Penjelasan Polisi soal Hoaks-Hoaks yang Beredar di Media Sosial 22 Mei
Polisi jelaskan berbagai macam hoaks atau kabar bohong yang beredar terkait aksi 22 Mei
Sejumlah kabar bohong atau hoaks sempat berseliweran di media sosial saat terjadi kericuhan pada aksi 22 Mei 2019 lalu. Info-info yang beredar itu sangat meresahkan masyarakat.
Karena itu, Polri mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya informasi yang banyak beredar di media sosial tanpa mengkroscek kembali kebenarannya. Berikut ini beberapa hoaks yang berseliweran seputar 22 Mei dan penjelasan polisi:
-
Siapa yang ditangkap polisi? "Kami telah mengidentifikasi beberapa pelaku, dan saat ini kami baru menangkap satu orang, sementara yang lainnya masih dalam pengejaran," ujar Kusworo.
-
Bagaimana polisi tersebut disekap? Saat aksi percobaan pembunuhan itu dilakukan, korban memberontak sehingga pisau badik yang dipegang pelaku N mengenai jari korban dan mengeluarkan darah. "Selanjutnya tersangka N melakban kedua kaki agar korban tidak berontak.
-
Kapan polisi cepek mulai muncul? Awal mula adanya Polisi Cepek Ditelusuri hingga era 1980-an dan 1990-an di Indonesia.
-
Apa itu polisi cepek? Istilah ‘cepek’ sendiri merujuk pada pecahan uang senilai Rp100. Fenomena ini menjadi lebih menonjol melalui popularitas Pak Ogah, seorang tokoh fiktif dalam serial televisi Si Unyil yang tayang pada periode tersebut. Pak Ogah menjadi ikon yang mengatur lalu lintas dan meminta bayaran sejumlah cepek dari pengendara.
-
Kenapa pangkat polisi penting? Selain itu pangkat juga merupakan syarat mutlak yang perlu dimiliki oleh anggota Polri jika hendak mendapatkan amanat untuk mengemban jabatan tertentu.
-
Apa yang dimaksud dengan pangkat polisi? Mengutip dari laman polisi.com, tanda kepangkatan Polri adalah daftar tanda pangkat yang dipakai oleh Kepolisian Negara Indonesia.
Tidak Pernah Perintahkan Tembak Massa
Banyak kabar yang mengatakan bahwa pihak kepolisian sengaja menembak massa selama aksi 21 dan 22 Mei lalu. Hal itu dengan tegas dibantah oleh pihak kepolisian.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menegaskan pihaknya tidak pernah memerintahkan kepada jajarannya untuk menembak di tempat terhadap masyarakat pelaku kerusuhan. Kabar yang beredar soal perintah penembakan adalah hoaks.
"Tak pernah ada (perintah) tembak di tempat. Kami punya SOP (standar operasional prosedur), tahapannya dari soft ke hard. Anggota (Polri) memahami SOP itu," kata Kapolri Tito.
Kabar Pakai Peluru Tajam
Polri membantah telah menggunakan peluru tajam dalam penanganan aksi massa 22 Mei lalu. Kabar yang beredar soal penggunaan tajam dalam pembubaran massa adalah tidak benar alias hoaks.
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo, polisi dalam melakukan pengamanan aksi 22 Mei 2019 hanya dibekali tameng, gas air mata, dan water cannon.
Kabar Brimob Warga Negara Asing (WNA)
Sempat beredar kabar seorang anggota Brimob yang bermata sipit. Warga net menduga ia adalah WNA China. Kabar ini langsung dibantah pihak kepolisian.
"Bahwa (personel) negeri seberang yang sipit-sipit tidak ada. Semuanya murni personel Brimob WNI," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal M Iqbal.
Belakangan diketahui anggota Brimob itu bernama Andre K. Iroth asli Manado, Sulawesi Utara. Ia adalah satu dari banyaknya anggota yang dikirim menjaga Jakarta.
Identitas Andre K. Iroth pun dikonfirmasi anggota brimob lain seperti Rocca Baraya melalui akun @Roccabarayaa. "Ini junior saya. Dia asli tanah Manado. Salah satu kota di Indonesia yang di kenal pencetak penerus generasi bangsa berfisik rupawan," tulis @Roccabarayaa.