Israel Akui Kalah Telak di Gaza, Banyak Tentaranya Mati, Ratusan Tank Hancur, dan Stok Amunisi Menipis
Ini pertama kalinya militer Israel mengakui mereka kehilangan tank dalam jumlah yang signifikan di Jalur Gaza.
Ini pertama kalinya militer Israel mengakui mereka kehilangan tank dalam jumlah yang signifikan di Jalur Gaza.
- Israel Jebak 100.000 Warga Palestina di Zona Pemusnahan Massal Gaza, Dikepung Tank Lewat Darat dan Dibom dari Udara
- FOTO: Detik-Detik Tank Israel Kuasai Pintu Perbatasan Rafah-Mesir, Warga Jalur Gaza Makin Terdesak
- VIDEO Tentara Israel Kepung RS Indonesia di Gaza dengan Tank dan Tembak Mati Pasien, Mayat Bergelimpangan di Bangsal
- Video Ratusan Pemukim Israel Serang dan Halangi Truk Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza
Israel Akui Kalah Telak di Gaza, Banyak Tentaranya Mati, Ratusan Tank Hancur, dan Stok Amunisi Menipis
Pasukan penjajah Israel mengumumkan pada Senin (15/7), mereka akan menunda integrasi awak tank wanita ke dalam korps lapis baja di Gaza karena kekurangan tank dan amunisi yang signifikan, banyak di antaranya hancur dalam konfrontasi baru-baru ini dengan kelompok perlawanan Palestina. Demikian dilaporkan surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth pada Senin.
Keputusan ini muncul setelah adanya petisi yang menuntut agar instruktur tank wanita diizinkan bergabung dengan pasukan tempur di Gaza setelah mereka berpartisipasi dalam konfrontasi yang terjadi setelah Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.
Kepala Staf Israel memutuskan untuk menunda integrasi tentara wanita ke dalam korps lapis baja hingga November 2025 karena kekurangan tank dan amunisi akibat perang yang berkepanjangan.
Menurut petisi tersebut, pasukan penjajah Israel telah merencanakan program percontohan untuk awak tank wanita mulai Oktober, namun karena kendala perang, program tersebut ditunda hingga November 2025.
“Ada banyak kendala yang menghalangi diresmikannya program integrasi tahun depan, termasuk tidak dapat dioperasikannya banyak tank, kekurangan amunisi, dan sejumlah besar rekrutan yang diperlukan untuk mengisi posisi di korps lapis baja di selatan dan utara. sebagai bagian dari program, dan kurangnya personel pelatihan,” jelas militer Israel menanggapi petisi Mahkamah Agung.
“Kesulitan obyektif telah muncul akibat pertempuran di Jalur Gaza dan front lainnya, terutama di unit tempur (pasukan penjajah Israel/IDF), di mana komando dan perhatian sistemik terfokus pada perang tersebut,” tambah tanggapan tersebut.
"Banyak tank rusak selama konflik dan saat ini tidak bisa digunakan untuk pertempuran atau pelatihan, dan tidak ada tank baru yang diperkirakan akan bergabung dengan korps lapis baja dalam waktu dekat. Ini berarti jumlah tank yang ada di korps lapis baja tidak cukup untuk upaya perang dan pelaksanaan uji coba secara bersamaan."
Dikutip dari Al Mayadeen, Selasa (16/7), ini pertama kalinya militer Israel mengakui mereka kehilangan tank dalam jumlah yang signifikan di Jalur Gaza dan mengalai kekurangan amunisi serta banyak tentara dan komandan mereka yang mati atau terluka dalam pertempuran.
Dalam tanggapannya, militer Israel menekankan jumlah mereka sangat sedikit dalam hal amunisi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk pemeliharaan peralatan. Apalagi hal ini terjadi ketika mereka sedang melakukan pelatihan cepat dan merekrut pasukan dalam jumlah besar untuk segera melengkapi tim yang hilang. Namun, karena perjuangan yang sedang berlangsung di semua lini, perhatian komando tidak cukup untuk mendukung program tersebut.
Pada Sabtu, stasiun televisi Israel Channel 12 melaporkan, militer Israel mengalami situasi yang “sangat berbahaya”, di mana mereka menderita kekurangan berbagai peralatan.
Seperti yang ditunjukkan dalam laporan Channel 12, komando militer Israel telah menyangkal klaim tersebut dalam seminggu terakhir, namun penyelidikan internal ekstensif baru-baru ini membuktikan sebaliknya.
Pasukan reguler, cadangan, dan sukarelawan Israel mengeluh kepada penyiar tersebut mengenai kekurangan peralatan penting militer, termasuk baju besi balistik, helm, pemandangan optik, dan perlengkapan bom, yang semuanya dianggap sebagai peralatan penyelamat jiwa.
Dalam laporan terbaru yang diterbitkan Maariv, 500 kendaraan lapis baja Israel dari berbagai jenis, mengalami kerusakan sejak 7 Oktober 2023.