Digadang sebagai penengah, ini peran Indonesia di Laut China Selatan
Para pejabat senior sudah tiga kali bertemu membahas konflik Laut China Selatan.
Konflik Laut China Selatan yang memanas setelah kehadiran kapal perang Amerika Serikat dua hari lalu, memicu geramnya Beijing. Indonesia yang digadang sebagai penengah konflik disarankan untuk jangan menilai hanya dari satu isu saja.
"Jangan dilihat satu isu, kita lihat dari sejarahnya. Dari masa kolonial, masalah perbatasan, claim teritorial beberapa negara ASEAN yang berhadapan dengan China di kawasan itu memang masih belum terselesaikan hingga sekarang," ujar Agung Wesaka Puja, Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri Indonesia di Hotel JW Marriot Jakarta, Kamis (29/10).
Indonesia dalam hal ini sudah berusaha sejak terbentuknya Decralation of Conduct (DOC) tahun 2002 agar perdamaian di Laut China Selatan tetap terpelihara.
"Bermula dari DOC kini berlanjut ke COC, Code of Conduct dalam menyusun garis batas. Ini juga masih upaya Indonesia untuk terus menjaga stabilitas di kawasan tersebut," imbuh Puja.
Lebih jauh diketahui, proses COC ini masih bergulir, dengan adanya kemajuan meski tidak besar, namun cukup untuk sebuah penyelesaian awal.
"Untuk COC sendiri pertemuan tingkat pejabat senior sudah terjadi tiga kali. Pertemuan ketiga terjadi pada minggu lalu saat kita bertemu di China. Ini sebuah ruang yang bagus untuk jaga momentum kemajuan, meski belum hal yang fantastis dalam penyusunan peta kawasan Laut China Selatan di 2016 mendatang," tukasnya.