Filipina perintahkan penyelidikan vaksin DBD berbahaya
Departemen Kesehatan Filipina menghentikan penggunaan vaksin Dengvaxia setelah Sanofi mengatakan vaksin itu harus dibatasi, karena terbukti memperburuk penyakit pada orang-orang yang sebelumnya tidak terpapar infeksi DBD.
Filipina memerintahkan penyelidikan vaksinasi DBD yang diberikan pada lebih dari 730.000 anak-anak. Sementara perusahaan obat Prancis, Sanofi, mengatakan tidak ada kematian yang dilaporkan dari vaksin tersebut.
"Sejauh yang kami tahu, sejauh yang kami ketahui, tidak ada kematian yang dilaporkan terkait dengan vaksinasi demam berdarah," kata Ruby Dizon, Direktur Medis Sanofi Pasteur Philippines.
"Tentu saja, yakinlah, pemantauan berlanjut, kami bekerja sama dengan Departemen Kesehatan (DOH), untuk memastikan hal ini dipertahankan." kata Sanofi, seperti dilansir dari Reuters, Senin (4/12).
Minggu lalu, Departemen Kesehatan Filipina menghentikan penggunaan vaksin Dengvaxia setelah Sanofi mengatakan vaksin itu harus dibatasi, karena terbukti memperburuk penyakit pada orang-orang yang sebelumnya tidak terpapar infeksi DBD.
Lebih dari 730.000 anak berusia 9 ke atas di Filipina sudah menerima satu dosis vaksin.
Departemen Kehakiman, Senin, memerintahkan Biro Investigasi Nasional untuk melihat dugaan bahaya terhadap kesehatan masyarakat ... dan jika ada bukti yang menjamin, ajukan tuntutan hukum yang tepat kepadanya.
Seorang juru bicara kepresidenan Harry Roque mengatakan pemerintah akan meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab atas program yang telah melibatkan ribuan nyawa dalam risiko kematian.
Roque mengatakan tidak ada kasus infeksi DBD yang parah, karena vaksin diberikan dan meminta masyarakat untuk tidak menyebarkan informasi yang dapat menyebabkan pertanda yang tidak semestinya.