Ilmuwan China Temukan Cara untuk Memperbesar Sel Otak
Para ilmuwan yang mengamati percepatan pertumbuhan neuron tikus setelah terkena radiasi dosis rendah dari gelombang terahertz mengatakan temuan mereka memiliki implikasi untuk perangkat komunikasi masa depan.
Para ilmuwan yang mengamati percepatan pertumbuhan neuron tikus setelah terkena radiasi dosis rendah dari gelombang terahertz mengatakan temuan mereka memiliki implikasi untuk perangkat komunikasi masa depan.
Gelombang radio dalam pita terahertz dapat meningkatkan bandwidth ponsel pintar menjadi 1 terabit per detik (Tbps). Ini bermanfaat untuk teknologi komunikasi generasi berikutnya atau 6G.
-
Apa yang ditemukan di China selatan? Sebuah fosil buaya yang telah punah ditemukan dengan kondisi terpenggal di China selatan.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan di China? Ilmuwan menemukan fosil larva cacing yang hidup sekitar 500 juta tahun lalu.
-
Apa yang ditemukan para ilmuwan pada Tembok Besar China? Sebuah penelitian yang diterbitkan pada 8 Desember di jurnal Science Advances mengungkapkan, peneliti sedang mencari cara terbaik untuk melindungi Tembok Besar China dari angin dan erosi. Mereka mencatat struktur tersebut "sebagian besar dihuni oleh biocrust."
-
Apa yang ditemukan di gurun pasir China yang membuat para ahli bingung? Para ahli telah mempersempit asal usul mumi misterius yang ditemukan di gurun pasir Tiongkok, dan hasilnya cukup mengejutkan.
-
Kapan Sai dilakukan? Sa’i merupakan salah satu rukun dalam rangkaian ibadah haji.
-
Siapa yang memimpin dalam perlombaan teknologi tinggi dengan China? Amerika Serikat dan negara-negara barat lainnya disebut kalah dalam perlombaan pengembangan teknologi canggih dengan China.
Menurut para peneliti, setelah tiga menit terpapar radiasi getaran 100-microwatt dengan frekuensi lebar mulai dari 0,3 hingga 3 terahertz, neuron tikus membesar hampir 150 persen lebih cepat dari biasanya dalam cawan Petri.Total panjang koneksi antara neuron-neuron ini juga berlipat ganda hanya dalam tiga hari.
Meskipun terjadi pertumbuhan super cepat, analisis molekuler menunjukkan sel-sel otak yang terpapar tetap sehat.
Menurut para peneliti, temuan ini dapat membantu evaluasi keamanan teknologi komunikasi baru dan juga mengembangkan terapi untuk mengobati penyakit otak.
"Keamanan protokol radiasi terahertz menjadi perhatian utama," jelas ilmuwan Li Xiaoli yang memimpin penelitian dalam jurnal Acta Physica Sinica bulan lalu, dikutip dari South China Morning Post, Senin (15/8).
Li dan rekannya dari Laboratorium Utama Negeri untuk Ilmu Saraf dan Pembelajaran Kognitif Universitas Normal Beijing mengatakan dampak buruk teknologi komunikasi masa depan terhadap kesehatan bisa dihindari dengan mengurangi kekuatan dan durasi paparan radiasi.
Hasil penelitian juga menyatakan frekuensi tertentu gelombang dan energi terahertz bisa dikembangkan sebagai teknologi neuromodulasi atau modulasi saraf baru untuk mengobati penyakit seperti kelainan perkembangan saraf.
"Perkembangan neuron abnormal dan struktur jaringan saraf abnormal yang dihasilkan dapat menyebabkan terjadinya berbagai penyakit psikiatri dan neurologis, seperti penyakit Alzheimer, autisme, dan penyakit Parkinson," jelas para peneliti.
Gelombang radio dalam frekuensi yang lebih tinggi dapat mengirimkan lebih banyak informasi, tetapi juga membawa lebih banyak energi.
Gelombang terahertz memiliki frekuensi yang jauh lebih tinggi daripada gelombang milimeter yang digunakan dalam 5G yang dibatasi dengan kecepatan tertinggi 20 Gbps.
Beberapa perangkat terahertz telah digunakan di pemindai tubuh bandara dengan gelombang energi yang secara efektif mampu menembus kain dan menghasilkan gambar tubuh yang jelas dengan barang-barang tersembunyi.
Dalam penelitian terpisah, profesor Liu Jianxin dari Institut Ilmu Otak di Universitas Xian Jiaotong, provinsi Shaanxi, menemukan bahwa radiasi terahertz dapat membuat tikus muda lebih pintar.
Paparan dengan radiasi 90 miliwatt terahertz selama 20 menit sehari selama tiga minggu secara signifikan meningkatkan jumlah sel otak baru pada tikus muda, menurut makalah yang diterbitkan dalam Journal of Terahertz Science and Electronic Information Technology pada Juni.
Sel-sel otak baru ini dapat membantu tikus menemukan rute pelarian lebih cepat ketika hidup mereka terancam, menurut para peneliti.
Tapi tikus tua yang diberi perlakuan yang sama tidak menunjukkan perbaikan apapun dalam percobaan. Alasannya tidak jelas, kata para peneliti.