Prasasti Berusia Lebih dari 100 Tahun dengan 10 Perintah Tuhan akan Dilelang, Segini Harganya
Prasasti ini sudah berasal dari akhir era Romawi-Bizantium sekitar tahun 300 hingga 640 Masehi.
Prasasti batu tertua yang di dalamnya terdapat Sepuluh Perintah dalam agama Yahudi dan Kristen akan dilelang, setelah pertama kali ditemukan seratus tahun lalu. Benda marmer itu memiliki berat 115 pon dan tinggi dua kaki akan mulai dipamerkan pada 5 Desember di Sotheby’s News York.
Baru kemudian, pada tanggal 18 Desember, tablet itu akan dilelang dalam satu lot dengan perkiraan harga USD1-2 juta atau setara Rp.15 hingga 31 miliar. Di tahun 2016, benda ini sudah terjual seharga USD850.000 dalam lelang yang diadakan oleh Heritage Auctions di Beverly Hills kepada pembeli yang identitasnya tidak diketahui.
-
Kapan prasasti 10 perintah tuhan dilelang? Lempengan berisi 10 Perintah Tuhan ini memiliki berat 52 kilogram dan akan dilelang pada tanggal 18 Desember 2024, di rumah lelang Sotheby's.
-
Siapa yang menjual prasasti 10 perintah tuhan? Menariknya prasasti tersebut pernah digunakan sebagai batu paving di rumah penduduk setempat hingga tahun 1943 dijual kepada seorang sarjana yang memahami maknanya, kata Sotheby's.
-
Apa isi dari prasasti 10 perintah tuhan? Sebuah prasasti (lempengan) berisi Sepuluh Perintah Tuhan tertua yang diketahui, tertulis dalam bahasa Paleo-Ibrani, akan dilelang di New York.
-
Dimana prasasti 10 perintah tuhan ditemukan? Prasasti itu ditemukan pada tahun 1913 di Timur Tengah selama penggalian rel kereta api yang berasal era Romawi-Bizantium sekitar tahun 300–800 M.
-
Apa isi prasasti tersebut? bahasa-bahasa Timur Tengah kuno di University College London, enam baris pertama dari teks paku-paku pada prasasti itu mengatakan, dalam bahasa Het, 'empat kota, termasuk ibu kota, Hattusa, berada dalam bencana,' sementara 64 baris sisanya adalah doa dalam bahasa Hurria yang memohon kemenangan.
-
Kenapa prasasti itu dibuat? Jimat Ajaib 'Sejauh yang kami pahami dari prasasti di dalamnya, ini adalah lempengan jimat ajaib yang dibuat untuk melindungi bangunan atau makam itu dari segala jenis kejahatan dan musuh.
Saat itu, benda ini dimiliki oleh Living Torak Museum di New York, yang menekankan pentingnya pembeli untuk memamerkan benda itu pada publik, sesuai persetujuan dari Otoritas Purbakala Israel, yang sudah menetapkan benda tersebut sebagai “Harta Karun Nasional.”
Prasasti ini sudah berasal dari akhir era Romawi-Bizantium sekitar tahun 300 hingga 640 Masehi dan diperkirakan menghiasi pintu masuk sinagoge yang kemudian dihancurkan oleh Romawi atau Tentara Salib. Prasasti ini terdiri dari 20 baris aksara Paleo-Ibrani yang memuat sembilan dari Sepuluh Perintah seperti yang tercantum dalam Kitab Keluaran.
Namun, perintah kesepuluh, untuk tidak menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, sudah digantikan oleh perintah untuk beribadah di Gunung Gerizim. Gunung ini adalah tempat suci bagi orang Samaria yang terletak dekat Nablus, kota di Palestina di Tepi Barat. Peninggalan ini ditemukan kembali pada tahun 1913 selama penggalian rel kereta api di dekat kota kuno Yibna di Palestina.
Kota ini ditaklukkan oleh pasukan Inggris tahun 1917 dan kemudian dikosongkan selama perang Israel-Arab tahun 1948. Yibna tetap menjadi situs arkeologi di dekat kota Yavne, yang didirakan pada tahun 1949. Setelah ditemukan, prasasti ini diyakini telah dimiliki oleh pria Arab yang menaruhnya di lantai halaman rumahnnya, sehingga sebagian prasasti telah aus.
Pada tahun 1943, prasati tersebut diperoleh oleh Y. Kaplan, yang kemudian menulis artikel ilmiah tentangnya bersama dengan Yitzhak Ben-Zvi, seorang arkeolog kelahiran Rusia.
“Benda yang luar biasa ini bukan hanya sebuah artefak bersejarah yang sangat penting, tetapi juga menjadi penghubung nyata dengan keyakinan yang membantu membentuk peradaban Barat,” kata Richard Austin, Kepala Global Buku dan Naskah Sotheby's dalam sebuah pernyataan, dikutip dari News Artnet, Senin (18/11).
Dia menambahkan, “Menemukan warisan budaya bersama ini berarti menjelajahi ribuan tahun sejarah dan berhubungan dengan budaya serta keyakinan yang disampaikan melalui salah satu kode moral manusia yang paling awal dan paling abadi.”
Reporter magang: Nadya Nur Aulia