Guruh Soekarno Putra anggap film 'Soekarno' berbahaya
Menurut Guruh Soekarno Putra, film SOEKARNO dapat membahayakan generasi muda lantaran penggambaran yang disajikan melenc
Menurut Guruh Soekarno Putra, film SOEKARNO dapat membahayakan generasi muda lantaran penggambaran yang disajikan melenceng dari sejarah. Karenanya, ia menilai bahwa penayangan film ini harus dihentikan.
Dari kaca mata Guruh, film SOEKARNO berkesan menggambarkan kemerdekaan Indonesia adalah hadiah dari Jepang. Selain itu, penggambaran Bung Sjahrir, yang seolah paling revolusioner dalam penulisan teks proklamasi, juga terkesan berlebihan.
-
Dimana Soekarno diasingkan? Penganan Pelite rupanya juga menjadi kue favorit Bung Karno saat berada dipengasingan di Kota Muntok sekitar tahun 1949.
-
Kapan Presiden Soekarno berorasi di bioskop Garuda Theatre? Dilansir dari kanal Liputan6.com, waktu itu Presiden Soekarno pernah menggunakan gedung bioskop bernama Garuda Theatre sebagai panggung untuknya berorasi di depan khalayak banyak.
-
Bagaimana reaksi Soekarno saat bertemu Kartika? Bung Karno yang mengetahui kedatangan istri dan putrinya, seketika mengulurkan tangan dan seolah-olah ingin mencapai tangan Kartika.
-
Bagaimana cara Soekarno meresmikan Hotel Indonesia? Sukarno menggunting pita sebagai tanda peresmian hotel ini, setelah merencanakan pembangunannya selama 2 tahun.
-
Bagaimana Soekarno mempelajari bahasa Sunda? Inggit didapuk jadi penerjemah Bahasa Sunda masyarakat, dan membantu Soekarno saat kesulitan mengucap Bahasa Sunda.
-
Apa yang dilakukan Presiden Soekarno di Pesanggrahan Kotanopan? Presiden Soekarno kala itu sempat melakukan pidato singkat untuk mempersatukan masyarakat Sumatra yang ingin merdeka.
"Dengan materi itu bila ditayangkan akan mengandung bahaya bagi generasi muda, seperti saat masa orba membuat film Gestapu," papar Guruh di kediamannya, Kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (13/1) malam.
Terlebih lagi, film besutan Hanung Bramantyo ini dibuat untuk mengenalkan sosok SOEKARNO. Tanpa adanya pengawalan dari keluarga, menurutnya film itu menjadi tidak sesuai dengan fakta yang ada.
"Kakak saya Mbak Rachma ini punya ide buat film itu, tapi merasa ditinggal tahu-tahu sudah syuting dan tahu-tahu sudah jadi. Ketika sudah jadi saja banyak yang melenceng dari sejarah dan tidak sesuai dengan fakta," tukasnya.
(kpl/tov/rea/ris)
(mdk/kln)