Tentara Israel Mengaku Sudah Lelah Berperang di Gaza, Menolak Bertugas Karena Tak Ada Kepastian Kapan Pulang
Surat kabar Israel melaporkan kini sejumlah tentara Israel menolak kembali ditugaskan berperang di Gaza karena mereka sudah kelelahan.
Media Israel Yehdiot Ahronoth melaporkan, baru-baru ini tentara Israel mengidentifikasi adanya penurunan jumlah orang yang melaporkan diri untuk dinas cadangan, termasuk di antara prajurit dari unit tempur di Gaza dan Lebanon.
Pada bulan-bulan pertama serangan Israel yang dimulai pada 7 Oktober 2023, jumlah tentara yang hadir lebih dari 100 persen. Pangkat di semua unit cadangan penuh, bahkan personel cadangan tambahan mengajukan diri untuk bergabung.
Namun, beberapa minggu terakhir jumlah yang melaporkan diri untuk bertugas telah turun menjadi antara 75 hingga 85 persen.
Tugas melebihi batas waktu
Angkatan Darat mengaitkan penurunan ini dengan meluasnya penggunaan prajurit cadangan, yang diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun depan.
Seorang pejabat keamanan senior mengonfirmasi tentara cadangan harus bertugas setidaknya 100 hari di tahun 2025.
Prajurit cadangan, Yonatan Kidor yang berbicara di hadapan Knesset (Parlemen Israel), mengungkapkan rasa frustrasinya dan mengatakan,
“Batalyon saya dipanggil ke perintah cadangan pada akhir September, yang seharusnya dibatasi waktunya. Namun, dua hari setelah kami direkrut, perintah tersebut berlaku hingga pemberitahuan lebih lanjut.”
Undang-undang perpanjangan dinas
“Kami seharusnya sudah dibebaskan dua minggu yang lalu, tapi sekarang, kami berada di cadangan tanpa akhir. Kami dan keluarga kami di garis depan sudah kelelahan,” kata dia, seperti dikutip laman The Cradle, Selasa, (13/11).
Kidor menambahkan, "Ada brigade yang bertugas 300 hingga 350 hari berturut-turut. Tidak ada akhir, tidak ada masa depan, dan tidak ada kepercayaan. Akhiri perang ini dengan cara tertentu.”
Surat kabar berbahasa Ibrani mencatat militer Israel memiliki perintah untuk dapat memanggil setiap prajurit cadangan tanpa pemberitahuan.
Perintah itu dimaksudkan untuk digunakan secara terbatas dan hanya dalam situasi darurat ketika perang meletus, tetapi sekarang justru telah digunakan selama 14 bulan.
Angkatan Darat juga menganjurkan pengesahan undang-undang cadangan baru yang akan melipatgandakan atau melipat-tigakan jumlah hari cadangan yang akan dilayani setiap prajurit per tahun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelum perang, bersamaan dengan perpanjangan dinas wajib dari 32 bulan menjadi tiga tahun penuh.
Namun, kedua amandemen undang-undang ini belum disahkan karena pertimbangan politik. Banyak tentara dan kekuatan politik yang mewakili mereka marah serta penolakan terus-menerus dari sekitar 60.000 orang ultra-Ortodoks untuk bertugas di militer.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti