Tahun lalu mayoritas pekerja ogah libur, AS kehilangan USD 223 M
Merdeka.com - Lebih dari setengah populasi pekerja di Amerika Serikat ditengarai membuang kesempatan cuti. Ini mengakibatkan Paman Sam kehilangan potensi pendapatan dari restoran, hotel, perjalanan wisata, dan lainnya,sebesar USD 223 miliar.
Demikian diungkap dalam survei terbaru dilakukan Project: Time Off bekerja sama dengan GfK, firma riset berbasis di Jerman.
Survei dilakukan secara online melibatkan 5.641 responden yang bekerja lebih dari 35 jam per minggu dan mendapatkan kompensasi hari cuti (paid time off).
-
Bagaimana cara pekerja menghitung cuti tahunan di 2025? 'Dengan demikian, pekerja/buruh yang mengambil cuti pada hari cuti bersama akan mengurangi hak cuti tahunan yang dimilikinya,' jelasnya. 'Sementara itu, bagi pekerja/buruh yang tetap bekerja pada hari cuti bersama, hak cuti tahunan mereka tidak akan berkurang dan akan dibayar upah seperti hari kerja biasa,' tambahnya.
-
Bagaimana cara karyawan mengambil cuti? 'Saya ingin setiap karyawan memiliki kebebasan. Setiap orang pasti pernah merasa tidak bahagia, jadi jika Anda tidak bahagia, jangan datang bekerja,' kata Yu. 'Cuti ini tidak boleh ditolak oleh manajemen. Penolakan adalah pelanggaran,' tegasnya.
-
Siapa yang sering liburan ke luar negeri? Tidak hanya menikmati dinner romantis atau kencan manis, Andrew dan Nana juga sering menghabiskan waktu dengan berlibur ke luar negeri bersama.
-
Mengapa semangat kerja menurun setelah libur panjang? Rasa malas untuk kembali bekerja setelah liburan panjang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
-
Dimana saja orang menghabiskan waktu saat Long Weekend? Mungkin ada yang berwisata keluar kota, berjalan-jalan di seputaran kota, window shopping atau bahkan hanya beristirahat di rumah saja.
-
Siapa yang mendapat manfaat dari cuti patah hati? Perusahaan di China ini memiliki 7.000 karyawan dan mereka mendapatkan jatah cuti saat sedang sedih hingga patah hati.
Hasilnya, sebanyak Lebih dari 55 persen responden membuang waktu cuti mereka tahun lalu. Persentasenya meningkat ketimbang tahun sebelumnya.
Banyak faktor yang mendasari itu. Diantaranya, penggunaan telepon pintar, internet, dan teknologi komunikasi lainnya membuat keterikatan pekerja dengan pekerjaan semakin meningkat.
"Konektivitas yang konstan membuat kita merasa integral dan sangat dibutuhkan, sehingga kita sulit untuk melepaskan diri," kata Katie Denis, Direktur Senior Project: Time Off, seperti diberitakan Wall Street Journal, kemarin.
Selain itu, pekerja khawatir bakal mendapati tumpukan pekerjaan selepas liburan atau mereka juga ingin mendapatkan tambahan pemasukan.
Total, pekerja AS membuang 658 juta hari liburan tahun lalu. Sebanyak 222 juta hari hangus lantaran pekerja tak bisa mendapatkan gantinya atau uang kompensasi.
Dengan kata lain, setiap pekerja menghanguskan dua hari penuh untuk liburan.
"Pekerja AS secara efektif sukarela mengorbankan jutaan hari bebas mereka."
Seandainya seluruh pekerja memanfaatkan hari cuti, studi menyebut, bakal tercipta 1,6 juta pekerjaan guna melayani kebutuhan mereka.
Sayangnya, studi tersebut tak menganalisa efek dari pembuangan hari cuti terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan.
Jika dirata-rata, tahun lalu, pekerja AS memakai 16,2 hari untuk liburan. Lebih rendah ketimbang 16 tahun lalu yang rata-rata mencapai 20,3 hari.
Namun, tingginya pemanfaatan hari cuti tak selalu mencerminkan tren ekonomi, semisal tingkat pengangguran dan indeks kepercayaan konsumen.
Sekedar ilustrasi, salah satu tingkat pengangguran tertinggi di AS terjadi pada 1982 sebesar 9,7 persen. Kala itu, pekerja AS menggunakan rata-rata 20,9 hari libur. (mdk/yud)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Survei juga menunjukan generasi Z juga kerap menunda berlibur. Penyebabnya antara lain beban kerja yang membuat stres dan kendala keuangan.
Baca SelengkapnyaRamadan dan Lebaran identik dengan penyelarasan jam kerja untuk mengakomodasi puasa, pengaturan cuti bagi karyawan yang mudik, dan pengunduran diri.
Baca SelengkapnyaJumlah PHK pada Januari-Juni 2024 naik 21,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Baca SelengkapnyaPer Februari 2024 terdapat 214 juta penduduk Indonesia yang berada di usia kerja.
Baca SelengkapnyaSetidaknya, setiap lima tahun, generasi milenial memanfaatkan uang tabungan mereka untuk berlibur.
Baca SelengkapnyaBanyak pekerja merasa kesepian, marah, atau sedih setiap hari.
Baca SelengkapnyaBeberapa pria usia prima yang beruntung, tidak bekerja karena mereka sudah sukses secara finansial dan sudah pensiun.
Baca SelengkapnyaILO memperingatkan dampak akibat perang terhadap ekonomi Palestina akan berlangsung selama bertahun-tahun mendatang.
Baca SelengkapnyaSurvei dilakukan oleh anak perusahaan Salesforce Slack dan firma riset Qualtrics, yang menarik data dari lebih dari 18.000 pekerja, termasuk eksekutif di Asia.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data Kementerian Perhubungan, jumlah orang yang akan bepergian di musim libur akhir tahun mencapai 107 juta orang.
Baca Selengkapnya