Ribuan Dokter Muda Kompak Resign dari Rumah Sakit, Ini Biang Keroknya
Ryu Ok Hada dan Park Dan merupakan bagian dari ribuan dokter magang yang mengundurkan diri.
Ryu Ok Hada dan Park Dan merupakan bagian dari ribuan dokter magang yang mengundurkan diri.
Ribuan Dokter Muda Kompak Resign dari Rumah Sakit, Ini Biang Keroknya
Ribuan Dokter Muda Kompak Resign dari Rumah Sakit
Sistem kesehatan Korea Selatan tengah menghadapi protes keras dari ribuan dokter magang.
Mereka mengkritik rencana pemerintah yang menambah kuota penerimaan calon dokter, sementara upah para dokter saat ini dinilai terlalu rendah.
Ryu Ok Hada dan Park Dan merupakan bagian dari ribuan dokter magang yang mengundurkan diri.
Langkah ini diambil sebagai bentuk protes, meski keduanya menghadapi ancaman akan dijadikan tersangka oleh pemerintah Korea Selatan.
Melansir Reuters, Ryu dan Park mengatakan, para dokter junior, yang menjadi roda penggerak penting dalam sistem medis Korea Selatan, bekerja terlalu keras. Namun sayangnya mereka dibayar rendah, dan tidak didengarkan.
Akibat kondisi tersebut, beberapa rumah sakit di Korea Selatan menolak pasien dan membatalkan operasi.
Para dokter muda mengatakan gaji dan kondisi kerja mereka harus menjadi prioritas, dibandingkan rencana pemerintah untuk menambah jumlah dokter.
Sementara dalam pandangan pemerintah, penambahan jumlah dokter merupakan langkah penting untuk meningkatkan layanan kesehatan di daerah terpencil.
“Sistem medis di Korea Selatan saat ini, yang sangat bagus, digerakan dengan membuat para dokter magang yang murah terus bekerja keras,” kata Ryu.
Gerakan pengunduran diri masal oleh ribuan dokter magang, belum diikuti oleh dokter senior. Meski demikian, para dokternya senior dan praktisi kesehatan juga menentang rencana pemerintah.
Berdasarkan data dari Korean Intern Resident Association, dokter magang dan dokter residen di Korea Selatan bekerja dalam shift 36 jam. Sedangkan dokter magang di Amerika bekerja dengan shift kurang dari 24 jam.
Dalam laporan tersebut juga menyatakan, separuh dokter muda Amerika bekerja 60 jam seminggu atau kurang.
Sedangkan dokter Korea sering bekerja lebih dari 100 jam dalam sepekan.
Ryu mengaku bekerja lebih dari 100 jam seminggu di salah satu rumah sakit universitas paling bergengsi.
Namun bayarannya hanya 2 juta won hingga 4 juta won atau setara Rp23 juta hingga Rp46 juta per sebulan. Angka itu sudah termasuk upah lembur.
Reuters melaporkan, ribuan dokter yang mogok kerja hanya mewakili sebagian kecil dari 100.000 dokter di Korea Selatan.
Namun 40 persen dari mereka bekerja di rumah sakit pendidikan besar, yang melakukan tugas-tugas penting di ruang gawat darurat, unit perawatan intensif, dan ruang operasi.
Bahkan, pada Minggu (25/2) ruang gawat darurat di 5 rumah sakit terbesar di Korea Selatan berada dalam status 'siaga merah'.
Perdana Menteri Han Duck-soo mengatakan rumah sakit umum akan tetap buka lebih lama dan pada akhir pekan. Termasuk di hari libur untuk memenuhi permintaan.
Ketua Asosiasi Residen Magang Korea, Park (33) ingin pihak berwenang memasukkan dokter ke dalam disiplin ilmu penting seperti pediatri dan unit gawat darurat di rumah sakit besar.
Para dokter, kata Park, menginginkan perlindungan hukum yang lebih baik dari tuntutan malapraktik dan perubahan sistem, yang mana banyak rumah sakit bergantung pada tenaga kerja berupah rendah.
"Dengan bangga saya bisa menyelamatkan pasien, tapi sangat memilukan dan sulit untuk meninggalkan pasien di belakang," kata Park.
Pemerintah pun telah memerintahkan para dokter magang untuk kembali bekerja.
Tak hanya itu pemerintah setempat mengancam akan menangkap atau mencabut izin mereka jika tidak menuruti instruksi pemerintah.
Pemerintah berdalih, tindakan mereka yang kolektif tidak dapat dibenarkan dan nyawa masyarakat harus didahulukan.
Namun, Park dan dokter lainnya mengatakan perintah yang dikeluarkan pemerintah tidak konstitusional.
Sehingga memaksa mereka untuk bekerja di luar keinginan mereka.