Bocoran Kabel Intelijen Ungkap Pengaruh Kuat Iran dalam Pemerintahan Irak
Bocoran 700 halaman dokumen intelijen yang dilaporkan New York Times mengungkapkan bagaimana Iran berusaha menancapkan pengaruhnya dalam pemerintahan Irak.
Pada pertengahan Oktober, di tengah pergolakan unjuk rasa di Baghdad, seorang pendatang menyelinap diam-diam ke ibu kota Irak itu. Kota itu terkepung selama beberapa pekan, saat pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan, menuntut pemberantasan korupsi dan menyerukan Perdana Menteri, Adil Abdul Mahdi mengundurkan diri. Secara khusus, mereka mengecam pengaruh kuat negara tetangga Iran dalam perpolitikan Irak, membakar bendera Iran dan menyerang Konsulat Iran.
Pendatang itu berada di sana atas perintah pemulihan situasi, namun kedatangannya menjadi sorotan terbesar pengunjuk rasa: dia adalah Mayor Jenderal Qassim Suleimani, Kepala Pasukan Quds Iran, dan kedatangannya untuk membujuk sekutunya di Parlemen Irak untuk membantu PM Mahdi tetap berkuasa.
-
Apa saja yang dilakukan Intel di Israel? Intel pertama kali beroperasi di Israel pada tahun 1974, dan menjadikan negara tersebut sebagai pusat pengembangan dan manufaktur Intel Corporation. Dalam hal ini, Intel juga menjadikan negara Israel sebagai pusat pengembangan dan produksi teknologi digital dan platform komputasi yang terintegrasi dan terhubung.
-
Mengapa pemerintah Iran memeriksa bandara? Dilansir Middle East Eye, Sabtu (3/8), menurut sejumlah sumber yang mengetahui penyelidikan dan berbicara kepada the New York Times, aparat keamanan juga memeriksa bandara internasional dan domestik Teheran dengan mengamati rekaman kamera ruang kedatangan dan keberangkatan serta memeriksa daftar penerbangan.
-
Bagaimana Israel melancarkan serangan ke Irak? Delapan pesawat tempur F-16 yang masing-masing membawa bom seberat nyaris satu ton. Ditambah enam pesawat tempur F-15 yang bertugas memberikan perlindungan udara bagi pesawat F-16 tersebut. Misi mereka menghancurkan fasilitas nuklir Irak yang disebut Osirak di kompleks El Tuwaitha, tak jauh dari Baghdad.
-
Siapa yang terpilih menjadi presiden Iran kesembilan? Kandidat presiden dari kalangan reformis Iran, Masoud Pezeskhian terpilih sebagai presiden Iran kesembilan pada Sabtu (6/7). Dia mengalahkan kandidat dari kelompok konservatif, Saeed Jalili, seperti dilaporkan kantor berita Tasnim.
-
Bagaimana kerja sama intelijen Kopkamtib, Mossad, dan MI-6 berlangsung? Menurut Soemitro, kerja sama intelijen antara Kopkamtib, Mossad dan MI-6 berjalan dengan baik.
-
Bagaimana cara intel mencari informasi sekarang? Teknologi yang semakin maju membuat para intel lebih sering menggali informasi di media sosial.
Itu bukan pertama kali Jenderal Suleimani diutus ke Baghdad untuk melakukan kontrol. Upaya Teheran untuk menopang Mahdi adalah bagian dari kampanye panjang untuk mengokohkan Irak sebagai negara sekutu yang lunak.
Saat ini sejumlah bocoran dokumen Iran menunjukkan gambaran detail bagaimana Iran secara agresif berupaya mengukuhkan pengaruhnya di Irak, dan peran khusus dari Jenderal Suleimani. Dokumen itu berisi arsip kabel rahasia intelijen diperoleh The Intercept dan dibagikan kepada The New York Times untuk tulisan ini, yang telah dipublikasikan secara serentak oleh organisasi berita tersebut. Demikian dilansir dari New York Times, Selasa (19/11).
Cara Kerja Intelijen Seperti di Film
Bocoran tersebut mengungkap pengaruh besar Iran di Irak, merinci tahun-tahun kerja keras mata-mata Iran untuk mengkooptasi para pemimpin negara tersebut, membayar agen intelijen Irak yang bekerja untuk Amerika untuk berpindah pihak dan menyusup ke setiap aspek kehidupan politik, ekonomi dan agama Irak.
Sejumlah kabel intelijen menjelaskan bagaimana cara kerja agen intelijen sebagaimana sering terlihat dalam film-film spionase. Pertemuan berlangsung di lorong-lorong gelap dan pusat perbelanjaan atau dalam sebuah pesta ulang tahun.
Informan mengintai di bandara Baghdad, memotret tentara Amerika dan mengawasi penerbangan militer koalisi. Agen intelijen berkendara melewati jalur yang berkelok-kelok untuk menghindari pengawasan.
Sumber-sumber intelijen dihujani hadiah kacang pistachio, minyak wangi, dan safron. Pejabat Irak, jika diperlukan, akan disogok. Laporan itu juga berisi laporan pengeluaran dari pejabat Kementerian Intelijen di Irak, termasuk menghabiskan 87,5 Euro untuk hadiah komandan Kurdi.
Berdasarkan salah satu kabel intelijen yang bocor, Mahdi, yang saat berada di pengasingan pernah bekerja dengan Saddam Hussein saat masih berkuasa, disebut memiliki "hubungan khusus dengan I.R.I" - Republik Islam Iran, saat dia menjabat Menteri Minyak pada 2014. Hubungan tersebut tak disebutkan secara rinci, dan, sebagaimana salah satu mantan pejabat senior AS memperingatkan, bahwa sebuah hubungan khusus bisa berarti banyak hal, bukan berarti dia agen intel pemerintah Iran. Tapi tak ada politikus Irak yang bisa menjadi PM tanpa persetujuan Iran, dan Mahdi, ketika menjadi PM pada 2018, dipandang sebagai kandidat yang dapat diterima baik oleh Iran maupun Amerika Serikat.
Perkuat Pejabat Irak
Selain itu, dalam bocoran dokumen itu juga menunjukkan bagaimana Iran, di hampir setiap kesempatan, mengalahkan Amerika Serikat dalam perebutan pengaruh di Irak.
Arsip itu terdiri dari ratusan laporan dan kabel intelijen tertulis utamanya pada 2014 dan 2015 oleh pejabat Kementerian Intelijen dan Keamanan Iran atau MOIS, yang bertugas di Irak. Kementerian Intelijen, atau CIA versi Iran, memiliki reputasi sebagai agen profesional dan analitis, tapi dibayangi dan kerap dikesampingkan oleh timpalannya yang lebih ideologis, Organisasi Intelijen Korps Garda Revolusi Islam Iran, yang dibentuk sebagai lembaga independen pada 2009 oleh pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei.
Di Irak, Lebanon, dan Suriah, dimana Iran dianggap penting karena keberadaan Garda Revolusi, dan secara khusus Pasukan Quds yang dipimpin Jenderal Suleimani, menentukan kebijakan Iran. Duta besar negara-negara tersebut ditunjuk dari kalangan Garda Revolusi, bukan Kementerian Luar Negeri, yang mengawasi Kementerian Intelijen, menurut beberapa penasehat dan mantan penasehat pemerintahan Iran.
Sumber-sumber ini mengatakan pejabat dari Kementerian Intelijen dan Garda Revolusi bekerja paralel satu sama lain. Mereka melaporkan temuannya ke markas masing-masing di Teheran, yang kemudian mengelolanya menjadi laporan untuk Dewan Tertinggi Keamanan Nasional.
Tugas utama mereka adalah memperkuat pejabat Irak. Dokumen itu membocorkan banyak politikus Irak, militer, dan pejabat keamanan memiliki hubungan rahasia dengan Teheran. Penasihat dan analis politik Irak untuk pemerintah Iran, Gheis Ghoreishi, membenarkan bahwa Iran fokus untuk memperkuat pejabat tingkat tinggi di Irak.
"Kami memiliki sejumlah sekutu baik di antara pemimpin Irak yang kami bisa percayai dengan mata tertutup," ujarnya.
Diminta tanggapan atas berita ini, Juru Bicara Iran untuk misi PBB, Alireza Miryusefi, mengatakan tengah tak berada di tempat sampai akhir bulan ini. Duta Besar Iran untuk PBB, Majid Takht-Ravanchi, tak menanggapi permintaan tertulis yang dikirimkan ke rumah dinasnya. Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif juga tak menanggapi permintaan konfirmasi.
Saat dihubungi via telepon, Duta Besar Iran untuk Irak dari 2010-2017, Hassan Danaiefar, menolak membahas secara langsung kebocoran kabel intelijen, namun dia mengatakan Iran lebih unggul dalam pengumpulan informasi di Irak.
"Iya, kami memiliki banyak informasi dari Irak dalam sejumlah isu, khususnya tentang apa yang Amerika lakukan di sana. Ada kesenjangan besar antara realitas dan persepsi aksi AS di Irak. Saya punya banyak cerita untuk disampaikan," jelasnya. Danaiefar menolak menjelaskan lebih lanjut.
Dokumen 700 Halaman
Sekitar 700 halaman bocoran dokumen itu dikirim tanpa nama ke The Intercept, yang kemudian diterjemahkan dari Bahasa Persia ke Bahasa Inggris dan dibagikan ke New York Times. The Intercept dan The Times memverifikasi dokumen tersebut tapi tak diketahui siapa yang membocorkannya.
The Intercept berkomunikasi melalui jaringan enkripsi dengan sumber tersebut, namun yang bersangkutan menolak bertemu dengan seorang reporter. Dalam pesan tanpa nama ini, sumber tersebut mengatakan mereka ingin "dunia tahu apa yang Iran lakukan di negara saya Irak."
Sebagaimana komunikasi internal dari aksi mata-mata, beberapa laporan berisi laporan intelijen mentah yang akurasinya dipertanyakan, sementara yang lainnya tampak merepresentasikan pandangan pejabat intelijen dan sumber-sumber dengan agenda tersendiri.
Beberapa laporan berisi hal-hal lucu seperti salah satunya menggambarkan mata-mata Iran membobol Institut Budaya Jerman di Irak hanya untuk menemukan kode yang salah. Ada juga mata-mata yang digertak pimpinannya di Teheran karena malas.
Tetapi pada umumnya, para agen intelijen yang digambarkan dalam dokumen-dokumen itu tampak sabar, profesional, dan pragmatis.
Tugas utama mereka adalah menjaga Irak jangan sampai hancur; memperbanyak militan Sunni di perbatasan Iran; turun ke perang sektarian yang menjadikan Muslim Syiah menjadi target kekerasan; dan melawan pasukan Kurdistan yang akan mengancam stabilitas regional dan integritas teritorial Iran. Garda Revolusi dan Jenderal Suleimani juga bertugas memberantas ISIS, namun dengan fokus yang lebih besar untuk meningkatkan peran Irak sebagai negara sekutu Iran dan memastikan faksi politik yang setia ke Iran tetap berkuasa.