Catatan Sejarah Wabah & Perang Berdampak Pada Ibadah Umat Islam di Seluruh Dunia
Pandemi corona telah berdampak pada aktivitas ibadah uma Muslim di seluruh dunia. Salat Jumat dan ibadah umrah ditangguhkan, masjid-masjid ditutup untuk kegiatan salat berjemaah lima waktu maupun salat tarawih di bulan suci ini. Dalam catatan sejarah, bukan kali ini saja hal itu terjadi.
Pandemi virus corona telah memaksa perubahan drastis di seluruh dunia - banyak orang menjadi pengangguran, rencana perjalanan dibatalkan dan tempat-tempat publik kosong karena banyak orang bekerja dari rumah, mempraktikkan jaga jarak sosial dan mengisolasi diri.
Karena sebagian besar negara memberlakukan pembatasan pergerakan untuk mencegah penyebaran virus corona ini, pada satu titik diperkirakan 3 miliar orang dikurung (lockdown).
-
Apa yang dimaksud dengan bulan Ramadan? Ramadan adalah bulan suci dalam kalender Islam yang paling ditungg-tunggu oleh umat muslim seluruh dunia. Ramadan adalah waktu refleksi, pertumbuhan spiritual, dan kedisiplinan diri.
-
Apa yang dimaksud dengan ucapan menyambut Ramadhan? Kata-kata ucapan menyambut Ramadhan 2024 dapat menjadi perekat silaturahmi, sekaligus disisipi doa-doa baik untuk Ramadhan esok.
-
Apa yang sedang tren di bulan Ramadhan? Pantun adalah bentuk puisi lama yang sangat populer. Dalam rangka datangnya bulan suci Ramadhan, pantun adalah salah cara untuk menyambut bulan puasa tersebut.
-
Apa masalah pencernaan yang rentan terjadi saat puasa Ramadan? Masalah pencernaan seperti diare atau sembelit rentan terjadi pada saat bulan Ramadan.
-
Mengapa bulan Ramadan penting? Sebab, amalan dan ibadah yang dilakukan di bulan suci akan dilipatgandakan.
-
Apa yang dimaksud dengan niat puasa Ramadan? Niat doa puasa adalah salah satu bagian dari puasa yang sangat penting untuk kita lakukan.
Kelompok agama telah menyesuaikan diri dengan realitas baru, termasuk Muslim.
Pandemi virus corona membuat populasi Muslim dunia - sekitar 2 miliar orang - menjalankan bulan suci Ramadan dengan cara-cara baru, menahan diri tidak melakukan buka bersama, tak ada salat berjemaah dan bahkan menyalurkan zakat secara jarak jauh.
Di sebagian besar negara mayoritas Muslim, masjid telah ditutup dan salat Jumat ditangguhkan. Umrah juga ditangguhkan untuk batas waktu yang tak ditentukan.
Arab Saudi mengumumkan pada Selasa, salat tarawih di Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah, akan berlangsung, tetapi tanpa kehadiran jemaah melainkan hanya pengurus masjid.
Namun keadaan seperti ini bukan tahun ini saja dialami umat Muslim di seluruh dunia. Dalam catatan sejarah, agenda keagamaan umat Islam pernah ditangguhkan karena wabah atau perang.
"Penutupan masjid atau membatalkan pertemuan massal ... telah terjadi berkali-kali karena alasan yang berbeda," jelas Mutaz Al-Khatib, asisten profesor di Pusat Penelitian untuk Legislasi dan Etika Islam Universitas Hamad Bin Khalifa di Doha, Qatar, kepada Aljazeera, dikutip Jumat (24/4).
Khatib mengatakan, perang, bencana alam seperti banjir, dan epidemi sebelumnya menjadi penyebab penangguhan berbagai agenda keagamaan.
Berikut adalah beberapa contoh sepanjang sejarah ketika umat Islam mengubah tradisi di tengah keadaan kritis.
Penyerbuan Qurmatian, 930
Ibadah haji dibatalkan setelah pemimpin suku Qurmatian, berbasis di Arab timur (saat ini wilayah Bahrain), menyerang Mekkah.
Puluhan ribu orang, atau menurut beberapa data, sebanyak 30.000 orang terbunuh.
"Penyerbuan Qurmatian merupakan sebuah insiden besar, itu adalah kejadian penting dalam sejarah Islam," jelas cendekiawan Islam dan imam di Islamic Center Irlandia, Dublin, kepada Aljazeera.
"Abu Tahir al-Jannabi, yang memimpin penyerbuan, tak hanya menyerang Mekkah dan penundaan ibadah, tapi dia juga tak menghormati simbol suci Islam," tambahnya.
Hajar Aswad, yang diletakkan di sudut Ka'bah, dijarah dan potongan-potongannya dicuri.
Kelompok itu juga menodai Sumur Zamzam yang suci, yang dekat dengan Ka'bah, melemparkan mayat peziarah yang terbunuh ke dalamnya.
Setelah serangan itu, ibadah haji ditunda. Hajar Aswad akhirnya dikembalikan ke Makkah sekitar 20 tahun kemudian.
Wabah Kolera, Abad 19
Wabah kolera yang menghancurkan beberapa kali sepanjang abad ke-19 menyebabkan penangguhan ibadah haji, termasuk haji pada tahun 1837 dan 1846.
Setelah penyakit itu kembali pada 1865 di Hijaz, sebuah wilayah di Arab Saudi yang mencakup Makkah, sebuah konferensi internasional diadakan di Konstantinopel, Istanbul saat ini.
Diputuskan pembangunan pelabuhan karantina di tempat-tempat seperti Sinai dan Hijaz untuk membantu membatasi penyebaran penyakit, di saat para peziarah mulai merencanakan ibadah haji.
Antara 1830 dan 1930, setidaknya ada 27 wabah kolera di antara jemaah haji di Makkah.
Perebutan Masjidil Haram, 1979
Sebuah kelompok bersenjata Saudi yang terdiri dari 400 hingga 500 orang merebut Masjidil Haram antara November dan Desember 1979, memaksa penutupan masjid setidaknya selama dua pekan.
Pengambilalihan tersebut dipimpin seorang mantan tentara Saudi, Juhaiman bin Muhammad ibn Sayf al-Otaybi, yang mengkritik keluarga kerajaan yang berkuasa, dan menyerukan agar kembali ke ajaran Islam murni, sesuai yang diyakininya.
Pengepungan akhirnya berakhir setelah pasukan Saudi merebut kembali masjid, dibantu oleh unit polisi taktis Prancis.
Wabah Ebola, 2014
Ketika wabah Ebola memuncak pada awal 2010-an, negara-negara di seluruh dunia mengambil langkah-langkah untuk menangguhkan penerbitan visa untuk beberapa negara Afrika barat, pusat virus.
Pada 2014, Arab Saudi untuk sementara berhenti mengeluarkan visa umrah dan haji untuk warga Guinea, Liberia dan Sierra Leone.
Perang Suriah, 2016
Pada 29 April, salat Jumat dibatalkan di kota Aleppo, Suriah, setelah serangkaian serangan udara yang dipimpin pemerintah menyebabkan masjid-masjid hancur.
Dewan agama meminta warga Aleppo untuk menjauh dari masjid, pertama kali langkah seperti itu diambil di kota bersejarah itu.
"Untuk pertama kalinya di kota tertua di dunia, kota Islam Aleppo, dewan agama telah memutuskan untuk membatalkan salat Jumat karena perang brutal terhadap kehidupan manusia," kata sebuah pernyataan bersama.
"Ini untuk menyelamatkan orang-orang yang telah menjadi target rezim (pemerintah) dan menyelamatkan orang lain dalam pembantaian ini."