Ingin Lebaran di rumah, warga Marawi kena diare di pengungsian
Ingin Lebaran di rumah, warga Marawi kena diare di pengungsian. Kesehatan warga Marawi yang tinggal di pengungsian mulai menurun. Penyakit seperti diare menjangkiti warga lantaran kondisi pengungsian yang tidak memadai.
Kesehatan warga Marawi yang tinggal di pengungsian mulai menurun. Penyakit seperti diare menjangkiti warga lantaran kondisi pengungsian yang tidak memadai.
Direktur Kesehatan Provinsi Lanao del Sur Alinader Minalang, menyebutkan setidaknya 19 orang tewas di pusat evakuasi sejak 23 Mei silam. Pasalnya, sebanyak 40 ribu jiwa memadati tempat penampungan dengan sanitasi kurang memadai.
Akhirnya, lebih dari 300 orang terkena diare akut, demikian diberitakan Reuters, Senin (19/6). Meski demikian, mereka yang meninggal memang kebanyakan sudah lanjut usia.
"Penyebab peningkatan kasus diare di pengungsian lantaran isu sanitasi dan kekurangan air bersih," tutur Minalang.
Salah seorang pengungsi, Tarhata Mostare menyebutkan tempat pengungsian kini sudah sangat penuh. Keluarga yang terdiri dari belasan orang terpaksa tidur bersama di lantai kotor. Sementara itu, mereka juga harus berbagi satu toilet dengan puluhan pengungsi lainnya.
"Anak-anak saya sakit. Satu kena diare, satu lagi alergi kulit. Air yang kami gunakan di sini tidak bagus," serunya.
Mostare menceritakan pengalamannya harus segera kabur dari Marawi padahal baru saja melahirkan anak kelimanya. Dia mengaku pergi dengan baju masih berlumuran darah.
"Anak ini kami panggil Martial Law," serunya.
Para pengungsi berharap bisa kembali ke rumah sebelum Hari Raya Idul Fitri. Sayangnya, keinginan mereka ini tidak bisa terpenuhi lantaran baku tembak dan serangan udara menghancurkan rumah mereka.