Terlalu Lama Terjebak Jadi Kelas Menengah, Anak Muda RI Bakal Jadi Generasi Sandwich
Memanfaatkan bonus demografi yang akan berlangsung hingga 2035 akan menjadi peluang RI keluar dari situasi ini.
Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, Anggoro Eko Cahyo, mengungkapkan kekhawatirannya atas kondisi ekonomi Indonesia yang lebih dari 30 tahun terjebak dalam middle income trap. Menurutnya situasi ini bakal berpotensi membebani generasi muda dan memicu fenomena sandwich generation di masa depan.
"Kita sudah lebih dari 30 tahun sudah masuk dalam middle income Trap. Sejak tahun 1993 kita sudah masuk ke middle income tetapi sampai hari ini kita masih di middle income," kata Anggoro dalam acara Social Security Summit 2024 BPJS Ketenagakerjaan, Jakarta, Selasa (26/11).
Anggoro menyebut stagnasi ini juga dialami oleh banyak negara lain yang sulit keluar dari status berpenghasilan menengah. Ia menilai dengan memanfaatkan bonus demografi yang akan berlangsung hingga 2035 akan menjadi peluang RI keluar dari situasi ini.
Bonus demografi ini, menurutnya, adalah kesempatan emas untuk mempercepat transformasi ekonomi sebelum Indonesia memasuki era aging population di mana proporsi penduduk lanjut usia akan meningkat dua kali lipat dari tahun 2000 ke 2045.
Bahaya Gagal Manfaatkan Momentum
Ia menekankan apabila gagal memanfaatkan momentum ini, maka aging population akan memperbesar rasio ketergantungan penduduk non-produktif terhadap penduduk produktif, yang memunculkan tekanan ekonomi bagi pekerja.
Fenomena ini dikenal sebagai sandwich generation, di mana generasi muda produktif harus menopang hidup orang tua sekaligus anak-anak mereka.
"Tentu saja jika itu terjadi akan meningkatkan dependensi rasio penduduk non produktif kepada pekerja produktif yang akan dikenal dengan Sandwich Generation jadi pekerja produktif akan lebih berat lagi tahun berikutnya karena non produktifnya lebih banyak," tegasnya.
Bahkan Anggoro bilang tekanan ini dapat memperlambat laju perekonomian, meningkatkan kemiskinan baru, dan mengancam stabilitas ekonomi nasional.
"Kondisi ini tentunya akan menahan laju perekonomian dan juga memicu munculnya kemiskinan baru yang tentu saja bagi masyarakat yang tidak memiliki jaring pengaman, dapat dilihat dari menurunnya populasi kelas menengah berpindah kepada kelas di bawahnya," Anggoro mengakhiri.