Survei: Gaji Pekerja Startup di Indonesia Anjlok Parah
Laporan tersebut mengambil data lebih dari 10.000 pekerja startup.
Glints dan Monk’s Hill Ventures (MHV) merilis laporan terbarunya mengenai kinerja perusahaan rintisan atau startup di Asia Tenggara (ASEAN) 2024. Laporan tersebut mengambil data lebih dari 10.000 pekerja startup, 183 pimpinan dan pendiri startup, serta 72 wawancara dengan pendiri maupun operator startup di Indonesia, Singapura, Vietnam, dan Taiwan.
Dalam laporan tersebut mencatat, gaji pekerja startup menurun tajam sepanjang 2023. Di mana posisi junior engineering paling terdampak. Penurunan ini disumbangkan oleh aksi pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor teknologi. Kondisi ini diperparah juga adanya pemotongan biaya oleh perusahaan.
"Sehingga posisi teknisi junior menjadi peran yang paling terdampak di seluruh wilayah disusul dengan adanya penurunan gaji di seluruh wilayah," tulis laporan Glints dikutip Minggu (6/10).
Tercatat, Indonesia menjadi negara dengan penurunan tertinggi di angka 7 persen. Bahkan, posisi frontend maupun backend developer mengalami penurunan tertinggi di antara posisi terkait engineering di Indonesia.
Di sisi lain, gaji periset UI/UX mengalami kenaikan hingga 7,8 persen serta perancang UI/UX hingga 3,4 persen. Hal ini merupakan bukti bahwa peran UI/UX semakin diakui di Indonesia.
Sementara gaji analis produk terlihat stagnan. Namun, sebagian besar posisi senior engineering di kawasan mengalami pertumbuhan yang cukup stabil dari tahun ke tahun, dimana ada peningkatan sekitar 2-3 persen untuk posisi ini.
Sedangkan gaji untuk posisi business development (BD) dan sales secara regional meningkat hingga 20 persen. Di tengah dunia yang semakin terdigitalisasi, posisi-posisi non-teknologi tetap mampu untuk memainkan peranan kunci bagi perusahaan.
Laporan ini juga menunjukkan bahwa posisi business development dan sales terus mengalami peningkatan gaji yang signifikan di kawasan sebagai cerminan dari fokus startup yang lebih besar untuk mencapai profitabilitas pada 2023.
Fase Start-Up di Indonesia
Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengungkapkan bahwa banyak startup di Indonesia masih berada pada tahap awal atau early stage.
Menurutnya, fase ini merupakan periode paling rentan bagi startup, sehingga pendampingan melalui program inkubasi menjadi faktor penting untuk kesuksesan mereka.
"Pada fase early stage, pendampingan inkubasi sangat krusial. Kebanyakan startup kita masih berada di tahap ini," ujar Teten Masduki saat berbicara dengan media di Jakarta, Selasa (17/9/2024).
Kementerian Koperasi dan UKM telah menginisiasi program startup global yang bertujuan membantu startup tahap awal agar mampu menembus pasar internasional. Berdasarkan data Kementerian, dalam tiga tahun terakhir, sekitar 700 startup telah mengikuti program inkubasi ini.
Teten juga menekankan pentingnya pemahaman terhadap model bisnis yang diusung oleh setiap startup, baik di sektor pendidikan, kesehatan, maupun pertanian. Ia menyoroti sektor agrikultur sebagai bidang dengan potensi besar untuk dikembangkan.