Sentimen anti-Malaysia bikin Petronas tak berdaya?

Merdeka.com - PT Petronas Niaga Indonesia telah memutuskan menutup 15 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum(SPBU) di Indonesia. Alasannya karena tidak laku. Sebab, konsumsi BBM di Indonesia didominasi oleh BBM bersubsidi, sedangkan Petronas menjual BBM non subsidi SPBU asing lainnya seperti Total atau Shell masih bisa bertahan di Indonesia. Padahal, SPBU-SPBU tersebut juga menjual BBM non-subsidi. Shell masih diminati oleh konsumen di Indonesia, sehingga masih bisa bertahan.

Apakah tak berdayanya Petronas di Indonesia ada kaitannya dengan sentimen anti-Malaysia?Pengamat ekonomi Universitas Pasundan Acuviarta Kartabi melihat adanya kecenderungan itu. Terlebih jika membandingkan antara Petronas dengan Shell yang lebih laku.

"Bisa jadi ada masyarakat Indonesia yang sentimen terhadap Petronas," kata Acuviarta kepada merdeka.com, Rabu (24/10) malam. Sentimen ini yang akhirnya membuat masyarakat Indonesia enggan mengisi bahan bakar di SPBU milik Malaysia itu.

Dia menuturkan, dalam investasi global sesungguhnya tidak harus ada sentimen. tapi, kata dia, bisa saja Petronas melihat ada unsur ketidakberpihakan atau indikasi ketidaktegasan otoritas pemerintah dalam negeri.

Pengamat energi Kurtubi memiliki pandangan sendiri. Dia melihat tidak ada kaitannya antara sentimen anti-Malaysia dengan tidak lakunya Petronas di Indonesia. Kalaupun Shell yang sama-sama SPBU asing lebih laku dari Petronas, itu hanya masalah pelayanan."Mungkin pelayanan di Shell lebih baik, atau tempatnya lebih strategis," jelas Kurtubi kepada merdeka.com, Rabu (24/10) malam.

Menurutnya, tak berdayanya Petronas di Indonesia karena segmen pasarnya yang menjual BBM non subsidi. Jumlah pengguna BBM jenis ini di Indonesia diakui sangat kecil. "Mereka kurang pelanggan," katanya.

Dia menuturkan, jika pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi, besar kemungkinan Petronas akan laku di Indonesia. "Seandainya Petronas bersabar, mungkin akan ada pelanggan baru buat mereka," jelasnya.

Sebelumnya, Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM Umi Asngadah mengatakan, kepastian penghentian operasional 15 SPBU Petronas di Indonesia diperoleh sejak Agustus lalu. "Terdapat 19 SPBU berlokasi di Jakarta dan Medan, 15 SPBU di Jakarta sudah tutup sejak 31 agustus 2012," kata Umi beberapa waktu lalu.

Umi menjelaskan, alasan yang disampaikan Petronas karena penjualan BBM yang terlalu kecil, sehingga tidak dapat menutupi biaya operasional. Lebih lanjut Umi menuturkan, aset SPBU Petronas akan dijual ke perusahaan migas lainnya seperti Shell atau Pertamina. "Kelihatannya akan dialihkan ke bidang usaha lain tapi Petronas masih berusaha bidang migas lainnya," tambahnya.

Anggota Komite BPH Migas Ibrahim Hasyim juga mengatakan hal yang sama. Salah satu alasannya adalah tidak mampu bersaing karena harga BBM di Indonesia masih disubsidi. Sedangkan Petronas menjual BBM dengan harga keekonomian. Kondisi ini membuat pendapatan perusahaan turun.

"Ini kan bisnis biasa, pertimbangan bisnis mereka buka SPBU di Indonesia karena perkiraannya harga BBM di Indonesia menjadi harga keekonomian, jadi kalau harganya keekonomian dia (Petronas) bisa hidup, tapi ternyata mereka lihat BBM nya tidak jadi naik-naik makanya ditutupin satu-satu," jelasnya. (mdk/arr)