Lampu Minyak Kuno dari 1.700 Tahun Lalu Ditemukan Masih Utuh, Ada Gambar Ukiran Daun Kurma
Selama penggalian di Bukit Zaitun, Yerusalem, arkeolog menemukan lampu kuno itu.

Otoritas Purbakala Israel (IAA) baru-baru ini mengungkapkan temuan terbaru berupa lampu minyak kuno berusia 1.700 tahun yang berasal dari Kekaisaran Romawi Akhir yang ditemukan selama penggalian di dekat Bukit Zaitun di Yerusalem.
Lampu minyak itu memiliki ukiran penggambaran sekop dupa, lulav, dan daun pohon kurma yang digunakan untuk merayakan Sukkot.
"Dilihat dari bekas jelaga pada ujungnya, lampu ini digunakan untuk penerangan sekitar 1.700 tahun lalu dan memberikan gambaran menarik tentang kehidupan budaya dan agama Yahudi selama periode ini," jelas IAA.
Direktur Penggalian IAA Michael Chernin mengatakan dalam sebuah pernyataan, penemuan lampu minyak ini sangat luar biasa dan langka karena pengerjaan artistik yang sangat indah dan ditemukan dalam keadaan lengkap.
Sangat mengejutkan

"Menorah, sekop dupa, dan lulav merupakan simbol yang dikaitkan dengan hubungan Yahudi dengan Bait Suci," imbuh Chernin.
Chernin menambahkan lampu minyak itu "sangat mengejutkan" karena sangat sedikit yang diketahui tentang orang-orang Yahudi yang tinggal di Yerusalem pada abad keempat yang saat itu didominasi oleh umat Kristen.
Arkeolog Riset IAA Benjamin Storchan mengatakan perajin yang menciptakan lampu tersebut "mencurahkan banyak waktu dan tenaga untuk dekorasinya." Lampu itu dibuat menggunakan cetakan batu kapur yang diukir dengan sangat halus dan rumit menggunakan bor dan pahat," jelas Storchan.
"Cetakan itu dibuat dalam dua bagian, atas dan bawah. Untuk membuat lampu, perajin tembikar menekan tanah liat ke dalam cetakan, lalu ditekan bersama-sama," kata Storchan seraya menambahkan lampu itu kemungkinan milik seorang Yahudi yang "membelinya karena afiliasi keagamaannya dan merupakan peringatan bagi Bait Suci."
Lampu itu kini menjadi koleksi Universitas Nasional Arkeologi Jay dan Jeanie Schottenstein yang baru dibangun di Yerusalem, yang akan dipamerkan selama Festival Cahaya.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti