Mantan Jenderal Ungkap Kondisi Sebenarnya Tentara Israel di Gaza yang Selama Ini Ditutup-tutupi Media
Seorang pensiunan tentara Israel mengungkap kondisi tentara mereka sedang kacau balau dalam menjalankan misi pertempuran di Jalur Gaza.
Seorang pensiunan tentara Israel mengungkap kondisi tentara mereka sedang kacau balau dalam menjalankan misi pertempuran di Jalur Gaza.
Kekacauan itu disebabkan kurangnya peralatan dan pasokan logistik.
Mantan Mayor Jenderal Itzhak Brik mengatakan sudah menyampaikan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bahwa tentara Israel tidak dalam kondisi langsung siap berperang setelah peristiwa serangan kelompok Hamas pada 7 Oktober lalu.
"Timnya (Netanyahu) tidak mau dia mendengar kondisi yang sebenarnya jadi mereka menjauhkan dia dari saya. Saya sudah katakan tentara tidak siap untuk berperang karena banyak prajurit yang tidak berlatih selama lima tahun dan peralatan pun kurang," ujar Brik kepada harian berbahasa Ibrani Maariv yang diterbitkan kemarin, seperti dikutip laman New Arab, Sabtu (24/2).
Militer Israel melancarkan serangan udara menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober dan diikuti serangan darat tak lama kemudian.
Serangan bombardir Israel ke Jalur Gaza sejauh ini sudah menewaskan hampir 30.000 warga Palestina, kebanyakan perempuan dan anak-anak, merusak ribuan rumah dan bangunan.
"Sejak 7 Oktober, saya mendapat banyak permintaan dari tentara," kata Brik kepada Maariv. "Kekacauan besar kini sedang terjadi di jajaran militer di Gaza dan itu tidak dibahas.
"Peralatan, logistik, makanan dan segala hal yang bisa membuat kita bergerak maju tidak berjalan karena militer banyak melimpahkan tugas itu ke pihak perusahaan swasta," kata mantan jenderal itu.
"Tidak ada yang segera memperbaiki tank yang rusak terbengkalai di Gaza menunggu untuk ditarik mundur," kata dia.
Dia menuturkan media Israel menutup-nutupi ini terutama karena alasan untuk menjaga moral tentara di tengah gencarnya kritikan terhadap pemerintahan Netanyahu.
Israel menuturkan lebih dari 130 tawanan masih disandera di Gaza oleh Hamas, sebagian tewas karena serangan udara Israel.
Brik mengaku dia bertemu dengan Netanyahu enam kali sejak perang dimulai.
"Dia punya banyak orang radikal di pemerintahan koalisinya yang mengancam akan melumpuhkan kabinet jika dia tidak melakukan apa yang mereka mau," kata dia kepada Maariv, "dan bagi dia pemerintahan jauh lebih penting daripada negara ini--inilah masalah utamanya."
Menurut Brik, apa yang dikatakan Netanyahu kepada dirinya berbeda dengan apa yang dia katakan di depan publik soal perang. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir punya pengaruh kuat kepada Netanyahu.
"Dalam pembicaraan terakhir, ketika saya meyakinkan dia untuk mengatakan apa yang akan saya sampaikan, dia bicara dengan bahasa yang berbeda di depan publik.
Itu karena dia terus-menerus diancam oleh Ben-Gvir, jika dia tidak melakukan ini dan itu, maka dia akan membubarkan kabinet, ketakutannya akan pembubaran kabinet lebih besar dari pada masalah keamanan yang harus dia hadapi."
Israel juga diminta menghentikan seluruh operasi militer dan intelijennya di Gaza.
Baca SelengkapnyaIsrael sedang mempersiapkan fase baru perang di Jalur Gaza, Palestina.
Baca SelengkapnyaSekitar 5.000 tentara penjajah Israel dilaporkan terluka selama agresi di Jalur Gaza, Palestina.
Baca SelengkapnyaKondisi kemanusiaan yang buruk di Jalur Gaza akibat agresi Israel juga berdampak kepada para tawanan.
Baca SelengkapnyaIsrael Umumkan Bakal Tarik Mundur Ribuan Pasukan dari Gaza, Ternyata Ini Alasannya
Baca SelengkapnyaMahkamah Internasional diperkirakan akan segera mengeluarkan surat penangkapan untuk Netanyahu.
Baca SelengkapnyaKomandan Israel Perintahkan Pasukannya Bakar Rumah-Rumah Warga Palestina di Gaza
Baca SelengkapnyaSetelah menyatakan Rafah adalah zona aman untuk warga sipil, Israel mengancam akan menyerang daerah tersebut yang kini menampung 1.5 juta warga Palestina.
Baca SelengkapnyaJika kesepakatan tercapai, maka sayap militer Hamas akan dibubarkan.
Baca Selengkapnya