Ilmuwan Racik Salep Antibiotik dari Kotoran Jerapah, Ampuh untuk Penderita Diabetes
Para ilmuwan mengungkap virus yang menginfeksi bakteri dalam kotoran hewan dan sedang menguji apakah bakteri ini ampuh sebagai antibiotik.
Ilmuwan Racik Salep Antibiotik dari Kotoran Jerapah, Ampuh untuk Penderita Diabetes
Para ilmuwan telah mengungkap virus yang menginfeksi bakteri, yang disebut bakteriofag, dalam kotoran hewan dan sedang menguji apakah bakteri ini ampuh sebagai antibiotik.
Menurut para ilmuwan, virus-virus yang ditemukan dalam kotoran jerapah, lemur, dan mamalia berkumis panjang yang disebut binturong memiliki potensi untuk membunuh bakteri yang resisten terhadap obat dan mencegah resistensi antibiotik lebih lanjut.
Sumber: Live Science
Para peneliti dari Universitas Sheffield di Inggris telah melakukan pencarian virus yang menginfeksi bakteri, atau bakteriofag, dalam kotoran hewan yang berasal dari Yorkshire Wildlife Park, sebuah pusat konservasi dan rehabilitasi satwa liar di Branton, Inggris. Taman ini memelihara sekitar 475 hewan yang mewakili lebih dari 60 spesies, memberikan kesempatan kepada para ilmuwan untuk mencari bakteriofag, yang biasa disingkat "fag," dalam berbagai kotoran hewan eksotis.
Graham Stafford, Ketua Mikrobiologi di Universitas Sheffield sekaligus pemimpin penelitian, mengatakan kepada Live Science, ide ini muncul saat ia mengunjungi taman satwa liar tersebut bersama keluarganya. Ketika ia menghubungi staf taman mengenai proyek ini, "mereka sangat antusias untuk membantu," ungkapnya.
-
Siapa yang menemukan antibiotik? Antibiotik pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 yang membawa perubahan besar pada dunia kesehatan saat itu.
-
Mengapa daun insulin disebut dapat mengobati diabetes? Manfaat daun insulin yang paling terkenal adalah sebagai obat herbal untuk diabetes. Daun insulin mengandung senyawa aloksa yang dapat merangsang dan memperbaiki kemampuan sel beta pankreas dalam menghasilkan hormon insulin. Hormon insulin berfungsi untuk mengatur kadar glukosa darah, sehingga dapat mencegah dan mengobati diabetes.
-
Bagaimana antibiotik bekerja untuk mengobati infeksi? Saat sistem imun tidak dapat menangkal bakteri yang masuk dan berkembang biak di dalam tubuh, inilah waktu yang tepat untuk minum antibiotik. Obat tersebut akan bekerja untuk menghancurkan bakteri.
-
Apa manfaat kulit jeruk untuk diabetes? Kandungan Pectin dalam kulit jeruk dipercaya mampu mengontrol kadar gula darah. Beberapa penelitan menyebut bahwa ekstrak kulit jeruk bisa membantu mencegah nefropati diabetik, atau kondisi yang berkaitan dengan diabetes.
-
Mengapa Nurul Hikmah memilih topik penelitian tentang Cost Effectiveness Analysis Antibiotik Empiris Levofloksasin? Untuk penelitian sendiri, Nurul melakukan riset tentang Cost Effectiveness Analysis Antibiotik Empiris Levofloksasin dibanding Kombinasi Seftriakson/Azitromisin pada Pasien Community Acquired Pneumonia Rawat Inap di RSA UGM. Riset ini berangkat dari latar belakang tingginya tingkat kematian pada penderita pneumonia. “Sebagaimana diketahui, pneumonia bahkan menjadi penyebab kematian terbesar pada anak di bawah lima tahun,” terangnya.
-
Apa yang meningkatkan risiko diabetes? Ketika orang begadang, dia akan makan lebih banyak, namun pada malam hari tidak banyak aktivitas yang dapat dilakukan. Dalam jangka panjang, perubahan-perubahan pola hidup seperti ini bisa menyebabkan seorang lebih mudah terkena diabetes
Untuk Penderita Diabetes
Tim peneliti saat ini fokus pada pencarian fag-fag yang dapat membantu mengobati infeksi kaki pada penderita diabetes. Di berbagai tempat di dunia, uji klinis sedang berlangsung atau akan segera dimulai untuk menguji terapi fag dalam mengatasi infeksi ini, dan beberapa uji tahap awal yang sudah selesai menunjukkan bahwa pengobatan ini aman bagi manusia.
"Perlu diingat bahwa kita tidak akan menggunakan kotoran langsung dan mengoleskannya pada kaki orang. Pada akhirnya, yang kita hasilkan adalah produk, seperti obat atau salep," jelas Stafford.
Oleh karena itu, terlepas dari mana asal fag-fag dalam terapi ini, yang digunakan dalam obat pasti telah melalui proses penyaringan, pembiakan di laboratorium, dan penyimpanan aman dalam kondisi terkendali.
Fag merupakan komponen kunci dalam pengembangan terapi bakteri yang disebut terapi fag. Dalam uji klinis dan dalam kasus ekstrim dimana pengobatan lain telah gagal, dokter telah menggunakan fag sebagai alternatif atau suplemen untuk antibiotik tradisional. Fag umumnya menghancurkan bakteri penyebab penyakit dengan menyerang sel-sel bakteri tersebut dan membelahnya dari dalam.
Sumber: Live Science
Stafford dan rekannya bertujuan untuk menemukan fag-fag baru di lingkungan sekitarnya, termasuk dalam kotoran hewan, untuk melengkapi variasi fag yang dapat digunakan dalam terapi.
"Fag-fag ini cenderung hanya menginfeksi spesies tertentu, bahkan strain tertentu, oleh karena itu semakin banyak yang kita temukan, maka semakin besar peluang kita untuk mengembangkan terapi ini untuk sebanyak mungkin kasus," jelasnya.
Tim peneliti kini telah bekerja sama dengan Yorkshire Wildlife Park selama kurang lebih satu tahun dan telah mengumpulkan fag-fag dari berbagai hewan, termasuk babon Guinea (Papio papio), jerapah (Giraffa), babi Visayan (Sus cebifrons), dan binturong (Arctictis binturong), serta berbagai jenis lemur.
Setelah mendapatkan sampel kotoran, para peneliti mencampurnya dengan air, kemudian menyaring campuran tersebut hingga hanya virus yang tersisa.
"Jadi, sekarang sudah jauh dari bau yang tidak enak," tegas Stafford.
- Viral Pria Minum Kopi Segalon, Ini Dampaknya Bagi Kesehatan
- Penampakan Flo, Kucing yang Dicekoki Miras di Kursi Saksi Pengadilan Negeri Padang
- Viral 3 Wanita Cekoki Miras ke Kucing, Digeruduk Pecinta Hewan Cuma Tertunduk & Minta Maaf
- Perawat Ini Jadi Pembunuh Berantai Bayi di Rumah Sakit, Para Korban Disuntik Insulin
Selanjutnya, mereka menguji fag-fag tersebut pada bakteri dalam cawan laboratorium untuk menentukan bakteri mana yang dapat diinfeksi oleh fag tersebut. Ini akan mengungkapkan fag mana yang berpotensi berguna dalam pengobatan manusia.
Selain itu, mereka mengekstrak DNA dari fag-fag tersebut untuk membandingkan genetik mereka dengan virus-virus yang sudah tercatat sebelumnya, menguji stabilitas dan ketahanan panas mereka, serta mengambil gambar mikroskopis untuk melihat bentuk dan ukuran fag-fag tersebut.