Eksperimen Jadi Manusia Purba, Arkeolog Bikin Replika Kapak Batu dan Memakainya, Ternyata Begini Hasilnya
Percobaan Jadi Manusia Purba, Arkeolog Bikin Replika Kapak Batu dan Memakainya, Ternyata Begini Hasilnya
Peneliti mempelajari masa lalu dengan menciptakannya kembali di masa kini.
-
Di mana tim arkeolog menemukan perkakas batu dan kerangka manusia purba? Saat menjelajahi gua di Jerman, tim arkeolog menemukan koleksi langka artefak dan kerangka manusia purba, termasuk beruang gua.
-
Kenapa para arkeolog tertarik untuk mencari tahu bagaimana manusia purba membuat perekat? Mencari tahu bagaimana manusia purba membuat dan menggunakan perekat adalah hal yang penting karena memberikan kita bukti kuat tentang bagaimana budaya dan kemampuan berpikir mereka berkembang seiring berjalannya waktu.
-
Apa yang ditemukan di dalam penggalian arkeologi di Jepang? Peneliti menemukan lebih dari 100.000 koin kuno dalam penggalian arkeologi di situs Sosha Village East 03 di Kota Maebashi, Jepang.
-
Kapan para arkeolog menemukan fosil manusia purba spesies baru ini? Dilansir Ancient Origins, arkeolog pertama kali menemukan fosil ini di Hualongdong, China Timur pada 2019 lalu.
-
Bagaimana arkeolog mengetahui tanda "like" purba itu? Gambar-gambar gua ini sudah ada sebelum munculnya media sosial sekitar 17.000 tahun yang lalu. Para arkeolog menyebutnya sebagai penemuan “sekali seumur hidup”. Mereka menyebut temuan ini bukti paling awal dari “like” di bagian gua yang belum dijelajahi sebelumnya.
-
Bagaimana para arkeolog mengungkap keberadaan desa purba tersebut? Tim arkeolog dari Institut Nasional untuk Penelitian Arkeologi e-realistis (INRAE) telah melakukan penelitian yang mendalam menggunakan teknologi LiDAR. Teknologi ini menggunakan laser yang diproyeksikan dari satelit untuk memindai tanah dan menemukan struktur potensial yang terkubur di bawah permukaan.
Eksperimen Jadi Manusia Purba, Arkeolog Bikin Replika Kapak Batu dan Memakainya, Ternyata Begini Hasilnya
Arkeolog Jepang membuat replika perkakas batu dan menggunakannya dalam berbagai jenis kegiatan mulai dari menebang pohon hingga mengikis tulang untuk membantu menganalisis artefak.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Archaeological Science ini merupakan contoh arkeologi praktis, di mana para peneliti mempelajari masa lalu dengan menciptakannya kembali di masa kini.
Pertama, para peneliti membuat 75 kapak batu genggam dan kapak menggunakan palu batu dan landasan serta batu asah.
Sesuai dengan artefak asli, reproduksi batu dibuat dengan panjang rata-rata 9,7 cm, lebar 5,7 cm, dan ketebalan 2 cm.
- Arkeolog Teliti Kotoran Mumi Berusia Ribuan Tahun, Hasilnya Ungkap Pola Makan Manusia Dulu Ternyata Aneh
- Arkeolog Temukan Patung Kuda Pertama Buatan Manusia Berusia 35.000 Tahun, Dipahat dari Gading Gajah Purba
- Arkeolog Temukan Bukti Manusia Purba Pernah Hidup di Wilayah Indonesia Jauh Sebelum Orang Mesir Bangun Piramida Pertama
- Arkeolog Kaget, Manusia Purba Ini Sudah Memakai Lem untuk Bikin Perkakas Batu
Alat-alat tersebut dibuat dari mineral yang disebut semi-nephrite (dikumpulkan dari Sungai Matsukawa dan Oumigawa di Jepang), hornfels (dari Sungai Abo di Pulau Yakushima), dan tufa (dari Sungai Fujikawa).
Replika tersebut kemudian diikatkan pada 3 jenis gagang kayu yang berbeda. Kapak dan pahat - dengan menggunakan potongan kayu tipis yang diikat dengan rumput berserat.
Selanjutnya, para peneliti menggunakan alat tersebut dalam 15 aktivitas berbeda untuk mengamati dan mengkategorikan patahan makro dan patahan mikro.
Seluruh 53 replika tersebut digunakan untuk 10 aktivitas 'penggunaan', termasuk penebangan pohon, pengamplasan kayu, pengikisan kayu, pengikisan tanduk, mengamplas tanduk, pengikisan tulang, mengikis tulang, mengikis kulit, dan memisahkan bangkai.
Dari jumlah tersebut, 26 alat digunakan hingga patah atau tumpul, dan 27 alat lainnya dihentikan dan diamati pada 500, 1000, 3000, dan 5000 pukulan.
Mereka juga menyelidiki daya tahan dari 5 aktivitas yang tidak diperkirakan, seperti patah yang tidak disengaja yang terjadi selama produksi atau penajaman ulang dan kerusakan akibat terinjak-injak atau diangkut dalam tas dengan alat lain.
Akhirnya, 4 kapak batu yang tidak digunakan disimpan sebagai sampel kontrol.
Dari eksperimen tersebut, para peneliti kemudian mengklasifikasikan 9 jenis retakan makroskopis dari penggunaan alat yang berbeda. Sementara fitur mikroskopis yang berbeda dikaitkan dengan bahan yang digunakan secara spesifik.
Kombinasi jejak makroskopis dan mikroskopis dapat membantu dalam menganalisis artefak yang sesungguhnya.
Sebagai contoh, kombinasi patahan akibat pukulan dan mikro polesan kayu dapat berfungsi sebagai jejak diagnostik untuk mengidentifikasi alat batu tepi-gerinda arkeologis yang telah digunakan untuk perkusi pohon dan kayu.
Temuan ini, dapat membantu menganalisis kemungkinan penggunaan artefak batu, seperti yang ditemukan di Australia dan Jepang yang berasal dari 60.000 - 30.000 tahun yang lalu, dan dapat membantu mengidentifikasi kapan penggunaan kayu dimulai oleh manusia purba.