Duterte setop perundingan damai, 14 gerilyawan Maoist tewas dibunuh tentara Filipina
Seorang perwira militer mengatakan tentara Filipina membunuh 14 orang gerilyawan Maoist di Selatan Manila, Rabu (29/11). Pembunuhan gerilyawan tersebut dilakukan setelah Presiden Filipina Rodrigo Duterte menghentikan perundingan perdamaian dengan para pemberontak tersebut.
Seorang perwira militer mengatakan tentara Filipina membunuh 14 orang gerilyawan Maoist di Selatan Manila, Rabu (29/11). Pembunuhan gerilyawan tersebut dilakukan setelah Presiden Filipina Rodrigo Duterte menghentikan perundingan perdamaian dengan para pemberontak tersebut.
Dilansir dari Reuters, lebih dari 40.000 orang terbunuh selama hampir 50 tahun pertempuran antara gerilyawan sayap kiri dan pemerintah. Konflik ini menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi di daerah pedesaan yang kaya akan sumber daya.
Duterte sangat mengharapkan perdamaian dengan komunis dan gerilyawan Muslim di selatan Filipina yang didominasi Katolik Roma. Namun perdamaian itu hanya ilusi.
"Ini adalah pukulan telak bagi organisasinya," kata Mayor Mikko Magisa, pejabat eksekutif Brigade Angkatan Darat ke-202.
Mayor Mikko mengatakan lima tentara terluka dalam bentrokan yang terjadi selama 20 menit, yang melibatkan komandan tentara dan angkatan udara.
Tiga belas mayat pemberontak ditemukan, termasuk tersangka seorang sekretaris dan pemimpin pleton unit gerilya. Salah satu dari dua pemberontak yang terluka dan tertangkap, meninggal di rumah sakit.
Duterte menandatangani sebuah pengumuman yang menghentikan perundingan perdamaian dengan komunis pekan lalu, setelah kekerasan pemberontak berlanjut selama perundingan.
"Pasukan pemerintah diperintahkan untuk waspada terhadap pergerakan yang diperkirakan akan dilakukan 3.800 gerilyawan sayap kiri," kata beberapa pejabat militer.
Pasukan pemerintah dalam beberapa bulan terakhir terlibat dalam pertempuran terbesar di Filipina sejak Perang Dunia Kedua, dengan militan Islam yang menduduki kota selatan negara tersebut selama beberapa bulan.