35 Persen Generasi Z Merasa Bersalah Jika Tidak Bekerja Meski Sedang Libur
Survei juga menunjukan generasi Z juga kerap menunda berlibur. Penyebabnya antara lain beban kerja yang membuat stres dan kendala keuangan.
Generasi tersebut masih berada di tahap mencari posisi jenjang karir yang aman.
35 Persen Generasi Z Merasa Bersalah Jika Tidak Bekerja Meski Sedang Libur
Generasi Z Suka Bekerja
Situs jaringan sosial yang berorientasi bisnis, LinkedIn, baru-baru ini melakukan survei terhadap 9.461 pekerja profesional. Hasilnya, sekitar 35 persen generasi Z, orang dengan rentang kelahiran 1996-2010, merasa bersalah jika mereka tidak bekerja meski sedang berlibur. Survei itu menjelaskan, alasan generasi Z merasa bersalah jika tidak bekerja selama liburan karena, generasi tersebut masih berada di tahap mencari posisi jenjang karir yang aman, dan ingin membuat atasan terkesan atas dedikasi mereka terhadap perusahaan.
"Gen Z sangat teliti," kata Senior LinkedIn, George Anders kepada CNBC Make It.
Anders mengatakan, generasi Z mungkin memiliki kebiasaan yang berbeda, seperti preferensi kode pakaian atau keinginan lokasi tempat mereka bekerja.
"Tetapi dari apa yang kami lihat, komitmen Gen Z untuk memberikan pekerjaan yang baik sama kuatnya dengan generasi lainnya,” kata George Anders.
Dalam survei itu juga menunjukan bahwa generasi Z kerap menunda berlibur. Penyebabnya antara lain beban kerja yang membuat stres dan kendala keuangan. Pekerja muda juga sangat tidak mungkin merencanakan perjalanan yang akan datang.
Di satu sisi, sebanyak 58 persen pekerja Gen Z mengatakan bahwa mereka berencana untuk berlibur dan benar-benar melepaskan diri dalam beberapa bulan ke depan, dibandingkan dengan 64 persen generasi milenial, 62 persen Generasi X, dan 64 persen baby boomer.
"Generasi Z adalah generasi yang melakukan banyak tugas tidak seperti orang lain," kata Anders.
Anders menambahkan, tren seperti ini sebaiknya tidak menjadi sebuah kebiasaan, sebab menurutnya berlibur atau mengambil cuti dapat meningkatkan kinerja. Memang, mengambil cuti kerap menimbulkan rasa sungkan bagi pekerja, namun hal itu dapat diantisipasi dengan mempersiapkan rencana cuti sejak jauh hari.
"Kadang-kadang ini hanya tentang memiliki kerendahan hati mengetahui bahwa meskipun pekerjaan Anda penting, bukan seolah-olah organisasi akan terhenti saat Anda," pesan Anders.