Wanita Cantik Ini Hijrah & Tinggalkan Pendapatan Rp70 Juta Per Bulan, Kini Buka Bisnis Distribusi Telur Ayam
Bisnis bukan sekadar tentang untung dan rugi. Lebih jauh dari itu, bisnis juga harus memperhatikan hakikat halal dan haramnya.
Popi mengisahkan, setelah bergabung selama 4 tahun di perusahaan asuransi tersebut, dia menjabat sebagai Agent of Director dengan income Rp70 juta per bulannya.
Wanita Cantik Ini Hijrah & Tinggalkan Pendapatan Rp70 Juta Per Bulan, Kini Buka Bisnis Distribusi Telur Ayam
Wanita Cantik Ini Hijrah & Tinggalkan Pendapatan Rp70 Juta Per Bulan, Kini Buka Bisnis Distribusi Telur Ayam
Popi Dian Hartini, owner dari Eggs Hall nampaknya telah sampai pada tahap 'ketenangan' dalam berbisnis. Tentunya, sebelum berada di titik ini, Popi telah melewati banyak rintangan yang menghantamnya secara bertubi-tubi.
Dikutip dari akun Youtube Jaga Lilin, Popi menceritakan bahwa dulunya dia merupakan seorang agen dari sebuah perusahaan asuransi. Kurang dalam waktu satu bulan, Popi berhasil mendapatkan 15 nasabah yang memberinya pendapatan cukup besar dari pekerjaan sebelumnya.
"Saya senang kalau banyak yang nyicil. Karena, dari situ saya bisa dapat refund bunga dari cicilannya. Omzet saya ketika jadi agen asuransi lebih banyak dari 7 tahun omzet saya di perusahaan sebelumnya," kata Popi mengenang masa lalunya.
Popi mengisahkan, setelah bergabung selama 4 tahun di perusahaan asuransi tersebut, dia menjabat sebagai Agent of Director dengan income Rp70 juta per bulannya.Hal ini membuat Popi berhasil mendapatkan banyak keinginan mulai dari membeli rumah seharga Rp1,5 miliar di tahun 2012, hingga memiliki mobil BMW X5.
Wanita asal Kabupaten Kubang itu mengaku berada di level nyaman dengan pencapaian yang dia dapatkan selama perjalanan karirnya di perusahaan asuransi, dibandingkan dengan pekerjaan maupun usaha sebelumnya.
"Sampai 2016 itu sudah jadi level ternyaman bagi saya saat itu. Tapi, memang belum mengerti tentang riba," kata Popi.
Namun, Popi yang telah 8 tahun berkecimpung dalam bisnis riba akhirnya mulai menjemput hidayah lewat berbagai pengajian yang dia datangi. Salah satu kajian yang didatanginya sempat membahas bahwa asuransi sampai saat ini menjadi perdebatan di kalangan ulama terkait halal-haramnya.
"Awalnya saya bingung, kenapa asuransi masih diperdebatkan. Tapi akhirnya saya paham, hal-hal yang masih menjadi perdebatan itu disebut syubhat, yang semestinya ditinggalkan karena lebih cenderung mengarah pada hal-hal yang diharamkan," kata Popi.
Popi akhirnya mencoba untuk mengerjakan salat tahajud, mulai meminta petunjuk pada Sang Pencipta dan memohon petunjuk bila harus meninggalkan karir yang telah membawanya di jenjang kesuksesan.Doa-doa Popi bak diijabah langsung saat itu juga. Hanya selang beberapa waktu, dia mulai mendapatkan petunjuk yang meyakinkan dirinya untuk menanggalkan jabatannya sebagai Agent of Director saat itu.
Salah satu pengalaman yang paling diingat oleh Popi yakni ketika seorang nasabah datang ke kantor pusatnya dalam keadaan yang berapi-api. Nasabah itu mengaku kecewa, karena uang di rekening miliknya tak sebanding dengan apa yang disetorkan.
"Saya nyari uang susah payah. Tapi, uang yang saya setorkan di sini tak terlihat. Bahkan 50 persennya pun tak ada. Kalian (perusahaan asuransi) benar-benar dzolim," ucap nasabah yang diceritakan kembali oleh Popi.
Pernyataan nasabahnya hari itu amat membuat Popi merasa terpukul dan khawatir kelak akan diminta pertanggungjawaban seperti itu. Kejadian ini menjadi titik balik bagi Popi untuk berhijrah sepenuhnya dan meninggalkan pekerjaannya saat itu.
"Saya akhirnya resign. Setelah resign, saya meninggalkan rumah yang saya beli. Harganya saat itu sedang naik hampir dua kali lipat. Mobil BMW-X 5 pun saya tinggalkan, saya memilih untuk mengontrak," kata Popi.
Tak lama setelah memilih berhenti dari pekerjaannya, Pandemi Covid-19 melanda. Karena itu, Popi terinspirasi untuk membuka bisnis distribusi telur ayam. Karena pada saat itu, bantuan sosial sedang gencar-gencarnya digalakkan. Berbekal dari sisa tabungan yang dia miliki, Popi akhirnya memulai bisnis barunya dengan penuh keyakinan.
Popi mendapatkan pesanan sejumlah 1 ton kala itu. Dia bekerja sama dengan peternak kenalan ayahnya yang bersedia mengirimkan 1,8 ton. Sisa 800 Kg didistribusikan Popi ke warung-warung kecil, hingga akhirnya menyentuh target penjualan 1 ton per harinya.
Namun naasnya, bak kata peribahasa "ada bukit di balik pendakian". Popi mengalami titik terendahnya dalam berbisnis pada April 2021.Kala itu dia mengaku barang di gudangnya habis, tapi tak ada lagi uang ditabungannya. Hal ini membuat bisnis Popi terpaksa ditutup selama satu minggu.
Tak ada yang dapat dia lakukan selain berserah kepada Sang Pencipta. Popi mengaku, jangankan membayangkan bisnisnya membaik, untuk makan hari itu pun dia tak tahu harus bagaimana. Kemudian orang tua Popi membantu. Setelah kejadian itu, akhirnya Popi mampu kembali bangkit membangun bisnisnya pada Mei 2021. Lewat kesempatan keduanya, Popi mulai menerapkan sedekah subuh dan rutin disalurkannya setiap hari Jumat bagi orang-orang yang membutuhkan.
"Dari sedekah subuh itu mulai terasa percepatan bisnisnya. Awalnya Rp10 ribu per hari, namun saya naikkan jadi 10 persen dari laba bersih penjualan hari itu. Kalau laba bersih Rp1,5 juta berarti sedekahnya Rp150 ribu," kata Popi. Dalam kesempatan akhir wawancara tersebut, Popi mengingatkan bahwa bisnis bukan sekadar tentang untung dan rugi. Lebih jauh dari itu, bisnis juga harus memperhatikan hakikat halal dan haramnya. Selain itu, Popi juga menambahkan nilai utama seorang pebisnis terletak pada taqwa, tawakal, dan ikhtiarnya.
"Pebisnis itu intinya tiga. Harus taqwa, tawakal, dan ikhtiar. Ikhtiarnya kalau saya, harus menjaga kualitas produk. Selain itu, harus berhasil jaga harga supaya tetap kompetitif," tutup Popi.