Hasil Penelitian: Monyet Kebal Virus Corona Setelah Terinfeksi
Dua penelitian terhadap monyet yang diterbitkan pada Rabu (20/5) menawarkan harapan bahwa manusia dapat mengembangkan kekebalan protektif terhadap virus corona baru, penyebab Covid-19.
Dua penelitian terhadap monyet yang diterbitkan pada Rabu (20/5) menawarkan harapan bahwa manusia dapat mengembangkan kekebalan protektif terhadap virus corona baru, penyebab Covid-19.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science, mengamati vaksin prototipe dan apakah infeksi Sars-CoV-2 memberikan kekebalan terhadap kemungkinan infeksi ulang.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Bagaimana mutasi virus Corona pada pria tersebut terjadi? Selama masa infeksi, dokter berulang kali mengambil sampel dari pria tersebut untuk menganalisis materi genetik virus corona. Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
Kedua pertanyaan itu sangat penting ketika para peneliti meneliti virus tersebut, yang telah menginfeksi hampir 5 juta orang di seluruh dunia dan menyebabkan lebih dari 325.000 kematian.
Penelitian dilakukan pada monyet jenis kera untuk melihat apakah merekal mengembangkan kekebalan virus pelindung dari infeksi alami atau dari vaksin.
"Pandemi Covid-19 telah menjadikan pengembangan vaksin sebagai prioritas utama biomedis, tetapi saat ini hanya sedikit yang diketahui tentang kekebalan protektif terhadap virus Sars-CoV-2," kata penulis senior dan Direktur Pusat Penelitian Virologi dan Vaksin Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston, Dan Barouch.
"Dalam dua penelitian ini, kami menunjukkan pada kera bahwa prototipe vaksin terlindung dari infeksi Sars-CoV-2 dan terlindung dari penularan ulang," lanjutnya, dilansir dari The Straits Times, Kamis (21/5).
Dalam satu penelitian yang dilakukan oleh Barouch dan peneliti lain, sembilan monyet kera dewasa terinfeksi virus.
Monyet mengalami gejala Covid-19 tetapi menciptakan antibodi pelindung dan pulih setelah beberapa hari.
Untuk menguji kekebalan mereka, mereka terkena Sars-CoV-2 lagi 35 hari kemudian atau disebut "tantangan ulang", dan beberapa dari monyet ini tak menunjukkan gejala.
Para penulis penelitian ini mengingatkan, penelitian lebih lanjut akan diperlukan karena adanya "perbedaan penting" infeksi Sars-CoV-2 pada monyet dan manusia.
"Studi klinis yang ketat akan diperlukan untuk menentukan apakah infeksi Sars-CoV-2 secara efektif melindungi infeksi ulang Sars-CoV-2 pada manusia," kata mereka.
Penelitian kedua, yang melibatkan banyak peneliti yang sama dan dipimpin oleh Jingyou Yu, melibatkan vaksinasi 35 kera dewasa dengan kandidat vaksin DNA yang dirancang untuk menghasilkan antibodi pelindung.
Mereka terpapar virus corona enam pekan kemudian dan telah mengembangkan kadar antibodi dalam darah yang cukup untuk menetralkannya, demikian temuan penelitian tersebut.
Tingkat antibodi, katanya, serupa dengan yang terlihat pada manusia yang sembuh dari virus, memberikan harapan bahwa vaksin yang efektif pada manusia dapat dikembangkan.
"Penelitian lebih lanjut perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan penting tentang daya tahan imunitas pelindung dan platform vaksin yang optimal untuk vaksin Sars-CoV-2 untuk manusia," kata para penulis studi tersebut.
(mdk/pan)