Per November 2019, Defisit APBN Tercatat Sentuh 2,29 Persen
Merdeka.com - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi defisit Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp368,9 triliun hingga akhir November 2019. Atau setara dengan 2,29 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyebutkan defisit ini mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama di 2018 yang tercatat sebesar Rp279,7 triliun atau 1,89 persen terhadap PDB.
"Memang bakal terjadi pelebaran defisit dari target awal yang sebesar 1,84 persen dari PDB. Juga memang terjadi kenaikan defisit jika dibandingkan tahun lalu," kata dia, dalam acara konferensi pers di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Kamis (19/12).
-
Apa yang dimaksud dengan APBN? APBN adalah singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Ini merupakan rencana keuangan pemerintah yang mencakup semua pemasukan dan pengeluaran negara dalam satu tahun anggaran.
-
Kenapa APBD Kaltim meningkat? Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Kaltim, Yusliando juga menyebutkan, signifikansi peningkatan APBD ditunjang oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD). Terutama dari sektor pajak dan arus investasi yang masuk ke Kaltim.
-
Dimana sumber APBN berasal? Pemasukan dalam APBN berasal dari berbagai sumber, termasuk pajak, penerimaan negara bukan pajak, pendapatan dari perusahaan negara, hibah dan bantuan luar negeri, serta sumber pendapatan lainnya.
-
Kenapa APBD Kutai Timur meningkat di tahun 2024? Bupati Ardiansyah menjelaskan, APBD Kutai Timur tahun depan alami peningkatan. Baginya, dana yang lebih besar ini digunakan untuk percepatan pembangunan.
-
Apa pertumbuhan ekonomi RI di Kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Mengapa deflasi bulan September 2024 dianggap signifikan? 'Deflasi yang terjadi di bulan September 2024 ini lebih signifikan dibandingkan dengan bulan Agustus 2024, dan ini merupakan deflasi bulanan kelima yang terjadi sepanjang tahun 2024,' jelas Plt. Kepala BPS, Amalia A. Widyasanti, dalam siaran pers yang dirilis pada Selasa, 1 Oktober 2024.
Dia menjelaskan defisit APBN kali ini didorong adanya tekanan pada penerimaan negara imbas dari pelemahan ekonomi global. Sebagai informasi, penerimaan negara tercatat sebesar Rp1.6772,1 triliun atau 77,5 persen dari target APBN 2019 yang sebesar Rp2.165,1 triliun.
Sedangkan realisasi belanja negara tercatat mencapai Rp2.046 triliun atau sudah 83,1 persen dari pagu APBN 2019 sebesar Rp2.461,1 triliun. Realisasi ini tumbuh sebesar 5,3 persen dibandingkan realisasi APBN pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1.942,6 triliun.
"Meski demikian, jika dilihat di tengah adanya tekanan ekonomi global, kita tetap bisa bertahan yakni dengan tetap terjadinya pertumbuhan pendapatan," tegasnya.
Sementara itu, keseimbangan primer hingga akhir November 2019 pun tercatat defisit sebesar Rp101,3 triliun, naik dari realisasi periode sama di tahun lalu yang mengalami defisit sebesar Rp28,6 triliun.
Untuk realisasi pembiayaan anggaran hingga November 2019 tercatat sebesar Rp421 triliun atau mencapai 142,2 persen dari pagu APBN 2019 yang sebesar Rp296 triliun. Pembiayaan ini lebih tinggi 21 persen dari periode sama tahun lalu sebesar Rp347,9 triliun.
Menkeu Sri Mulyani Prediksi Defisit 2019 Sebesar 2,1 Persen
Namun, Menkeu Sri Mulyani mengungkapkan ada potensi terjadi penurunan defisit APBN hingga akhir tahun. Sebab, dalam dua minggu pertama di Desember terjadi perbaikan penerimaan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
"Jadi defisit anggaran akan menurun dari 2,29 persen, kemungkinan ke 2,1 persen, sehingga tidak jadi ke mendekati angka 3 persen tapi mendekati angka 2 persen," tutupnya.
Sebelumnya, Menteri Sri Mulyani akan melihat seluruh aktivitas belanja negara dan pendapatan hingga akhir tahun. Sehingga, pemerintah dapat mempertahankan defisit anggaran dalam batas 2,2 persen.
"Pokoknya nanti kita selesaikan seluruhnya karena akhir tahun ini, 2 minggu ini akan kita lihat pergerakan dari seluruh belanja yang bisa confirm, yang tidak bisa confirm, yang bisa cair, yang tidak bisa cair. Juga kita akan hitung semuanya dari perpajakan, pajak, bea dan cukai, dari deviden, dari PNBP kita lihat semuanya ini," ujarnya di Kantor Pusat DJP, Jakarta.
Menteri Sri Mulyani melanjutkan, hingga kini pemerintah masih optimis mempertahankan proyeksi defisit pada 2,2 persen. "Jadi kami tetap akan menjaga defisitnya ada di kisaran yang sudah disampaikan. Di 2,2 persen, kita akan jaga di sekitar itu dan itu kita optimis. Mungkin kalau meleset ya satu digit di atas di bawah itu. Itu yang kita yakini," jelasnya.
Melihat kondisi tahun ini, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut, belum dapat memastikan akan ada perubahan proyeksi defisit anggaran untuk tahun yang akan datang. Dia juga menegaskan, APBN hanya instrumen untuk menjalankan kebijakan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi terkini.
"Sama seperti setiap tahun ini, jadi tidak ada yang baru. Perubahan atau pergerakan dari sisi penerimaan yang sifatnya actual yang kemudian menjadi based line kita untuk tahun depan. Tentu kita akan lihat seluruh nanti keseluruhan porsi penerimaan, porsi belanja, policy apa yang akan digunakan. Saya tekankan sekali lagi, fiskal merupakan instrumen," tandas Menteri Sri Mulyani.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada APBN 2019, defisit sebesar Rp348,7 triliun atau 2,20 persen terhadap PDB.
Baca SelengkapnyaAngka tersebut sudah melebihi target Undang Undang (UU) APBN untuk tahun 2023 yang hanya Rp2.463,2 triliun.
Baca Selengkapnya“Defisit fiskal diperkirakan berada pada kisaran 2,45-2,82 persen PDB,” kata Sri Mulyani.
Baca SelengkapnyaMeski mengalami defisit, kinerja APBN selama Agustus diklaim mengalami perbaikan.
Baca SelengkapnyaPendapatan negara sampai 12 Desember 2023 tercatat mencapai Rp2.553,2 triliun.
Baca SelengkapnyaKendati begitu, angka ini masih lebih kecil dibandingkan dengan pagu defisit APBN 2024.
Baca SelengkapnyaPenerimaan pajak sejak Januari-Agustus 2024 telah mencapai Rp1.196,54 triliun atau 60,16 persen dari target APBN.
Baca SelengkapnyaAPBN pada Juli mengalami defisit Rp93,4 triliun atau 0,41 persen dari PDB.
Baca SelengkapnyaAPBN pada bulan Oktober mengalami defisit Rp700 miliar atau 0,003 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Baca SelengkapnyaRealisasi pendapatan negara pada Mei 2024 tersebut anjlok 7,1 persen secara year on year (yoy).
Baca SelengkapnyaDalam periode yang sama di tahun lalu, penarikan utang sebesar Rp480,4 triliun.
Baca SelengkapnyaDengan capaian ini, untuk keseimbangan primer mengalami surplus mencapai Rp122,1 triliun.
Baca Selengkapnya