Terungkap, Ternyata Ini yang Bikin Indonesia Pernah Swasembada Beras di Era Soeharto
Puncak impor beras terbesar Indonesia pada tahun 2023 sebanyak 3 juta ton.
Puncak impor beras terbesar Indonesia pada tahun 2023 sebanyak 3 juta ton.
Terungkap, Ternyata Ini yang Bikin Indonesia Pernah Swasembada Beras di Era Soeharto
Ternyata Ini yang Bikin Indonesia Pernah Swasembada Beras di Era Soeharto
Beras menjadi komoditas mewah bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.
Harga beras yang terlampau tinggi dan minimnya stok beras di beberapa ritel, membuat kantong masyarakat semakin sesak.
Masyarakat Indonesia saat ini pun sangat lekat mengonsumsi nasi.
Berdasarkan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), konsumsi beras Indonesia periode 2021/2022 sebesar 35,3 juta metrik ton.
Angka ini menempatkan Indonesia di urutan ke-4 sebagai negara dengan konsumsi beras terbesar di dunia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia selalu mengimpor beras. Puncaknya, pada tahun 2023 pemerintah mengimpor 3 juta ton.
Berikut rinciannya:
- Tahun 2020, 356.286 ton
- Tahun 2021, 407.741 ton
- Tahun 2022, 429.207 ton
- Tahun 2023, 3,06 juta ton
Pemerintah Indonesia era Soeharto sejatinya pernah berhasil melakukan swasembada beras dan pangan.
Melansir National Geographic, Soeharto pernah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 tahun 1974 dan Inpres No 20 tahun 1979 tentang Diversifikasi Pangan untuk Mengatasi Rawan Pangan, yang mengkampanyekan keragaman makanan pokok.
Saat itu, muncul istilah beras Tekad. Sebuah akronim yang artinya nasi yang dikonsumsi terbuat dari Tela, Kacang, Djagung (Jagung).
Beras 'sintetis' ini diharapkan menjadi solusi alternatif masyarakat Indonesia agar tidak ketergantungan dengan beras.
Namun, upaya kampanye konsumsi beras Tekad tidak berjalan lancar.
Pemerintah tidak pernah menyiapkan blueprint (cetak biru) tentang keragaman pangan. Fokus pemerintah saat itu hanya mengejar swasembada beras.
Puncaknya, pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras.
Akan tetapi konsekuensi dari capaian ini yaitu kampanye beras tekad yang meredup.
Pada tahun 1954, masyarakat Indonesia yang mengonsumsi beras hanya 53,5 persen.
Separuhnya merupakan para pemakan non-beras. Pada 1987, pemakan beras justru meningkat menjadi 81,1 persen.
Dalam rentang 1954-1999, masyarakat pengkonsumsi singkong yang tadinya sebesar 22,6 persen, menyusut menjadi 8,83 persen.