Diklaim Akurat, WHO Rekomendasikan Dua Alat Tes Covid-19 untuk Situasi Darurat
WHO merekomendasikan dua alat tes Covid-19, genesig Real-Time PCR Coronavirus (Covid-19) dan cobas SARS-CoV-2 Qualitative assay for use on the cobas® 6800/8800 Systems, ke dalam daftar alat uji darurat atau Emergency Use Listing (EUL),
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan dua alat tes Covid-19, genesig Real-Time PCR Coronavirus (Covid-19) dan cobas SARS-CoV-2 Qualitative assay for use on the cobas® 6800/8800 Systems, ke dalam daftar alat uji darurat atau Emergency Use Listing (EUL), karena peralatan itu dianggap akurat mendeteksi penyebab penyakit, virus SARS-CoV-2.
Daftar alat uji yang telah masuk dalam sistem EUL dapat menjadi panduan bagi otoritas kesehatan di negara-negara mitra, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan lembaga penanggulangan Covid-19 lainnya untuk membeli atau melakukan pengadaan alat uji Covid-19, demikian keterangan WHO dalam pernyataan resminya.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang baru saja digolongkan oleh WHO sebagai kemungkinan karsinogen? Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melalui Badan Penelitian Kanker Internasional (IARC) telah resmi menggolongkan bedak talkum sebagai "mungkin bersifat karsinogenik" bagi manusia.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Bagaimana para ilmuwan mengetahui virus mana yang berbahaya? Tim peneliti menggunakan sel amoeba untuk mengetahui virus apa yang berbahaya. Dalam penelitian, tim peneliti menemukan hanya satu virus yang dapat membunuh sel amoeba yaitu ‘lytic viruses’.
-
Di mana virus-virus kuno itu ditemukan? Ilmuwan berhasil menghidupkan kembali virus prasejarah berusia 48.500 tahun yang terperangkap dalam permafrost (lapisan tanah beku) di Siberia.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
"Dengan masuknya dua alat ini dalam daftar penggunaan darurat memungkinkan banyak negara untuk meningkatkan kapasitas tes dengan kualitas yang terjamin (akurat, red)," kata Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Obat-Obatan dan Produk Kesehatan, Dr Mariangela Simao lewat pernyataan tertulis di laman resmi WHO sebagaimana dikutip Antara, Rabu (8/4).
Buatan Inggris dan Amerika
Dalam pernyataan tertulis WHO, genesig Real-Time PCR Coronavirus (Covid-19) merupakan alat uji Covid-19 buatan Primerdesign, perusahaan bio-teknologi asal Inggris yang menciptakan banyak produk uji PCR (Polymerase chain reaction) secara langsung (real time) dan kuantitatif.
Alat itu, menurut WHO, dapat digunakan dalam laboratorium dengan kapasitas pengujian sampel yang moderat atau menengah.
Sementara itu, cobas SARS-CoV-2 Qualitative assay for use on the cobas 6800/8800 Systems, merupakan alat uji buatan Roche, perusahaan bio-teknologi asal Amerika Serikat, cocok digunakan di laboratorium yang berukuran dan berkapasitas lebih besar.
Dua alat itu telah lolos rangkaian pemeriksaan dan tes dari sejumlah ahli WHO yang telah mencari alat uji Covid-19 untuk situasi darurat sejak akhir Januari tahun ini. Lewat pengumuman mengenai EUL secara terbuka, WHO mengundang perusahaan bioteknologi untuk mengirim proposal mengenai alat ujinya agar dapat ditelaah lebih jauh oleh pakar dari WHO.
Prosedur EUL
EUL merupakan prosedur yang ditetapkan WHO untuk mempercepat pengadaan alat uji Covid-19 di tengah situasi darurat kesehatan.
"Langkah itu ditujukan untuk membantu lembaga pengadaan dan negara-negara mencari alat yang akurat di tengah banyaknya pilihan yang tersedia. Proses pemeriksaan yang dilakukan membuat kualitas dan performa produk terjamin baik," ujar WHO lewat pernyataan tertulisnya.
Sejak Covid-19 mewabah pertama kali di Kota Wuhan, China pada akhir tahun lalu, sampai hari ini WHO mencatat kasus positif telah ditemukan pada 1.317.130 di 202 negara dan wilayah. Dari total pasien, 74.304 di antaranya meninggal dunia, sementara lebih dari 300.000 pasien dinyatakan sembuh.
(mdk/bal)