Ukuran tahu-tempe semakin kecil

Merdeka.com - Sejak harga kedelai meroket tinggi dari Rp 5.500 menjadi Rp 8.000 per kilogram, produsen tahu dan tempe di Jawa Barat terus merugi. Sekretaris Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia Jawa Barat Hugo Siswaya mengatakan, tingginya harga kedelai telah menggerus laba produsen tahu dan tempe.

"Jadi seluruh produsen mengeluhkan tingginya harga Tempe dan Tahu," kata Hugo di Bandung, Selasa (24/7).

Produsen tempe dan tahu harus mengeluarkan dana lebih besar dari biasanya. Tidak kehabisan akal, produsen tahu dan tempe menyiasati produksi agar tidak membebani keuangan mereka. Caranya dengan memperkecil ukuran tahu dan tempe yang diproduksi. Selain memperkecil ukuran, produsen juga mengurangi tingkat ketebalan tempe dan tahu.

"Bahan baku juga menyebabkan  kerugian di kalangan pedagang tahu yang terpaksa harus memperkecil ukuran tahu agar tetap bisa berjualan," ujarnya. 

Sejauh ini kata dia, ketergantungan terhadap makanan berbahan kedelai terbilang sangat tinggi. Sebab, komoditi ini merupakan bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe yang merupakan makanan yang digemari di dalam negeri.

"Kebutuhan masyarakat akan tahu dan tempe sangat besar, jika mahal itu menjadi sangat berat," terangnya.

Ketergantungan produsen terhadap  kedelai impor masih sangat tinggi. Sekitar 60 persen kebutuhan kedelai masih terpasok dari luar negeri, terutama dari Amerika Serikat.

Pihaknya berharap pemerintah tidak tinggal diam. Dia menyarankan, agar pemerintah bisa segera mengatasi melambungnya harga kedelai, pemerintah seharusnya mengatur tata niaga kedelai.  (mdk/oer)