Ini Daftar Negara Arab yang Bersekongkol dengan Israel dalam Isu Palestina
Kenapa sejumlah negara Arab selama ini tidak bergerak membantu Palestina karena mereka di belakang bersekongkol dengan Israel.
Sejak perang genosida Israel berlangsung di Jalur Gaza, Palestina dalam setahun terakhir, rakyat Palestina kerap memprotes dunia Arab yang seakan-akan bungkam menyaksikan penderitaan mereka. Sejumlah meme protes terhadap para pemimpin Arab bermunculan di media sosial terkait hal ini.
Kenapa sejumlah negara Arab selama ini tidak bergerak karena ternyata mereka di belakang bersekongkol dengan Israel untuk mengalahkan Hamas, kelompok perlawanan Palestina. Dalam buku terbarunya berjudul "War", jurnalis investigasi Amerika Serikat (AS), Bob Woodward mengungkap sejumlah pemimpin Arab meminta Israel melalui AS untuk menyingkirkan Hamas karena dianggap terkait dengan Ikhwanul Muslim.
- Selamat Datang di Neraka: Kesaksian Tahanan Palestina di Penjara Israel
- Detik-detik Terakhir Bocah Laki-laki Palestina Meregang Nyawa Usai Dibunuh Israel, Tangis Sang Ibu Menyayat Hati
- Konflik Palestina dan Israel, Menlu Retno Minta Eropa Dukung Gencatan Senjata di Jalur Gaza
- Indonesia Tegas Dukung Palestina, MUI Serukan Israel Adalah Musuh Bersama
Pemimpin Uni Emirat Arab, Mesir, Arab Saudi, dan Yordania melontarkan permintaan tersebut saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken pada akhir 2023, tidak lama setelah Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober.
"Kami mengatakan ke Israel jangan lakukan ini, kami bilang ke mereka jangan percaya Hamas, Hamas adalah Ikhwanul Muslimin, Israel harus mengalahkan Hamas. Kami tidak akan menyampaikan ini secara publik, tapi kami mendukung kekalahan Hamas," kata Raja Yordania, Abdullah II, seperti diungkap Woodward dalam bukunya.
Woodward juga mengungkap pejabat intelijen Mesir memberikan informasi penting kepada Israel terkait jaringan terowongan bawah tanah Hamas di Gaza.
Berikut daftar negara-negara Arab yang diam-diam maupun terang-terangan bekerja sama dengan Israel, seperti dikutip dari TRT World, Rabu (30/10):
1. Arab Saudi
Dalam bukunya, Woodward mengungkap keinginan Saudi normalisasi dengan Israel, tapi dengan syarat pendirian negara Palestina. Hal ini disampaikan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman saat bertemu Blinken pada 15 Oktober 2023, seperti dikutip dari The Cradle.
"Saya ingin masalah yang disebabkan 7 Oktober hilang. Negara Palestina harus berdiri sebelum normalisasi dengan Israel. Saya tidak menginginhkan hal itu, tapi saya memerlukannya untuk menjustifikasi normalisasi. Saya ingin kembali ke Visi 2030 dengan normalisasi dengan Israel. Gaza harus tenang dulu bagi kami untuk normalisasi dengan Israel," jelas MBS.
Sebelumnya pada 7 September 2017, MBS dikabarkan pernah berkunjung ke Israel secaea diam-diam dan bertemu dengan pejabat Israel terkait perdamaian regional.
"Seorang Emir dari istana kerajaan Saudi mengunjungi negara itu (Israel) secara diam-diam dan berdiskusi dengan pejabat senior Israel mengenai gagasan untuk mendorong perdamaian regional," menurut laporan radio resmi Israel berbahasa Arab, seperti dikutip dari TRT World.
Pengunjung misterius itu kemudian dikonfirmasi tidak lain adalah MBS sendiri, menurut seorang pejabat Israel yang berbicara secara anonim kepada AFP.
2. Uni Emirat Arab
Pada 2020, Uni Emirat Arab melakukan normalisasi dengan Israel. Artinya, negara tersebut mengakui eksistensi Israel dan membuka hubungan diplomatik. Normalisasi ini difasilitasi oleh Donald Trump yang saat itu masih menjabat sebagai Presiden AS.
"Selama percakapan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri Netanyahu, muncullah sebuah kesepakatan untuk menghentikan aneksasi wilayah Palestina oleh Israel. UAE dan Israel juga sepakat untuk bermitra dan menetapkan peta jalan membangun hubungan bilateral," kata Presiden UEA, Syekh Mohammed Bin Zayed di Twitter ketika itu.
3. Mesir
Mesir membuka hubungan diplomatik dengan Israel sejak 1978 melalui Perjanjian Camp David. Sejak saat itu, pasukan keamanan Mesir bekerja sama dengan Israel untuk memperketat pergerakan warga Palestina dari Jalur Gaza. Selain itu, intelijen Mesir dan negara Zionis itu bekerja sama secara aktif.
Dalam bukunya, Woodward mengungkapkan sebelum ke Israel, Blinken berkunjung ke Kairo dan bertemu Presiden Mesir, Abdel Fattah El-Sisi. Sisi meminta delegasi AS keluar dan bertemu empat mata dengan Blinken. Menurut Woodward, dalam pertemuan empat mata itu, Sisi mengatakan ke Blinken dia "hanya ingin menjaga perdamaian dengan Israel."
Kepala Badan Intelijen Mesir, Abbas Kamel kemudian memberikan delegasi AS informasi penting terkait jaringan terowongan di bawah Gaza. Kamel mengatakan, Hamas telah mengakar di Gaza dan sulit untuk disingkirkan.
"Israel tidak boleh memasuki Gaza sekaligus, melainkan melakukannya secara bertahap. Ia (Israel) harus memastikan para pemimpin Hamas keluar dari terowongan sebelum memenggal kepala mereka sekaligus," cetusnya.
4. Yordania dan Oman
Israel dan Yordania memiliki hubungan yang cukup dekat, seperti dikutip dari TRT World. Israel membutuhkan Yordania sebagai penyangga keamanan, dan Yordania membutuhkan air dan stabilitas ekonomi Israel.
Mantan Menteri Pertahanan Israel Moshe Yaalon juga mengungkapkan dirinya ikut serta dalam pertemuan puncak rahasia di Aqaba, Yordania bersama Netanyahu, Presiden Mesir Abdel Fattah el Sisi, Raja Yordania Abdullah II, dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry.
Emmanuel Nahshon, juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel juga menyebut Yordania sebagai “mitra strategis, dan mempunyai niat untuk membantu dan bekerja sama”.
5. Oman
Pada 25 Oktober 2018, PM Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi Oman untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi dengan Sultan Qaboos bin Said. Pertemuan tersebut berlangsung beberapa hari setelah bertemu Perdana Menteri Palestina Mahmoud Abbas.Oman telah menjalin hubungan baik dengan Israel sejak tahun 1994, dan mencoba memanfaatkan posisinya sebagai mediator di antara semua pihak.
6. Maroko
Pada akhir Januari 2020, militer Maroko menandatangani kesepakatan untuk tiga drone Israel dengan nilai total USD48 juta, menurut Intelligence Online.
Pada tahun 1986, Raja Hassan II mengundang Perdana Menteri Israel Shimon Peres untuk melakukan pembicaraan, dan menjadi pemimpin Arab kedua yang menerima pemimpin Israel setelah Anwar Sadat.
Setelah kesepakatan dicapai pada bulan September 1993, Maroko mempercepat hubungan ekonomi dan kontak politik dengan Israel dengan membuka kantor penghubung bilateral sebelum menutupnya pada tahun 2000.
7. Bahrain
Pada September 2020, Bahrain resmi mengakui Israel setelah penandatanganan kesepakatan normalisasi hubungan antar negara yang difasilitasi AS. Penandatangan perjanjian yang dinamai Kesepakatan Abraham berlangsung pada Selasa (15/9) di Gedung Putih.
Ratusan orang berkumpul di Halaman Selatan Gedung Putih untuk menyaksikan penandatanganan perjanjian antara Israel dan UEA dan Bahrain.
Menlu Bahrain, Abdullatif al-Zayani, menyampaikan perjanjian itu sebagai sebuah momentum harapan dan kesempatan bagi semua rakyat Timur Tengah dan sebuah langkah bersejarah menuju perdamaian abadi.
"Sudah terlalu lama, Timur Tengah telah dipukul mundur oleh konflik dan ketidakpercayaan, menyebabkan kehancuran yang tak terhitung," jelasnya.
“Sekarang saya yakin kami bisa mengubahnya,” lanjutnya.
Al-Zayani juga menekankan perjuangan Palestina, mengatakan “Kesepakatan hari ini adalah langkah pertama yang penting dan sekarang kewajiban kita untuk mewujudkan perdamaian dan keamanan abadi di kawasan itu: Solusi dua negara yang adil, komprehensif dan abadi untuk Israel- Konflik Palestina akan menjadi fondasi, fondasi bagi perdamaian semacam itu."