Tanpa Ini, Target Net Zero Emission Tahun 2050 Sulit Tercapai
Emisi sektor industri di Indonesia terus meningkat pada periode 2011-2022.
Kepala Pusat Industri Hijau, Kementerian Perindustrian Apit Pria Nugraha mengatakan peta jalan dekarbonisasi merupakan panduan penting menuju net zero emission pada tahun 2050. Setidaknya, empat sub sektor seperti industri tekstil, keramik dan kaca, makanan dan minuman, dan alat angkut, menjadi prioritas untuk masuk ke dalam peta jalan dekarbonisasi.
"Kebijakan penurunan emisi di sektor industri perlu diimplementasikan dengan fokus pada peningkatan daya saing sosial yang kuat, inklusif, dan berkelanjutan dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan," ujar Apit, Kamis (8/8).
Tercatat, emisi sektor industri di Indonesia terus meningkat pada periode 2011-2022. Pada tahun 2022, emisi sektor industri mencapai lebih dari 400 juta ton setara karbondioksida, yang berasal dari penggunaan energi, proses produksi dan penggunaan feedstock, serta limbah.
Penggunaan energi fosil untuk menghasilkan panas di proses industri dan pembangkitan listrik menjadi penyebab peningkatan emisi gas rumah kaca tersebut. Agar penurunan emisi di sektor industri dapat turun secara signifikan, Kementerian Perindustrian mendorong aksi dekarbonisasi melalui perancangan peta jalan industri hijau untuk mencapai target net zero emission (NZE) atau emisi nol bersih pada 2050.
Sementara itu, Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa mengungkapkan kajian IESR telah merumuskan lima pilar dekarbonisasi yang dapat menjadi dasar dalam pembuatan peta jalan industri hijau, yaitu efisiensi sumber daya/material, efisiensi energi, pemanfaatan bahan bakar, bahan baku dan sumber energi rendah karbon, elektrifikasi proses industri, penggunaan CCS/CCUS (Penangkapan dan Penyimpanan Karbon) bagi proses industri yang emisinya sulit dihilangkan (hard to abate sector).
“Industri yang mau dan siap untuk melakukan dekarbonisasi, perlu diberikan insentif,” ujar Fabby.
Fabby menuturkan, penciptaan industri NZE 2050 akan memberikan manfaat internal dan eksternal bagi sektor industri. Menurutnya, manfaat internal adalah penghematan biaya produksi, potensi dari penghematan biaya pajak karbon, penghematan biaya pengembalian dampak lingkungan serta membuka peluang target pasar baru dan menaikkan daya saing produk, terutama melihat masa depan pasar yang cenderung memilih produk yang berkelanjutan dan rendah karbon. Sementara secara eksternal, industri hijau akan membuka peluang pekerjaan hijau, menaikkan kualitas lingkungan dan keberagaman hayati, dan menurunkan kebutuhan subsidi kesehatan.