Di Mariupol yang Terkepung, Anak-Anak Korban Perang Dibayangi Kematian
Gempuran di Mariupol, Ukraina, terus berkobar. Angka terbaru dari dewan kota menunjukkan setidaknya 5.000 orang tewas selama pengepungan Rusia atas kota itu, 210 di antaranya adalah anak-anak.
Di basement gelap sebuah gedung yang hancur dihantam bom dekat stasiun kereta api Mariupol, empat saudara yang terluka sedang menunggu upaya penyelamatan, di bawah gempuran pasukan Rusia.
Terparah adalah Anya (11). Pecahan akibat ledakan yang terjadi di dekat mereka sepekan lalu saat mereka sedang memasak mengenai bagian arteri femoralisnya, yang membuatnya mengalami pendarahan hebat.
-
Apa yang terjadi pada Bule Rusia tersebut? Bule tersebut, saat diamankan di Kantor Satpol PP Kota Denpasar, Bali, sempat membuka pakaian dan celananya hingga telanjang dan sempat memanjat pintu sel. "Mungkin dia depresi. Iya (Telanjang) saat baru di ruangan karena depresi ngamuk-ngamuk buka baju itu mungkin, di ruangan binaannya," kata Kepala Satpol PP Kota Denpasar, AA Ngurah Bawa Nendra saat dikonfirmasi, Kamis (31/8).
-
Bagaimana Bule Rusia tersebut diamankan? Bule tersebut, diketahui linglung di Lapangan Puputan, Badung, Kota Denpasar, pada Rabu (30/8) kemarin sekitar pukul 20:39 WITA.
-
Di mana para ilmuwan Rusia menanam semangka di Antartika? Prestasi pertanian ini adalah bagian dari percobaan di Stasiun Vostok.
-
Kapan para ilmuwan Rusia menanam semangka di Antartika? Tepat 103 hari setelah benih ditanam, para peneliti disambut dengan delapan buah semangka yang tumbuh.
-
Bagaimana strategi yang akan diterapkan Ukraina untuk menghadapi Belgia? Tentu saja untuk meraih hasil maksimal, anak asuh Serhiy Rebrov harus tampil disiplin dan menghindari dominasi dari Belgia.
-
Kenapa Bule Rusia tersebut diamankan? Seorang perempuan warga Negara Asing (WNA) asal Rusia bernama Xenia (25) diamankan oleh Satpol PP Kota Denpasar, diduga depresi dan mengalami gangguan jiwa.
Dia diselamatkan menggunakan Tourniquet (pengikat berbentuk pita atau tali elastis yang umum digunakan untuk menghentikan perdarahan luar yang cukup hebat) dan bubuk pembeku darah setelah sekelompok pria yang nekat melawan gempuran pasukan Rusia membawa anak itu ke tempat perlindungan.
Kakak laki-laki tertua Anya, Valeriy (16), mengalami patah tulang rusuk, luka dan memar, sementara Elena (13) mengalami luka di pahanya. Pecahan peluru menghantam Vladislav (9) di bahu, merobek ototnya.
Mereka berbaring di kasur kotor yang berserakan di lantai beton basement bersama sekitar 150 orang lainnya. Satu-satunya cahaya berasal lampu teplok dan strip lampu LED yang ditenagai oleh baterai mobil.
Ada sedikit makanan. Air diambil bila memungkinkan dari sumur dangkal yang kotor. Tapi gempuran dari darat, laut dan udara tidak mengganggu anak-anak lagi – mereka hanya menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya, kata Valentyna Masharenkova (32) yang menyelamatkan Anya dan merawat luka anak-anak itu sampai beberapa hari yang lalu.
Hari ini, Valentyna berada di tempat yang relatif aman di kota Lviv, Ukraina barat. Dia dan tiga anaknya, Evelyn (8), Maria (3), dan Mykhailo (1) melarikan diri empat hari lalu dari basement yang dia tinggali bersama Anya, Valeriy, Elena, Vladislav, dan orang tua mereka.
Dia memohon pada sopir bus, yang tiba pada 24 Maret pagi, untuk memberikan tumpangan juga untuk empat anak yang terluka itu. Tapi sopir itu menolak. Dia telah punya daftar orang untuk diselamatkan dan empat anak malang itu tidak terdaftar.
Terjadi perkelahian ketika beberapa orang mencoba memaksa masuk ke dalam kendaraan, tetapi sopir itu menahan mereka.
Ketika minibus 15 kursi yang mengangkut 28 orang itu melewati pos pemeriksaan Rusia jauh dari pantai, seorang tentara bertanya kepada kelompok itu dari mana mereka berasal.
"Kami bilang dari Mariupol," kenang Valentyna, dikutip dari The Guardian, Rabu (30/3).
"Yah, baik – kota hantu," jawab prajurit itu, melambaikan tangan pada mereka.
Merawat anak-anak yang terluka
Valentyna dan anak-anaknya mengalami kengerian yang tak terbayangkan. Sedangkan Denin, suaminya, bertempur Donetsk, utara Mariupol.
Dia menyaksikan ketika orang tua salah satu teman sekelas Anya dihantam gempuran Rusia hanya beberapa meter dari tempatnya berada.
Halaman di dekat rumah keluarganya diubah menjadi kuburan darurat.
Serangan langsung pada 8 Maret menewaskan perempuan berusia 45 tahun di sebelah tempat tidurnya. Ledakan itu menutupi Valentyna dan anak-anaknya dengan plester dan kaca.
Saat itulah dia memindahkan keluarganya ke tempat penampungan bawah tanah terdekat dan berperan sebagai perawat bagi yang terluka dan sakit, termasuk seorang anak berusia 2,5 tahun dengan cerebral palsy.
Dia memiliki beberapa obat penghilang rasa sakit dan salep untuk diberikan kepada para korban. Ketika kantor kejaksaan setempat diserang, dia mengambil tanaman lidah buaya dalam pot yang daunnya dia gunakan untuk meredakan luka bakar.
Mariupol sudah tak ada lagi
Gempuran di Mariupol terus berkobar. Angka terbaru dari dewan kota menunjukkan setidaknya 5.000 orang tewas selama pengepungan Rusia atas kota itu, 210 di antaranya adalah anak-anak.
Sekitar 290.000 penduduk kota telah melarikan diri. Lebih dari 170.000 orang masih menetap di kota itu kendati 90 persen blok apartemen telah diratakan.
"Mariupol sudah tidak ada lagi," kata Valentyna.
Dia khawatir luka dari empat anak bersaudara itu akan bernanah tanpa perawatannya, dan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan mereka.
Beberapa organisasi menawarkan misi penyelamatan dengan biaya 10.000 euro, tetapi dia tidak punya uang. Alih-alih, banyak yang diarahkan pada orang-orang seperti Iryna Prudkova (50), seorang pembuat film dokumenter, yang mengoordinasikan sekelompok sukarelawan di lapangan.
"Kami meminta orang-orang sukarelawan kami untuk menjemput mereka, tetapi mereka bahkan tidak bisa berjalan ke ruang bawah tanah ini karena pertempuran," ujar Prudkova.
Sambil menunggu kabar, Valentyna mencoba membangun semangatnya kembali. Dia mengkhawatirkan putrinya yang berusia delapan tahun, Evelyn.
"Dia ketakutan sepanjang waktu dan dia menangis dan berteriak pesawat akan datang untuk mengebom kita. Saya menenangkannya, mengatakan di sini aman, tidak ada pesawat di sini," ujarnya.
"Tapi itu tak kunjung hilang."
(mdk/pan)