Triwulan II 2018, BI catat kenaikan harga rumah tumbuh melambat
Merdeka.com - Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia (BI) pada triwulan II-2018 mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer terus meningkat. Hal ini tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan II 2018 yang tumbuh 0,76 persen (qtq).
Direktur Departemen Statistik BI, Gantiah Wuryandani, mengatakan angka pertumbuhan tersebut sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,42 persen (qtq). Adanya kenaikan harga properti residensial terjadi pada semua tipe rumah.
"Kalau kita lihat lagi perkembangannya, apa yang mendorong terjadi indeks pergerakan seperti itu, antara lain ada pergerakan segmen rumah tapak kecil, menengah dan besar," kata Gantiah Wuryandani di Gedung BI, Jakarta, Kamis (9/8).
-
Apa faktor yang mempengaruhi harga rumah? Evaluasi cermat terhadap nilai properti yang sebenarnya berdasarkan lokasi, ukuran, dan kondisi dibandingkan dengan harga pasar di sekitarnya sangatlah penting.
-
Kapan harga rumah dan tanah naik? Jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat, khususnya di kota-kota besar, mengakibatkan ketersediaan lahan atau tanah semakin terbatas. Dampaknya, harga rumah dan tanah yang naik setiap tahunnya.
-
Mengapa KPR BRI Suku Bunga Berjenjang cocok untuk pembeli rumah? Pembayaran hipotek, pajak properti, asuransi, dan biaya pemeliharaan rumah dapat menjadi beban finansial yang signifikan bagi pemilik rumah. Walau begitu, bukan artinya tak ada cara untuk mewujudkannya. Kamu masih bisa memiliki rumah dengan tanpa beban.
-
Bagaimana meningkatkan nilai rumah? Menurut Adabashi, kesan pertama sangat penting. Meningkatkan tampilan properti melalui pembaruan strategis seperti pengecatan atau renovasi membantu mempertahankan nilainya dan menarik pembeli. Menambahkan tanaman hijau, memperbaiki pencahayaan, dan menata ulang ruang tamu juga merupakan beberapa solusi cepat dan hemat biaya.
-
Kenapa rumah cepat terjual saat suku bunga BI rendah? Umumnya orang menjual rumah saat suku bunga Bank Indonesia (BI) mengalami penurunan. Mengingat suku bunga murah akan mempengaruhi permintaan kredit.
-
Kenapa harga rumah di Jakarta stagnan? Ada sejumlah alasan Jakarta mencatatkan stagnasi harga dibandingkan kota lainnya di Jabodetabek. Pertama, Jakarta merupakan salah satu pusat aktivitas ekonomi dan bisnis terbesar di Indonesia sehingga memiliki kepadatan penduduk yang tinggi.Kedua, pengembangan properti di Jakarta pun telah tersaturasi sehingga tidak lagi banyak pengembangan di Jakarta, terutama untuk sektor perumahan.
Dia mengungkapkan bahwa tren perlambatan kenaikan harga rumah diperkirakan akan terus berlanjut hingga triwulan III 2018 sebesar 0,55 persen (qtq).
Sementara itu, untuk volume penjualan properti residensial pada triwulan II tercatat menurun sebesar 0,08 persen (qtq), dari volume pada triwulan sebelumnya yang mencapai 10,55 persen (qtq). Penurunan penjualan properti residensial disebabkan oleh penurunan penjualan pada rumah tipe menengah dan rumah tipe besar.
"Ini adalah terkait penjualan properti residential di pasar primer berdasarkan kuartal per kuartal menunjukan khususnya penurunan pada rumah menengah. Sehingga secara total terlihat masih menurun. Sedangkan untuk rumah tipe kecil ada peningkatan yang cukup signifikan," ujarnya.
Dia mengungkapkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan penjualan properti residensial pada triwulan II adalah tingginya suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan batasan minimum Down Payment (DP) kredit rumah. Sementara itu, penjualan rumah tipe kecil meningkat. Menurutnya peningkatan terjadi karena adanya Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
"Jadi mungkin karena PUPR melalui FLPP mereka meningkatkan alokasi FLPPnya sehingga daya beli masyarakat kecil atau MBR itu cukup meningkat. Sehingga mendorong permintaan meningkat."
Sebagai informasi, hasil survei menunjukkan bahwa pembiayaan pembangunan properti residensial oleh pengembang terutama bersumber dari nonperbankan. Hal itu tercermin pada pembiayaan pembangunan yang bersumber dari dana internal pengembang yang mencapai 58,11 persen. Sementara itu, sebanyak 75,21 persen konsumen menggunakan fasilitas KPR sebagai fasilitas utama untuk pembelian properti residensial.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di akhir 2023, penambahan inventori baru pada proyek perumahan naik hingga dua kali lipat, sementara permintaan akan rumah baru juga naik hingga 27 persen.
Baca SelengkapnyaKenaikan didorong oleh rumah dengan ukuran besar atau tipe 70 dengan harga berkisar Rp500 juta-Rp1 miliar.
Baca SelengkapnyaKontribusi industri properti terhadap PDB pada triwulan kedua 2023 tercatat sebesar 9,43 persen untuk sektor konstruksi & 2,40 persen untuk sektor real estate.
Baca SelengkapnyaHal ini menegaskan peran penting generasi muda dalam menggerakkan pasar properti, terutama di tengah dinamika seperti pergeseran minat ke wilayah berkembang.
Baca SelengkapnyaPenjualan properti residensial triwulan IV-2023 tercatat meningkat 3,37 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaAlhasil, pemulihan ekonomi telah menunjukkan perbaikan yang signifikan ke arah yang lebih baik
Baca SelengkapnyaPertumbuhan ekonomi kuartal II-2024 diramal tumbuh 5,11 persen.
Baca SelengkapnyaKendati begitu, Perry mengakui kinerja ekspor barang belum kuat dipengaruhi oleh menurunnya ekspor komoditas.
Baca SelengkapnyaRata-rata penyerapan untuk setiap perumahan adalah 13,6 unit per bulan.
Baca SelengkapnyaPengadaan lahan, biaya konstruksi, hingga pembiayaan yang dianggap belum optimal, jadi kontribusi tingginya harga rumah.
Baca SelengkapnyaBerbagai kemudahan tersebut juga semakin memperkuat stimulus yang sebelumnya diberikan pemerintah seperti Down Payment nol persen.
Baca SelengkapnyaBPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
Baca Selengkapnya