpinan di industri asuransi didukung oleh kinerja bisnis yang solid.
Baca SelengkapnyaEkosistem investasi yang terjaga stabil di awal tahun 2024 memberikan kepercayaan kepada investor.
Baca SelengkapnyaPencapaian ini didukung oleh peningkatan pendapatan premi pada lini usaha yang menjadi core competence perusahaan.
Baca SelengkapnyaAda peningkatan jumlah aset industri reasuransi di Indonesia dalam 5 tahun terakhir. Pada 2022 saja, tercatat ada kenaikan sebesar 12 persen.
Baca SelengkapnyaSampai Desember 2023, BRI Life mencatat aset investasi sebesar Rp19 triliun atau meningkat 11,8 persen dibandingkan tahun 2022 yakni sebesar Rp17,0 triliun.
Baca SelengkapnyaPencapaian pendapatan premi ini mayoritas didorong oleh kontribusi dari produk Asuransi Jiwa Kredit, baik untuk melindungi nasabah yang mengambil kredit KPR.
Baca SelengkapnyaPT Asuransi Jasa Indonesia atau Asuransi Jasindo mengantongi laba bersih Rp102,88 miliar pada 2023.
Baca SelengkapnyaDengan pencapaian Annualized Premium Equivalent (APE) ditahun 2024 sebesar Rp3,08 triliun.
Baca SelengkapnyaCapaian laba bersih pada kuartal tahun ini cukup positif di tengah pemulihan industri asuransi pasca Covid-19.
Baca SelengkapnyaKinerja positif ini juga berlanjut di 2023 di mana pada Oktober 2023, perseroan telah mencacatkan total aset sebesar Rp3,25 triliun.
Baca Selengkapnya