Ratusan Mumi Ini Dikubur di Tengah Gurun, Lebih Tua dari Mumi Mesir Kuno
Temuan ini membantah anggapan bahwa proses mumifikasi pertama kali dilakukan bangsa Mesir kuno.
Temuan ini membantah anggapan bahwa proses mumifikasi pertama kali dilakukan bangsa Mesir kuno.
-
Dimana Mumi Chinchorro ditemukan? Masyarakat Chinchorro, sekelompok pemburu dan pengumpul di sekitar pantai utara Gurun Atacama, hidup sebagai nelayan yang rajin dan bergantung pada sumber makanan laut.
-
Dimana mumi-mumi itu ditemukan? Mumi-mumi ini ditemukan di sebuah gereja yang dibangun belasan abad lalu.
-
Gurun mana yang paling tua di dunia? Gurun Namib yang terletak di sebagian Namibia, Afrika Selatan, dan Angola ini diakui sebagai gurun tertua di dunia, dengan perkiraan usia minimal 55 juta tahun, namun kemungkinan besar lebih tua.
-
Dimana mumi tertua di Afrika ditemukan? Mumi Tashwinat yang ditemukan di situs arkeologi Uan Muhuggiag di Libya. Kematian Tashwinat terjadi sekitar 5.400–5.600 tahun yang lalu, menjadikannya mumi tertua yang diketahui dari benua Afrika.
-
Dimana mumi di Peru ditemukan? Situs arkeologi ini terletak di pinggiran kota Barranca, Peru, di bukit Cerro Colorado, Lembah Pativilca.
-
Bagaimana mumi tertua di dunia diawetkan? Sejumlah besar mumi tertua yang telah ditemukan terawetkan secara alami melalui berbagai faktor, ditelusuri kembali hingga sekitar 5000 SM, ribuan tahun sebelum praktik pengawetan jasad dimulai di Mesir.
Ratusan Mumi Ini Dikubur di Tengah Gurun, Lebih Tua dari Mumi Mesir Kuno
Mungkin Anda berpikir mumi tertua di dunia berasal dari peradaban Mesir kuno, tetapi anggapan itu keliru. Praktik mumifikasi jasad manusia pertama kali dilakukan orang-orang Chinchorro di Gurun Atacama, Chili, sejak 7000 tahun lalu.
Suku Chinchorro, pemburu-pengumpul kuno yang pertama menetap di wilayah utara Chili dan selatan Peru sekitar tahun 5450 SM, mengembangkan tradisi unik dengan mengawetkan jenazah mereka di pasir gurun kering setempat.
Sumber: BBC & IFL Science
"Suku Chinchorro adalah suku pertama yang mendiami bagian utara Chili dan selatan Peru," kata Bernardo Arriaza, seorang antropolog fisik dari Universitas Tarapacá.
"Mereka adalah perintis Gurun Atacama."
Mereka, lanjut Arriaza, juga merupakan budaya pertama di dunia yang membuat mumi orang yang sudah meninggal, dimulai sekitar tahun 5000 SM.
Di daerah Arica dan Parinacota, ditemukan makam ratusan pemburu laut yang tinggal di Pantai Pasifik Atacama dari sekitar 5450 SM hingga 890 SM. Makam ini dimasukkan ke dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2021 karena nilai arkeologi mereka yang luar biasa.
Makam ini tidak hanya mengungkapkan tradisi penguburan dan pemakaman yang rumit dari budaya kuno, tetapi juga memberikan gambaran tentang struktur sosial dan spiritual masyarakat. Sebagai contoh, mumifikasi adalah ritual yang dilakukan oleh semua orang, bukan hanya orang kelas atas (seperti yang dilakukan oleh orang Mesir).
"Budaya Chinchorro relevan dalam banyak aspek: Mereka adalah praktisi penguburan pertama, yang paling awal di wilayah ini. Dan jenazah yang kita kenal sekarang sebagai Chinchorro, adalah karya seni pra-Hispanik yang sesungguhnya. Mereka adalah ekspresi artistik dari perasaan, emosi penduduk kuno."
Bagaimana cara Chinchorro mengawetkan jenazah?
Jawabannya ada di slide berikutnya:
Prosesnya tidak sama dengan yang dilakukan orang Mesir. Tubuh pertama-tama akan dilepaskan dari kulitnya dan organ-organnya. Kulit akan dijahit kembali setelah rongga tubuh kering. Mayat-mayat ini juga terkadang dibungkus dengan bahan-bahan yang rumit, seperti kulit singa laut, wol alpaka, dan alang-alang.
Kemudian, wajah jenazah ditutupi dengan tanah liat, di mana kemudian dipasangi topeng yang memiliki bukaan untuk mata dan mulut. Terakhir, mumi-mumi tersebut diberi rambut palsu yang terbuat dari rambut manusia sebelum dikubur di gurun, dengan harapan kondisi gersang akan mengawetkannya selamanya.
Max Uhle, seorang arkeolog Jerman, pertama kali mencatat Mumi Chinchorro pada tahun 1917, menemukan beberapa mayat di pantai. Meskipun spesimen ini tampaknya sudah lama, tidak mungkin untuk mengetahui asal muasal mayat ini. Teknik penanggalan karbon, kemudian memungkinkan untuk mengetahui usia mumi lebih dari 7.000 tahun.
Sejauh ini, ratusan mumi telah ditemukan, termasuk mumi bayi dan anak-anak. Vivien Standen, ahli bioarkeologi di Universitas Tarapacá menyampaikan, tanah di lokasi penemuan mumi mengandung banyak arsenik yang terjadi secara alami, yang mungkin berkontribusi pada banyaknya keguguran dan tingginya angka kematian penduduk. Para ilmuwan juga menemukan suku Chinchorro menggunakan mangan untuk mengecat tubuh mereka untuk tujuan tradisional; namun, karena mangan bersifat racun, berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.
Johnny Vásquez, yang telah tinggal di Arica selama 60 tahun, mengingat ketika para pekerja pertama kali menggali pipa saluran pembuangan untuk lingkungannya, mereka menemukan "lapisan demi lapisan mumi".
Pada 2004, ketika para pekerja mulai menggali untuk pembangunan hotel, mereka menemukan tulang belulang kurang dari 1 meter di bawah tanah dan malah mengubah situs tersebut menjadi museum.
Sayangnya, karena perubahan iklim, banyak kuburan Chinchorro yang digali, membuat jasad-jasad tersebut terpapar pada cuaca ekstrim. Hal ini akan berdampak serius pada pelestariannya di masa depan karena para arkeolog kesulitan mendanai upaya untuk memulihkan dan melestarikannya.
"Museum-museum sedikit kewalahan dengan semua materi ini," kata Bernardo Arriaza, seorang ahli terkemuka tentang Chinchorro di Universitas Tarapacá di Arica, kepada Guardian.
Bahkan mumi yang disimpan di dalam museum pun kini terancam oleh perubahan iklim. Peningkatan kelembaban di sekitar telah menyebabkan beberapa mumi ditumbuhi jamur, sementara yang lain menjadi busuk kering atau diserang serangga. Semua tantangan ini diperparah dengan beragamnya bahan yang menutupi mumi, masing-masing membutuhkan kondisi penyimpanannya sendiri.
Pada 2022, sebuah museum baru yang dikendalikan oleh iklim di dekat Arica sedang dibangun untuk menampung mumi Chinchorro. Diharapkan fasilitas canggih ini, yang bernilai sekitar USD19 juta dapat membantu melindungi artefak-artefak berharga dari masa lampau ini.