Sri Mulyani: Defisit APBN 2023 Sebesar Rp347,6 Triliun, Lebih Baik Dibanding 2019 dan 2020
Pada APBN 2019, defisit sebesar Rp348,7 triliun atau 2,20 persen terhadap PDB.
Angka ini turun hingga 24,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sri Mulyani: Defisit APBN 2023 Sebesar Rp347,6 Triliun, Lebih Baik Dibanding 2019 dan 2020
Sri Mulyani: Defisit APBN 2023 Sebesar Rp347,6 Triliun, Lebih Baik Dibanding 2019 dan 2020
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 sebesar Rp347,6 triliun atau 1,65 persen terhadap produk domestik bruto.
Angka ini turun hingga 24,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sri Mulyani menjelaskan, proyeksi awal defisit APBN 2023 yaitu Rp598,2 triliun. Selanjutnya dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 75 Tahun 2023 defisit APBN menjadi Rp479,9 triliun.
"Defisit tadinya 2,84 persen terhadap PDB, kemudian di revisi melalui Perpres 75/2023 sebesar 2,27 persen, ternyata realisasinya 1,65 persen terhadap PDB," ujar Sri Mulyani, Selasa (2/1).
Perempuan yang pernah menjabat sebagai Direktur Bank Dunia itu menjabarkan defisit APBN 2023 cukup positif jika dibandingkan defisit yang terjadi pada APBN 2019-2020 yang mana nilainya sangat dalam.
Pada APBN 2019, defisit sebesar Rp348,7 triliun atau 2,20 persen terhadap PDB. Kemudian defisit melonjak tajam menjadi Rp947,7 triliun pada APBN 2020 atau 6,14 persen terhadap PDB.
"Ini karena pada saat Covid 2020 pendapatan negara kita drop dari Rp1.960,6 triliun menjadi Rp1.647,8 triliun," ujarnya.
Di samping pendapatan, melebarnya angka defisit pada 2019-2020 dipicu belanja negara yang meningkat tajam. Pada tahun 2019 belanja negara sebesar Rp2.309 triliun, kemudian adanya pandemi Covid-19 pada tahun 2020 melonjak menjadi Rp2.595 triliun.
"Jadi Covid memang menimbulkan shock pada APBN sehingga APBN itu karena dihantam langsung oleh covid sehingga dia harus segera menyesuaikan dirinya," kata Sri Mulyani.