![Singapura Jadi Negara Peringkat Kedua dengan Biaya Hidup Paling Tinggi di Dunia](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/6/23/1719109479323-tbmqe.jpeg)
Singapura Jadi Negara Peringkat Kedua dengan Biaya Hidup Paling Tinggi di Dunia
Inflasi yang meroket menyebabkan biaya di kota-kota ini sangat mahal, meskipun bagi ekspatriat.
Inflasi yang meroket menyebabkan biaya di kota-kota ini sangat mahal, meskipun bagi ekspatriat.
Singapura menjadi negara kedua paling mahal di dunia, setelah Hong Kong, bagi para ekspatriat.
Hasil ini berdasarkan survei yang dilakukan perusahaan konsultan Amerika, Mercer.
Setelah Hong Kong dan Singapura, negara paling mahal untuk ditinggali adalah kota- kota yang berada di Swiss seprti Zurich, Geneva, Basel, dan Bern. Selanjutnya ada New York, Los Angeles di Amerika, dan London di Inggris.
Survei ini membandingkan biaya pengeluaran setiap individu seperti uang sekolah, sewa rumah, ongkos transportasi publik, makan, pakaian, perlengkapan rumah, hingga hiburan.
Menurut Mercer, kenaikan biaya perumahan, inflasi, dan ongkos transportasi, barang, dan jasa yang meningkat merupakan beberapa alasan mengapa biaya hidup di kota-kota tersebut sangat tinggi.
Menurut survei tersebut, biaya hidup di Kota Ho Chi Minh lebih murah daripada Hanoi, kota metropolitan di selatan itu berada di peringkat ke-178, sementara ibu kotanya berada di peringkat ke-172.
10 kota termurah di dunia adalah Abuja dan Lagos di Nigeria; Islamabad dan Karachi di Pakistan; Bishkek di Kirgistan; Blantyrein di Malawi; Dushanbe di Tajikistan; Durban di Afrika Selatan; Windhoek di Namibia, dan Havana di Kuba.
Tingginya biaya hidup di Singapura dan Hong Kong tidak lepas dari pengaruh inflasi yang meroket.
Baca SelengkapnyaSingapura memberikan bantuan berupa paket dukungan biaya hidup sebesar 800 dolar Singapura per orang untuk mengatasi kenaikan biaya hidup.
Baca SelengkapnyaKelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar berasal dari makanan minuman dan tembakau.
Baca SelengkapnyaLonjakan inflasi juga terjadi pada harga gabah di tingkat petani sebesar 5,64 persen secara bulanan, dan 11,34 persen secara tahunan.
Baca SelengkapnyaDirektur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengaku belum bisa menurunkannya karena ada tiga faktor besar yang membuat harga beras mahal.
Baca SelengkapnyaDengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca SelengkapnyaIndeks harga yang diterima petani turun 0,16 persen lebih dalam dibandingkan dengan penurunan indeks harga yang dibayar petani.
Baca SelengkapnyaMembeli rumah merupakan pengeluaran jangka panjang dengan nominal cukup besar, maka perhatikan biaya-biaya ini.
Baca SelengkapnyaIndef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca Selengkapnya