Bahayanya Narasi Omicron "Lebih Ringan" dari Delta
Secara global, Omicron menjadi kabar baik atau buruk paling membuat frustrasi saat ini. Saat kita mempelajari varian baru virus corona ini, informasi dan risiko dari Omicron terus berubah.
Secara global, Omicron menjadi kabar baik atau buruk paling membuat frustrasi saat ini. Saat kita mempelajari varian baru virus corona ini, informasi dan risiko dari Omicron terus berubah.
Pertama, kabar baiknya adalah: Sebuah penelitian Imperial College London, mendukung apa yang ilmuwan Afrika Selatan sampaikan saat terdeteksinya Omicron untuk pertama kali pada November lalu, bahwa kemungkinan angka rawat inap karena Omicron jauh lebih kecil daripada infeksi yang disebabkan varian Delta.
-
Di bagian mana dari otak mikroplastik ditemukan? Dilansir Smithsonian, Rabu (18/9), ilmuwan telah menemukan polutan kecil di jaringan otak, khususnya bulbus olfaktorius yang terletak di atas hidung.
-
Apa yang dimaksud dengan 'otak mini' yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan? "Untuk pertama kalinya di dunia, para ilmuwan telah berhasil mengembangkan organoid otak manusia yang disebut “otak mini”. Terbuat dari jaringan janin manusia. Organoid ini hanya seukuran sebutir beras, namun berpotensi menawarkan cara baru dalam mempelajari perkembangan otak dan penyakit.
-
Bagaimana kondisi mikrogravitasi memengaruhi otot astronot? Pada lingkungan tanpa bobot seperti di luar angkasa, otot mendapatkan rangsangan yang terlalu sedikit dan mulai melemah serta memburuk dengan cepat.
-
Dimana Mikroskop umumnya disimpan? Mikroskop harus disimpan di tempat yang sejuk, kering, bebas debu, uap asam-basa.
-
Dimana 'otak mini' ini diujicoba untuk mempelajari kerusakan pada sistem saraf? Organoid otak yang dimulai dari sel induk manusia sebelumnya telah terbukti merespons rangsangan visual; digunakan untuk memperbaiki jaringan otak tikus yang cedera; dan telah terinfeksi COVID-19 untuk mempelajari kerusakan yang dapat ditimbulkannya pada sistem saraf.
-
Siapa yang menemukan mikroplastik di jaringan otak? Dilansir Smithsonian, Rabu (18/9), ilmuwan telah menemukan polutan kecil di jaringan otak, khususnya bulbus olfaktorius yang terletak di atas hidung.
Penelitian ini melibatkan 325.000 orang yang positif Covid melalui tes PCR di Inggris antara 1 dan 14 Desember - 56.000 kasus Omicron dan 269.000 kasus Delta. Ditemukan bahwa risiko perlunya perawatan rumah sakit turun 20-25 persen pada Omicron dibandingkan Delta, tapi perlunya rawat inap turun 40-45 persen.
Bagi peserta penelitian yang belum divaksinasi atau belum pernah terinfeksi Covid, risiko rawat inap sekitar 11 persen lebih kecil untuk Omicron versus Delta.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dua dosis vaksin tidak cukup memberikan tingkat perlindungan serius dan suntikan booster adalah jalan paling aman dan terbaik untuk melindungi dari penyakit parah karena Omicron dan Delta.
Ditemukan juga bahwa pernah terinfeksi Covid mengurangi risiko rawat inap karena Omicron sampai sekitar setengahnya.
Dikutip dari Al Jazeera, Selasa (28/12), Profesor Neil Ferguson yang memimpin penelitian ini mengatakan, itu merupakan kabar baik tapi tetap memperingatkan banyaknya infeksi karena Omicron yang mengarah ke lebih banyak rawat inap di rumah sakit dalam jangka panjang.
Penelitian lain dari Afrika Selatan juga menyatakan Omicron menghasilkan lebih sedikit rawat inap. Penelitian yang dipimpin National Institute for Communicable Diseases (NICD), mengikuti lebih dari 160.000 orang yang dites positif Covid-19 antara 1 Oktober dan 6 Desember, dan menemukan mereka yang terinfeksi Omicron 80 persen lebih kecil kemungkinannya untuk berakhir di rumah sakit jika dibandingkan dengan varian lainnya.
Sementara itu, penelitian Edinburgh menggunakan data pemantauan nasional untuk membandingkan infeksi Omicron dan Delta dari 23 November - ketika Omicron pertama kali terdeteksi - sampai 19 Desember. Penelitian ini hanya melibatkan sejumlah kecil kasus, menemukan 65 persen lebih kecil risiko rawat inap ketika dibandingkan dnegan Delta. Jim McMenamin, Direktur Insiden Covid Nasional Kesehatan Masyarakat Skotlandia menyebut temuan ini "berita baik yang memenuhi syarat".
Kabar buruk
Sekarang kabar buruknya: Kasus-kasus Omicron melonjak di seluruh dunia, jauh lebih cepat dari yang diperkirakan sejak awal. AS dan Inggris melaporkan rekor kasus per hari.
Walaupun tingkat keparahan dan risiko rawat inap 40-50 persen lebih kecil, jika ada tiga kali lebih banyak kasus, itu akan menghasilkan lebih banyak rawat inap dan kematian daripada apa yang kita lihat di Delta.
Tapi ini bukan hanya soal rawat inap dan kematian. Ketika orang dites positif Covid, mereka harus melakukan isolasi. Karena Omicron sangat menular, angka kasus positif naik tajam, menyebabkan semakin banyak orang tidak bekerja. Ini dapat berdampak pada pelayanan garda depan: transportasi, pasukan kepolisian, pemadam kebakaran, dan tenaga kesehatan.
Jika hal ini mulai terjadi, layanan-layanan vital ini menjadi macet, dan berbagai pembatalan mulai terjadi. Mungkin kita bisa menerima kereta api dibatalkan, tapi ketika prosedur rumah sakit harus dibatalkan karena kekurangan staf, nyawa akan menjadi taruhannya.
Banyak sistem kesehatan di seluruh dunia baru mulai memperlonggar prosedurnya karena pandemi fase sebelumnya ketika paramedis sebagian besar fokus menangani pasien Covid. Sekarang kita mulai mendengar orang-orang harus menunggu ambulans berjam-jam karena keterbatasan kru, pengobatan kanker terancam mengalami penundaan panjang, dan operasi bedah berisiko mengalami pembatalan. Omicron bisa jadi lebih ringan, tapi sama-sama memiliki ancaman mematikan terhadap sistem kesehatan dari varian sebelumnya.
Bahaya lainnya adalah jika masyarakat tetap berpegang pada narasi "lebih ringan", ada risiko bahwa beberapa orang mungkin merasa puas tes Covid teratur, pemakaian masker, dan ventilasi udara dalam ruangan. Bahkan dapat menyebabkan lebih sedikit orang yang mau melakukan vaksin booster. Hal ini kemudian akan mengakibatkan kasus lebih lanjut dan akhirnya peningkatan rawat inap dan kematian.
Pemerintah di seluruh dunia menanggapi secara berbeda penyebaran Omicron. Ada yang sangat ketat seperti Belanda yang melakukan lockdown, sementara sejumlah mereka masih cukup longgar.
Sejarah menunjukkan pada kita, lebih cepat kita bertindak lebih baik hasilnya ketika kita melakukan pembatasan.
Mengandalkan narasi "lebih ringan" mungkin akan kembali menghantui beberapa pemimpin dunia kita yang kemungkinan besar menutup mata dan berharap agar lonjakan kasus tidak akan berakhir pada tingkatnya angka rawat inap.