Geng Bersenjata di Ekuador Serbu Stasiun TV Saat Siaran Langsung, Karyawan Diborgol dan Ditodong Pistol
Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya kekerasan kelompok bersenjata dan kerusuhan di dalam penjara.
Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya kekerasan kelompok bersenjata dan kerusuhan di dalam penjara.
- Penuh Keseruan, Aksi Warga Semarang Main Perosotan di Kali Ini Curi Perhatian
- Warga Sekitar Tidak Dengar Letusan Pistol saat Anggota Polres Manado Bunuh Diri
- VIDEO: Ekuador Rusuh, Geng Bersenjata Menembak di Jalanan, Pembunuhan di Mana-Mana
- FOTO: Detik-Detik Geng Bersenjata Menyerbu Studio Televisi yang Sedang Siaran Langsung hingga Berakhir Ditangkap Polisi Ekuador
Geng Bersenjata di Ekuador Serbu Stasiun TV Saat Siaran Langsung, Karyawan Diborgol dan Ditodong Pistol
Geng bersenjata menyerbu salah satu stasiun televisi di Ekuador, TC Television, saat sedang siaran langsung pada Selasa (9/1). Mereka kemudian memborgol para karyawan dan memaksa mereka duduk dan berbaring di lantai.
Kelompok bersenjata ini juga terdengar meneriaki para karyawan televisi, seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (10/1).
Beberapa anggota geng mengirimkan isyarat melalui kamera dan seseorang terdengar berteriak "jangan ada polisi".
Anggota geng ini memakai topi balaclava (topi dengan penutup wajah) dan berpakaian serba hitam.
Fotoi: Reuters TV
Mereka juga menodongkan pistol kepada para pegawai televisi tersebut. Siaran langsung kemudian dihentikan. Belum jelas apakah ada karyawan yang terluka dalam penyerangan ini.
"Saya masih syok," kata kepala pemberitaan TC Television, Alina Manrique kepada The Associated Press.
Manrique menambahkan, pistol ditodongkan ke kepalanya selama penyerbuan tersebut.
"Segalanya runtuh. Yang hanya saya tahu adalah waktunya meninggalkan negara ini dan pergi jauh," ujarnya.
Kepolisian Nasional Ekuador mengatakan di media sosial, unit khusus diterjunkan ke TKP dan 13 orang ditangkap.
Foto: X/@PoliciaEcuador
Insiden ini terjadi setelah tujuh anggota polisi diculik, terjadi ledakan di sejumlah kota, dan narapidana menjadikan puluhan sipir sebagai tawanan, sehari setelah Presiden Daniel Noboa mengumumkan darurat nasional.
Noboa mengeluarkan dekrit pada Selasa, menyatakan negaranya dalam keadaan "konflik bersenjata internal" dan menetapkan 22 geng bersenjata sebagai organisasi teroris. Dia juga memerintahkan pasukan bersenjata melumpuhkan para kelompok bersenjata ini dengan mengikuti aturan hukum internasional dan HAM.
Noboa, mantan anggota dewan dan putra salah satu orang terkaya di Ekuador mulai menjabat sebagai presiden pada November tahun lalu. Dia berjanji memperbaiki perekonomian dan menghentikan kekerasan di jalan-jalan dan penjara yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Dia juga menetapkan 60 hari darurat nasional pada Senin, mengerahkan patroli militer termasuk di penjara-penjara dan menetapkan jam malam nasional.
Keputusan tersebut diambil setelah kaburnya pemimpin geng kriminal Los Choneros, Adolfo Macias dari penjara, dan kerusuhan di enam penjara termasuk ditawannya para sipir.
Kekerasan di Ekuador meningkat dalam beberapa tahun terakhir dipicu permusuhan antar geng yang berkaitan dengan kartel Meksiko dan Kolombia. Kasus kekerasan terkait narkoba juga meningkat di mana tercatat lebih dari 7.800 kasus pembunuhan dan 220 ton narkoba disita tahun lalu.
Sejak Februari 2021, bentrokan narapidana di dalam penjara telah menewaskan lebih dari 460 orang.