Pertamina Wanti-Wanti Kondisi Suriah Bisa Ganggu Distribusi Minyak
Pertamina terus melakukan antisipasi mengenai potensi gangguan terhadap rute kapal tanker.
Konflik yang sedang terjadi di Timur Tengah, khususnya di Suriah, telah menambah ketidakpastian dalam pasar energi global. Direktur Pertamina Simon Aloysius Mantiri mengungkapkan bahwa Pertamina telah mempersiapkan berbagai langkah antisipasi untuk menjaga kelancaran operasional mereka.
"Tentunya kondisi harga minyak dunia dipengaruhi banyak faktor, salah satunya geopolitik. Dan tentunya kita juga prihatin dengan kondisi yang terjadi di Suriah, dan tentunya dengan diplomasi kita selalu mendorong supaya para pemimpin dunia semakin bijak dan bisa mencari jalan damai," kata Simon dalam konferensi pers Kesiapan PLN dan Pertamina dalam rangka Nataru, di Kementerian BUMN, Senin (9/12).
Menurut Simon, meskipun kondisi geopolitik yang melibatkan Suriah dan negara-negara di sekitarnya menambah ketegangan, Pertamina sejauh ini masih mampu mengatasi dampak yang ditimbulkan. Lantaran pihaknya terus memonitor situasi dengan cermat, terutama terkait dengan keamanan pasokan dan rute distribusi energi.
"Nah tentunya untuk operasional Pertamina kita sudah siapkan antisipasi. Sejauh ini dengan Suriah kita masih aman," ujarnya.
Terkait dengan pengamanan pasokan, Simon menjelaskan bahwa Pertamina terus melakukan antisipasi mengenai potensi gangguan terhadap rute kapal tanker yang melewati wilayah yang terdampak konflik.
"Untuk rute dari kapal-kapal kita, tanker kita yang melewati wilayah yang konflik, tentunya kita antisipasi dengan mencari jalur lain yang lebih aman," ujar Simon.
Namun, perubahan jalur ini membawa tantangan tersendiri, terutama terkait dengan biaya logistik. Jika tanker harus mengambil jalur alternatif yang lebih panjang, ongkos operasional akan meningkat.
Hal ini tentu perlu diperhitungkan dengan cermat, agar tidak mengganggu kestabilan harga dan pasokan bahan bakar di dalam negeri.
"Dan tentunya harus kita perhatikan juga ongkos logistiknya. Misalnya apabila jalur seandainya melewati daerah konflik terlalu berisiko, dan kita melewati jalur lainnya yang tentunya lebih jauh dan biaya cost-nya lebih tinggi, tentunya harus ada alternatif lain yang kami ambil. Tapi untuk posisi saat ini kami masih aman dan bisa terkendali," pungkasnya.