Hidup Penuh Himpitan, Sandwich Generation Perlu Melakukan Persiapan Matang
Menanggung hidup anak serta orangtua merupakan tantangan yang dialami oleh sandwich generation. Untuk mencegah masalah, persiapan matang perlu dilakukan.
Menanggung hidup anak serta orangtua merupakan tantangan yang dialami oleh sandwich generation. Untuk mencegah masalah, persiapan matang perlu dilakukan.
-
Mengapa generasi sandwich mengalami stres? Generasi Sandwich terperangkap di tengah mengasuh anak-anak dan orang tua mereka yang menua secara bersamaan, para pengasuh ini mengalami tingkat stres yang tinggi.
-
Apa itu generasi sandwich? Generasi sandwich adalah generasi yang mengacu pada seseorang dalam sebuah keluarga yang menanggung beban menghidupi orang tuanya beserta mengasuh anaknya.
-
Bagaimana mengatasi generasi sandwich? Sebagai generasi sandwich, kamu harus bisa membuat perencanaan mengenai hal apa yang dibutuhkan dan bagaimana cara mengalokasikan anggaran untuk setiap keperluan yang ada.
-
Kenapa anak muda jadi generasi sandwich? Ada beberapa alasan yang diyakini mengapa anak muda saat ini menjadi seorang yang masuk ke dalam generasi sandwich. Di antaranya adalah: 1. Orang Tua Tidak Memiliki Perencanaan Finansial yang Baik Orang tua yang memiliki perencanaan keuangan kurang baik seringkali menjadi bumerang buat anak-anak mereka. Terlebih jika ditambah dengan kebiasaan hidup mereka yang terlalu konsumtif dan ingin membeli ini itu tanpa memikirkan jangka panjang.
-
Siapa yang terdampak generasi sandwich? Tingkat stress pada orang-orang yang menjadi generasi sandwich biasanya lebih tinggi dibanding mereka yang tidak. Yup, ini tentunya terjadi akibat banyaknya tekanan atau tuntutan untuk memenuhi kebutuhan finansial bagi diri sendiri dan keluarga.
Hidup Penuh Himpitan, Sandwich Generation Perlu Melakukan Persiapan Matang
Generasi sandwich, yang bertanggung jawab merawat dua generasi berbeda, menemui tantangan unik dalam mempertimbangkan perbedaan kebutuhan dan dinamika antara anak-anak/remaja dan lansia.
Menurut dosen Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Indonesia (UI) Lathifah Hanum menyebut peran generasi sandwich tidaklah mudah karena perlu mempertimbangkan perbedaan dua generasi.
"Merawat anak-anak dan remaja tentu berbeda dengan merawat lansia. Anak-anak dan remaja memerlukan arahan dari orang tua untuk mengembangkan dan mendewasakan diri. Sementara lansia memerlukan pendampingan dalam menjalani aktivitas harian," kata Lathifah Hanum beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Hanum menyoroti kompleksitas situasi ini, khususnya saat lansia yang dirawat menghadapi kondisi kesehatan yang memperihatinkan.
Generasi sandwich perlu memberikan perhatian lebih pada kesejahteraan mereka. Tantangan yang dihadapi oleh generasi sandwich cukup besar, membuat mereka rentan terhadap stres dan burnout jika tidak memiliki rencana matang dalam menangani tanggung jawab mereka.
"Banyak tantangan yang dihadapi oleh generasi sandwich, di antaranya mereka rentan mengalami stres dan burn out jika tidak memiliki rencana yang matang untuk memenuhi tanggung jawab. Lokasi tinggal juga membawa dampak yang berbeda," katanya.
Situasi tempat tinggal juga mempengaruhi beban tanggung jawab.
Mereka yang tinggal bersama dua generasi lainnya memiliki tanggung jawab harian yang lebih besar, seperti memasak, menjadi pendengar aktif bagi kedua generasi, serta menangani rutinitas dan tanggung jawab pribadi. Namun, bagi yang terpisah dari orang tua, kompensasi atas ketidakhadiran bisa berupa dukungan finansial yang lebih besar.
Bagi generasi sandwich, persiapan matang diperlukan. Memiliki kualitas relasi yang baik dengan kedua generasi tersebut merupakan hal penting. Membangun relasi positif dengan orang tua dan anak-anak, berkomunikasi terbuka, serta berdiskusi untuk menyelesaikan kendala-kendala bersama, menjadi kunci dalam mengelola peran ini.
Adanya hubungan antar-generasi membawa manfaat besar. Setiap generasi memberikan kontribusi berharga dalam urusan rumah tangga.
Generasi sandwich terbantu dengan adanya orang tua di rumah, yang dapat membantu mengurus rumah tangga dan merawat anak-anak saat mereka bekerja. Di beberapa penelitian di Asia Timur, generasi sandwich cenderung meninggalkan anak-anak dengan orang tua untuk memperoleh pendidikan yang mencakup nilai-nilai dan budaya keluarga.
Di sisi lain, penelitian di Eropa dan Asia Tenggara menunjukkan adanya dukungan finansial dari orang tua bagi generasi sandwich. Sebagai balasannya, generasi sandwich menjadi pendamping bagi orang tua dalam aktivitas harian mereka.
Hal ini menandakan bahwa peran generasi sandwich, jika dijalankan dengan persiapan dan manajemen yang baik, tidak akan berdampak buruk. Komunikasi yang terjalin antar-tiga generasi ini mempererat kedekatan keluarga dan memungkinkan nilai-nilai positif untuk diajarkan secara turun-temurun.
Survei yang dilakukan CBNC Indonesia pada 2021 menunjukkan bahwa hampir setengah dari masyarakat produktif di Indonesia merupakan generasi sandwich. Tanggung jawab mereka yang kompleks, mengurus diri sendiri, orang tua, dan anak pada saat yang bersamaan, bisa menjadi tekanan besar yang berpotensi mengganggu kesejahteraan psikologis jika tidak siap secara finansial maupun mental.
Oleh karena itu, persiapan matang dalam mengelola peran sebagai generasi sandwich menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan, kesejahteraan, dan kedekatan antar-generasi dalam konteks keluarga yang dinamis ini.